Cari di sini, Bos

Selasa, 28 Juni 2011

Final Fantasy VII 8

“Sialan! Kenapa mereka tidak menyerah juga sih. Mengejar kita hingga ke perbatasan Midgar. Dasar Shin-Ra sinting.” Barret kembali mengumpat entah untuk yang keberapa kali. Dibelakangnya terdapat bangkai panzer khusus buatan Shin-Ra bernama ‘Motorball’ yang telah hancur berantakan akibat tembakan Barret yang beruntun mengenainya.
Cloud dan kawan-kawan telah berhasil menerobos kepungan polisi dan tentara Shin-Ra yang ada diluar gedung menghadang mereka. Sebuah panzer terus mengejar mereka hingga kedaerah perbatasan Midgar. Walaupun akhirnya panzer tersebut hancur tetapi mobil yang ditumpangi Cloud dan kawan-kawan juga mengalami kerusakan parah.
“Nampaknya setelah dari sini kita harus berjalan kaki. Mobil kita rusak dan tak mungkin jalan lagi. Kita kearah timur. Ke kota kecil bernama Kalm, semoga mereka tidak mencari kita sampai kesana.” Kata Cloud yang kemudian diikuti oleh para rombongan. Barret bersungut-sungut karena baik Tifa, Aeris maupun Red XIII menganggap Cloud sebagai pemimpin perjalanan ini dan bukan Barret.
Setelah satu hari perjalanan akhirnya mereka berlima sampai juga di kota kecil sebelah timur Midgar bernama Kalm. Kalm adalah kota pertanian dan peternakan walaupun ada beberapa orang yang menjadi penambang di sebuah pertambangan mithril di dekat pegunungan Midgar.
“Akhh…akhirnya sampai juga. Sepertinya prajurit Shin-Ra belum sampai tempat ini.” Kata Tifa sambil mengamati keadaan.
Cloud menunjuk kesebuah penginapan di tengah kota. “Kita menginap dulu disini. Lagipula sejak dua hari yang lalu kita kurang istirahat.” Katanya.
Barret dan yang lain setuju, “Oh ya…aku juga ingin tahu banyak mengenai Sephiroth dan hubungan kalian berdua. Semua ini masih membingungkanku.” Kata Barret sambil menuju ke penginapan.
Sesampainya di dalam penginapan, semua mengelilingi Cloud dan ingin mendengar cerita mengenai Sephiroth yang telah membunuh pimpinan Shin-Ra. “Baik-baik jika kalian memaksa. Tapi ini akan jadi malam yang panjang karena ceritaku ini bakalan memakan banyak waktu.” Kata Cloud yang lalu duduk mengingat masa lalunya.
“Cerita dimulai ketika aku bersama Sephiroth dan 4 tentara elite Shin-Ra mendapat tugas untuk menyelidiki reaktor Mako di kota kecil di benua barat bernamaNibelheim. Nibelheim merupakan kota pertanian yang terletak di kaki gunung Nibel, gunung tertinggi di daratan barat. Ada laporan bahwa ada kebocoran gas Mako disana dan banyak penduduk yang hilang yang konon kabarnya di bunuh oleh monster. Entah bagaimana tiba-tiba saja isu mengenai monster berkembang di Nibelheim dan mulai berkembang menjadi isu yang mengatakan bahwa Shin-Ra memproduksi monster di gunung Nibel dan itu membuat para petinggi Shin-Ra gerah. Akhrinya kamilah yang ditugaskan menjadi penyelidik kesana. Selain Sephiroth, hanya aku yang menjadi anggota Soldier tingkat 1 di tim itu. 4 prajurit elite yang lain hanyalah prajurit yang dilatih militer Midgar.”
Cloud mengambil nafas panjang lalu melanjutkan ceritanya. “Aku mulai merasakan ada yang tidak beres ketika ditengah perjalanan kami dicegat oleh seekor monster naga raksasa. Reptil langka ini seharusnya hanya hidup di daerah gunung yang sangat tinggi atau daerah dalam yang tidak terjangkau manusia. Entah kenapa monster ini bisa muncul dan menghadang mobil kami.
Tapi yang membuatku lebih terkejut lagi adalah saat Sephiroth menghabisi naga itu. Sephiroth hanya membutuhkan dua kali tebasan untuk membinasakan naga ganas itu. Aku masih teringat ketika pedang Masamune miliknya membelah api semburan naga itu dan memberikan luka yang sangat dalam pada leher naga itu sebelum tusukan kedua menembus jantung monster raksasa tersebut.”
Barret berdiri dan berteriak protes, “Mustahil. Hei…hei! Mana mungkin ada manusia bisa membunuh naga raksasa dalam dua serangan? Memangnya dia monster hah?!” tapi Barret lalu duduk ketika Tifa menyuruhnya diam dan meminta Cloud melanjutkan kata-katanya.
“Sorenya kami sampai di kota Nibelheim. Para penduduk menyambut gembira kami dan mempersilahkan kami untuk menginap gratis di penginapan termewah disana. Namun Sephiroth pribadi lebih suka tidur di bangunan besar yang sudah tua di utara kota. Bangunan itu dulunya adalah milik pejabat Shin-Ra yang bekerja di bawah kepemimpinan Profesor Gast, salah satu ilmuwan terbaik Shin-Ra selain Hojo. Pagi harinya kami kembali berkumpul dan kali ini kami di kenalkan kepada seorang pemandu perjalanan yang akan memberitahu rute kami nantinya, dia adalah Tifa. Hanya saja waktu itu aku tidak tahu alasan mengapa Tifa begitu dingin kepadaku.” Cloud kembali menghentikan ceritanya lalu memandang Tifa.
“Akhirnya kami bertujuh menempuh perjalanan bersama. Dalam perjalanan itu jembatan gantung yang menghubungkan kedua tebing curam di gunung Nibel putus dan kami kehilangan satu anggota kami.
Sesampainya di reaktor, aku dan Sephiroth menemukan kejanggalan pada tabung-tabung reaktor dan setelah kami periksa ternyata reaktor itu tidak bocor tetapi tabung-tabung reaktor itulah yang terlepas dan terbuka dan yang mengejutkan adalah ternyata didalam tabung tersebut berisi manusia yang dijadikan eksperimen dengan cara mengalirkan kekuatan radiasi energi Mako pada tubuh mereka. Mereka berubah menjadi…menjadi monster. Hal itulah yang membuatku sadar kalau selama ini Shin-Ra memproduksi pasukan monster di Nibelheim. Yang lebih mengerikannya lagi adalah para anggota Soldier juga menjalani tes yang sama dengan monster-monster itu yaitu dengan energi Mako. Itu berarti aku dan Sephiroth juga terkena radiasi. Tetapi yang membuatku bingung adalah mengapa aku tidak berubah seperti mereka. Memang tenagaku bertambah besar tetapi kenapa fisikku masih manusia, begitu juga dengan Sephiroth.

“Sejak saat itulah Sephiroth menjadi pendiam dan dia terus menyebut kata ‘Jenova’ yang merupakan nama ibunya yang sudah mati. Sephiroth lalu mengurung dirinya didalam perpustakaan gedung tua milik Shin-Ra itu dan saat aku menjemputnya pada malam hari dia malah tertawa seperti orang gila dan menyebut kami semua sebagai pengkhianat. Dia mengatakan mengenai informasi dari bahan penelitian Profesor Ghast yang menyatakan bahwa Sephiroth merupakan anak dari Jenova, sebuah spesies asing dari luar planet ini yang membawa wabah kematian bagi banyak orang tempo dulu dan Sephiroth juga hasil rekayasa genetika berasal dari sel hidup Jenova yang ditanamkan di rahim seorang perempuah oleh ilmuwan gila bernama Hojo.”
“Sephiroth yang gila waktu itu mengamuk dan membakar seluruh isi kota dan membunuh hampir semua orang. Guru Tifa, Master Zangan menyelamatkan nyawaku ketika Sephiroth mengamuk. Saat aku menyusulnya ke dalam reaktor di gunung Nibel, aku menemukan Tifa sedang sekarat setelah tertusuk pedang Sephiroth. Kukira dia akan mati tetapi untunglah Tifa selamat. Aku masuk dengan pedang terhunus dan bertarung dengan Sephiroth dan cerita selesai.” Cloud lalu berdiri dari duduknya.
“Wo..woo…wooo…tunggu dulu teman! Apa yang terjadi setelah itu? Siapa yang menang?” Barret mengejar Cloud dengan pertanyaan.
Cloud kembali duduk, “Aku masih hidup berarti seharusnya Sephiroth yang tewas karena tidak mungkin orang gila itu akan melepaskanku kalau aku sampai kalah. Tetapi setelah kemunculannya di Midgar membuatku kembali bertanya-tanya apa yang terjadi sebenarnya.”
Aeris mendekat, “Setidaknya kau masih hidup. Lagipula belum tentu yang dilihat Palmer itu benar-benar Sephiroth. Bisa saja ada orang yang menyamar sebagai dirinya untuk membuat semacam kehebohan.” Katanya menghibur.
Cloud melirik kearah Aeris.” Mungkin saja itu terjadi.” Lalu pemuda ini membuka almari pakaian di kamar itu dan menemukan sebotol minuman yang tertinggal disitu, sepertinya milik penghuni sebelumnya yang lupa membawanya. “Megalixir, hmmm mahal juga minuman ini.”
Barret lalu menuju pintu kamar, “Cerita yang aneh. Endingnya tidak jelas. Hei kalian sebaiknya tidur yang banyak karena besok kita harus pergi kearah selatan untuk menghindari kejaran pasukan Shin-Ra. Karena cepat atau lambat kota ini akan didatangi setelah kota-kota yang lain.” Katanya yang kemudian menghilang ke balik pintu.
Setelah Tifa dan Red XIII pergi keluar kamar, Aeris mendekati Cloud. “Ceritamu sangat menarik Cloud. Kenapa kau tidak pernah bilang sebelumnya kalau masa lalumu ternyata sekelam itu?” Aeris duduk disamping Cloud yang duduk di pinggir tempat tidur.
Cloud menatap langit-langit lalu mengalihkan pandangannya kepada Aeris. “Tak ada yang patut untuk diceritakan. Lagipula aku tidak suka mengumbar masa laluku. Merepotkan.”
Mereka berdua saling berpandangan sebelum akhirnya bibir halus Aeris bersentuhan dengan bibir Cloud. ”Aeris…kau…” Cloud tak dapat melanjutkan perkataannya karena detik berikutnya di dan Aeris telah terbuai dalam ciuman dahsyat mereka. Kedua bibir sepasang manusia ini saling memagut tanpa henti. Lidah Cloud bertautan dengan lidah Aeris saat kedua mulut mereka bertemu.
“Cloud. Aku menginginkanmu sekarang juga.” Aeris lalu membuka jaket mininya dan diikuti dengan membuka gaunnya. Sekarang Aeris telah setengah bugil, hanya tinggal celana dalamnya saja yang masih melekat ditubuh dara cantik ini. Branya sudah robek saat dia dipenjara di gedung Shin-Ra tempo hari.
Cloud-pun membuka pakaiannya dan saat celananya terbuka, batang kemaluannya sudah menegang sedari tadi. Penis besar Cloud yang sudah berliur itu disodorkan empunya kepada Aeris. Aeris-pun tau apa yang Cloud inginkan. Dia berjongkok didepan Cloud yang sedang duduk dan membuka mulutnya untuk memasukkan batang kejantanan pria pujaan hatinya itu kedalam mulutnya.
“Akhh…Aeris…” Cloud hanya bisa mendesah menahan gejolak sensasi yang diberikan mulut dara cantik ini dan permainan lidahnya sudah berhasil membuat Cloud nyaris dilanda orgasme. Batang kejantanan Cloud keluar masuk mulut kecil Aeris dan Cloud sendiri menggerakkan pinggulnya seolah memompa penisnya kedalam rongga mulut Aeris. Sementara Aeris sendiri nampaknya juga mulai menikmati hal tersebut dan mulai berani menyedot-nyedot penis Cloud sehingga sensasinya berlipat ganda, bahkan ada kalanya rasanya melebihi saat Cloud meniduri Aeris.
Tak tahan dengan perlakuan Aeris pada kemaluannya, Cloud menarik tubuh gadis cantik itu keatas kasur dan melucuti celana dalam warna putih yang dia pakai. Batang kejantanan Cloud lalu diarahkan kebibir vagina Aeris yang telah basah itu.
“Cloud. Masukkan sekarang yach…” rajuk Aeris tak tahan. Cloud sendiri hanya menggesek-gesekkan batang kemaluannya di bibir vagina dara cantik ini sementara mulut dan tangannya tak henti-hentinya mempermainkan kedua payudara Aeris beserta putingnya hingga mengeras terangsang hebat. Sesekali mulut Cloud menghisap kencang puting payudara Aeris sehingga Aeris menggelinjang hebat dan dalam lima menit Aeris telah memperoleh orgasmenya yang pertama. Payudaranya yang merupakan titik G-Spot paling kuat telah dikerjai Cloud habis-habisan sehingga dara cantik ini tak mampu membendung luapan gairahnya yang sudah membeludak. Liang vagina cewek cantik ini-pun mengeluarkan cairan bening hasil orgasmenya. Cloud yang sadar kalau Aeris sudah mencapai orgasmenya berhenti menstimuli payudara lawan mainnya tersebut.
Lalu sambil mencium Aeris yang masih terpejam matanya, Cloud melesakkan batang kemaluannya melewati bibir vagina Aeris dan mulai menjarah liang kewanitaan dara cantik itu. Cairan kewanitaan Aeris sudah membanjiri vaginanya dan sudah bercampur dengan cairan pelumas yang keluar dari batang kemaluan Cloud. Bunyi berkecipak terdengar dari benturan antar dua kelamin ini. Bibir kemaluan Aeris memerah dan terbelah besar tiap kali tonggak kejantanan Cloud yang berukuran besar itu melesak masuk dan memompa kemaluannya. Aeris yang ditindih Cloud tidak dapat melihat bagaimana lubang kenikmatannya dijarah oleh tonggak perkasa milik Cloud dan dia hanya dapat melihat keganasan Cloud yang mencumbu bibir, leher, telinga dan payudaranya dengan ciuman, jilatan atau bahkan dengan gigitan mesra. Buah dadanya ikut berguncang ketika Cloud menggenjot Aeris dengan penuh semangat. Kedua insan ini saling berlomba mencapai kepuasan sebagai garis finish mereka.
“Akh…penismu masih terlalu besar Cloud.” Aeris mengaduh tiap kali Cloud menyodokkan batang kejantanannya itu dengan kecepatan tinggi sehingga terkadang bibir vagina Aeris ikut melesak kedalam bersama dengan batang kemaluan Cloud.
“Bagaimana dengan penis para prajurit Shin-Ra itu? Mana yang lebih enak?” goda Cloud sambil mempercepat gerakan sodokannya. Aeris menggeleng-gelengkan kepalanya tak tahan merasakan vaginanya seolah sedang dipompa oleh dua penis normal sekaligus.
“Kamu lebih enak Cloud. Lebih besar lebih panjang…lebih puas…akhhh…”Aeris menjerit sambil menggelinjang hebat. Dia telah mencapai orgasmenya yang kedua. Sementara Cloud terus melesakkan batang kemaluannya dan dipercepat gerakannya sehingga Aeris kewalahan lalu disaat Aeris nyaris kehilangan kesadaran, Cloud mencabut penisnya dan menyemburkan cairan spermanya di wajah Aeris. “Cloud…akkhhh…” Aeris hanya bisa mendesah pelan menerima cairan putih kental yang berjumlah banyak itu.
Cloud lalu memasukkan paksa batang kejantananya itu kembali ke mulut Aeris yang ternganga. Aeris berusaha menolak cara kasar Cloud itu tapi dirinya sudah tidak memiliki tenaga lagi untuk berontak. Dia hanya bisa pasrah ketika tubuhnya yang telentang lemas itu sekarang digarap Cloud secara kasar. Cloud seolah memperkosa mulut Aeris dengan sodokan penisnya yang sudah kembali tegang itu walaupun belum sempurna. Tepat saat Cloud akan memperoleh orgasme keduanya dimulut Aeris, pintu kamarnya tiba-tiba terbuka dan Barret muncul dari balik pintu. Pria ini menyaksikan detik-detik ketika Cloud mencabut batang kejantanannya dari mulut Aeris dan menyemburkan spermanya ke atas payudara dan perut dara cantik ini.
“Shit! Mengapa hanya kau terus yang beruntung?” gerutu Barret yang lalu ngeloyor pergi dari kamar itu dan meninggalkan kamar dengan pintu terbuka. Beberapa orang sempat lewat dan menyaksikan kejadian tersebut termasuk Tifa yang kemudian seolah tak melihat dan berlalu.
“Kamu memang beda Aeris. Vaginamu sangat unik, mampu mencengkeram erat dan seolah memijat batang penisku dengan ahlinya walaupun kamu belum begitu ahli dalam seks.” Puji Cloud yang kemudian menutup pintu dan kembali menyodokkan batang kejantanannya kedalam liang kewanitaan dara cantik itu yang saat ini sudah lemas. Hingga malam hari, setidaknya Cloud sudah mengerjai tubuh Aeris sebanyak 5 kali dan berejakulasi di seluruh bagian tubuh cewek cantik berkepang ini.

Final Fantasy VII 7

Berlima mereka akhirnya dimasukkan kedalam penjara khusus yang berada dimarkas besar Shin-Ra ini dengan tujuan mudah jika ingin di interogasi. Barret dan Red XIII dikurung di ruangan paling ujung dalam satu ruangan. Cloud dan Tifa dikurung bersama dalam ruangan yang lainnya sementara Aeris yang spesial dikurung sendirian.
“Ughh. Seharusnya aku tahu kalau bakal seperti ini. Sialan!” seru Barret sambil mencoba mendobrak pintu besi ruangan itu. Namun Red XIII mencegahnya.
“Sudahlah tuan Barret. Percuma. Karena aku sendiri telah mencobanya berkali-kali dan hasilnya hanyalah ini.” Kata Red sambil menunjukkan benjolan diatas kepalanya yang dipenuhi bulu itu. “Lebih baik menyimpan tenaga buat nanti.” Katanya lagi lalu Barret menggerutu dan menyumpah entah untuk yang keberapa kalinya lalu terduduk di ranjang logam diruangan itu.
“Hei Cloud! Kau masih punya hutang menjadi bodyguard-ku khan? Kau harus mengeluarkanku dari tempat terkutuk ini. Ayolah Cloud berusaha.” Kata Aeris dari ruangan sebelah.
“Ya…ya…ya. Asal kau tahu saja pengawal ditempat ini jauh lebih banyak dibandingkan di reaktor. Lagipula kau juga punya hutang padaku sebagai bayarannya.” Sahut Cloud yang membuat Tifa yang seruangan dengan dirinya menjadi semakin ingin tahu ada apa dengan kedua orang ini. Sekilas ada api cemburu pada dirinya.
“Hehehe…satu kali kencan khan? Tapi kau khan pernah meniduriku sekali di Wallmarket. Itu sudah termasuk bukan?” kata Aeris membela diri lalu dia terkejut dengan munculnya sebuah suara dari ruangan tempat Cloud ditahan.
“Ohhh…jadi begitu. Sekarang aku tahu kalau ternyata kalian berdua sudh pernah berkencan dan bahkan bercinta. Itu menjelaskan kenapa kalian selalu berdua.” Kata Tifa sedikit jengkel karena Cloud telah menambatkan penisnya ke wanita lain selain dirinya.
Aeris kaget dan mengubah topik pembicaraan. Untungnya Tifa mau mengerti dan akhirnya mereka mencari cara bersama agar bisa kabur dari tempat itu.
“Bruak!” pintu ruangan penjara tempat Aeris ditahan terbuka lebar. Dua orang penjaga muncul dengan wajah menyeringai.
“Mau apa kalian?” seru Aeris sambil mundur tetapi karena ruangan sempit dia tidak dapat lari kemana-mana. “Lepaskan! Pergi kalian! Pergi! Lepaskan aku! Cloud tolong…!” jerit Aeris ketika tubuhnya direbahkan paksa oleh kedua penjaga itu dan salah satu penjaga mencekal tangannya keatas agar tak berontak lagi.
“Lepaskan dia keparat! Kemari, akan aku hajar kalian.” Seru Cloud berang. Tifa juga lama-lama terpancing emosinya dan mencoba mendobrak pintu namun hasilnya sia-sia belaka.
“Akhhh….lepas..akhh..” desah Aeris kewalahan ketika pakaiannya dirobek paksa oleh salah satu penjaga sementara penjaga yang lain masih mencekal tangannya dengan erat agar tidak memberontak. Hanya membutuhkan waktu relative singkat bagi kedua penjaga itu untuk merobek-robek pakaian Aeris hingga sekarang dari bajunya yang robek, payudara gadis cantik itu dapat terlihat dengan jelas sementara celana dalamnya sudah melorot dan nyaris putus dan tinggal menggelantung di pergelangan salah satu kakinya saja.
Penjaga yang menunduh tubuh bawah Aeris berebutan dengan penjaga yang mencekal tangan gadis ini untuk meremas dan menciumi payudara serta perut seksi Aeris. “Akhhh…Lepaskan aku!” rintih Aeris. “Kumohon jangan perkosa aku! Lepaskan…!’ jeritnya lagi namun tak berguna karena bibirnya langsung disumbat oleh ciuman salah satu penjaga.
“Heh. Sekarang kamu bakal merasakan kenikmatan bercinta dengan para prajurit gagah seperti kami. Rasanya bakalan lain dibandingkan dengan pacar kamu hahaha…nih rasakan punyaku!” seru penjaga itu sambil meneroboskan batang kemaluannya melesak mmbelah himpitan bibir vagina Aeris yang sudah agak becek itu. Aeris menjerit kesakitan akibat perlakuan kasar penjaga tersebut. Namun pria ini tidak peduli lagi dan langsung menggenjot tubuh Aeris dengan brutal dengan penisnya yang besar. “Dasar pelacur pemberontak. Nantinya kamu juga bakalan senang. Lihat saja nanti. Sekarang saja sudah becek seperti ini, artinya kamu menikmatinya juga khan?” ejek penjaga itu sambil terus memompakan batang kemaluannya menjarah seluruh sudut di dalam vagina Aeris.
Penjaga yang lain tak mau kalah. “Nih penisku. Hisap! Kalau tidak akan kuajak teman-temanku yang lain untuk kemari dan menikmati tubuhmu. Asal kamu tahu kalau jumlah mereka lebih dari tiga puluh orang. Bagaimana? Cepat hisap!” perintah penjaga itu sambil mengacungkan batang kejantanannya kedepan bibir Aeris yang mungil ini.
Mau tak mau karena takut ancaman akan digilir ramai-ramai, Aeris terpaksa membuka mulutnya dan hanya pasrah ketika penjaga tersebut melesakkan dan memompa batang kemaluannya didalam mulut Aeris yang sedang terlentang itu. Sudah beberapa kali gadis cantik ini nyaris tersedak karena sodokan brutal penis penjaga tersebut.
“Wah, nikmatnya penisku. Ternyata mulut seorang Ancient pandai juga dalam menghisap kemaluan pria hahaha…” ejek penjaga tersebut dan ditimpali dengan ejekan penjaga lainnya, “Benar. Vaginanya juga sempit dan berdenyut membuat penisku seperti diurut saja…ahahahaha…nikmat sekali kemaluan gadis cantik ini. Setelah ini kita tukar posisi! Aku juga ingin merasakan hangatnya bibir perempuan ini.” Kata penjaga yang lain.
Dari kamar sebelah, Cloud dan Tifa hanya bisa mendengar ejekan-ejekan para penjaga tersebut yang kadang diiringi dengan desahan atau rintihan Aeris saat mereka perkosa dengan posisi yang terus berganti.
“Tifa….kau kenapa?” tanya Cloud ketika Tifa mulai memerah mukanya dan tangannya memegangi selangkangannya juga payudaranya. Tifa sedang melakukan masturbasi karena tidak tahan dengan suara desahan Aeris yang menggairahkan itu.
“Cloud….” Tifa tak dapat melanjutkan kata-katanya. Namun pemuda pirang itu sudah mengerti dan langsung membuka resleuting celananya dan mengeluarkan batang kemaluannya dari bilik pribadinya itu. Tifa yang sudah terlentang diatas ranjang logam sudah tidak peduli dengan kondisi sekitar lagi. Kedua kakinya sudah mengangkang dan tangannya mengarahkan batang kenjantanan Cloud untuk menembus bibir kemaluannya. “Akhhh…” Tifa mendesah hebat ketika penis Cloud menyeruak masuk dan semakin menggila dengan sodokan-sodokannya yang penuh nafsu.
Seolah ingin bersaing dengan desahan dan rintihan Aeris, Tifa mendesah dan merintih tak kalah kerasnya. Dua gadis ini seolah berlomba untuk mengeluarkan nyanyian gairah yang bersahut-sahutan. Tak lama kemudian terdengar suara pintu sel tempat Aeris diperkosa tertutup dan terkunci. Dua penjaga itu sudah puas mengerjai Aeris. Gadis malang ini sekarang sedang terkulai tak berdaya di lantai dingin penjara.
Tubuhnya yang nyaris telanjang itu belepotan sperma di vagina, perut dan juga wajah. Kedua penjaga yang memperkosanya itu masing-masing berejakulasi dua kali. Sperma haram itu di semprotkan kedalam vagina Aeris dan diatas perutnya sementara penjaga yang lain mengeluarkan cairan maninya itu membasahi buah dada Aeris dan disemprotkan didalam bibir gadis cantik ini. Lalu meninggalkannya dalam kesendirian dan dalam kondisi lemas lunglai. Seluruh engsel persendiannya seolah telah copot karena dalam sehari Aeris telah diperkosa berulang-ulang dan itu membuat dia kehilangan banyak cairan. Anehnya walaupun diperkosa tetapi dia sempat merasakan orgasme melanda tubuhnya ketika kedua penjaga tadi membombardir vaginanya dengan sodokan penis mereka bergantian tanpa jeda. Aeris yang masih kurang pengalaman ini terang saja langsung menggelinjang tak karuan.
Sementara itu, dikamar yang lain. Cloud sedang mengurut batang penisnya yang sebelumnya telah menembakkan sperma dalam jumlah besar kedalam liang kemaluan Tifa. Perempuan berambut panjang nan cantik itu-pun sekarang sedang sibuk menjilati penis Cloud yang masih belepotan sperma dan sesekali mengoralnya. “Akhhh…Tifa….” Pekik Cloud dan kembali menyemburkan sperma kearah Tifa. Kali ini cairan putih kental itu memenuhi mulut Tifa yang kemudian menelannya tanpa sisa.
Saat kedua muda mudi ini sedang berangkulan hangat, tiba-tiba mereka dikejutkan dengan membukanya pintu sel penjara mereka. Cloud berlari keluar dan menemukan para penjaga telah tewas dengan tubuh bergelimang darah. Lalu dia dan Tifa mengambil kunci sel dari tangan salah satu penjaga yang tewas dan membuka pintu sel yang lain untuk membebaskan tiga rekan mereka yang lain.
“Wowww. Kalian tadi benar-benar panas. Aku jadi ingin menggagahi kalian hehehe. Desahan kalian terlalu menggairahkan.” Kata Barret ketika keluar dan menemui Tifa sedang membantu Aeris mengenakan pakaian baru yang sebelumnya milik salah seorang penjaga yang terbunuh. “Ugh Tifa…kamu…” Barret sedikit kaget ketika Tifa dengan nakalnya meremas penis Barret yang sedang tegang dibalik celananya itu. Seolah mengatakan kalau dia memang suka menggoda Barret.
Kelima orang ini lalu menuju ke lantai dimana kantor presiden Shin-Ra berada dengan harapan dapat menemui presiden itu dan menyanderanya untuk membeli jalan keluar bagi mereka dari kepungan prajurit Shin-Ra di luar gedung.
“Astaga! Siapa yang melakukan ini? Presiden Shin-Ra tewas dengan pedang menancap dipunggungnya? Memangnya siapa orang gila yang melakukan ini?” kata Barret terkejut walaupun dia sebenarnya senang musuh besarnya sudah mati namun ada rasa begidik merinding juga ketika melihat mayat-mayat para penjaga dan pekerja Shin-Ra bergelimpangan dengan kondisi mengenaskan. Lantai tersebut seperti neraka hidup yang dindingnya berhiaskan darah manusia.
“Siapa kamu? Berhenti atau kutembak!” seru Barret ketika melihat sesosok bayangan berlari keluar menuju ke heli pad (tempat pendaratan helikopter) yang berada di atap gedung.
Pria gendut itu tertangkap oleh Cloud dan setelah diperhatikan, dia adalah Palmer, salah satu petinggi Shin-Ra. “Ampuni aku! Aku tidak melakukan apapun. Kumohon lepaskan aku!” kata pria gendut itu memohon.
Cloud menghunus pedangnya kearah leher Palmer, “Katakan! Siapa yang melakukan ini!” seru Cloud denan nada tinggi mengancam.
Pria gendut bernama Palmer itu nyaris saja pingsan karena ketakutan. “Hiks….semua karena Sephiroth. Dia datang dan membunuh semua orang. Aku bersembunyi ketika dia menusuk pak presiden dengan pedangnya. Dia juga mengatakan kalau tanah terjanji adalah miliknya seorang lalu membunuh presiden. Lepaskan aku! Dia mungkin masih ada disini.” Seru Palmer yang kemudian lari setelah dilepaskan oleh Cloud.
“Huh! Sephiroth? Siapa dia? Apakah dia teman kita juga?” kata Barret bertanya-tanya. “Sungguh hebat dapat mengalahkan para prajurit Shin-Ra dengan secepat ini.” Lanjutnya lagi.
“Percayalah! Dia bukan teman. Dia punya alasan dan tujuannya sendiri melakukan ini semua. Padahal seharusnya dia sudah mati.” Kata Cloud. Semua orang bertanya-tanya kenapa Cloud bisa tahu mengenai Sephiroth. “Nanti akan kuceritakan semuanya setelah keadaan aman.” Sahutnya lalu menuju ke heli pad setelah mendengar suara helikopter mendekat.
Di atap gedung, sebuah helikopter telah mendarat dan terlihat Palmer langsung naik keatasnya sementara itu seorang pria ber jas putih nampak sedang berdiri disamping helikopter itu. “Hmmm….para pemberontak. Biar kutebak, kalian bisa kabur dari tahanan?” ucapnya sambil memanggil seekor Anjing besar dengan siulan.
“Dia adalah anak presiden, namanya Rufus. Kedudukannya adalah sebagai Vice President dari Shin-Ra. Kalian cepat turun! Nanti aku menyusul. Akan kuselesaikan permasalahan ini sendirian.” Kata Cloud sambil mencabut pedangnya.
“Cloud, berjanjilah kau akan selamat.” Kata Aeris sebelum dia bersama yang lain kembali kebawah. Cloud hanya mengangguk ringan.
“Hmmm…namamu Cloud yah rambut pirang. Menarik. Sangat menarik. Sepertinya tempat ini menjadi lokasi reuni bagi para minion dari Jenova. Hahhahaha…” Rufus tertawa sambil menyuruh Anjing penjaganya untuk bersiap dalam posisi menyerang.
“Terserah apa maumu Rufus. Yang jelas akan kubuat kau terkapar dibawah pedangku. Shin-Ra harus dihentikan.” Seru Cloud sambil merangsek maju dengan pedang terhunus.
Rufus menghindar kebelakang dan anjingnya yang berwarna hitam itu langsung maju menahan langkah Cloud. Anjing ini bukan anjing biasa karena kulitnya sangat keras sekeras besi baja. Hasil dari mutasi yang dilakukan orgnisasi Shin-Ra. “Sayang, padahal kita bisa menjadi teman.” Kata Rufus sambil menembakkan sebuah peluru kearah Cloud.
Tiga peluru mengarah ke kepala dan dada Cloud namun tertahan oleh pedang besar yang dia bawa. “Tak semudah itu.” Kata Cloud sembari mengayunkan pedangnya dengan kekuatan tinggi. Di pusatkannya kekuatan pedang tersebut di gagang/pangkal pedang dan dengan kekuatan luar biasa dia menggunakan energi aneh tersebut untuk menggerakkan pedangnya dengan kecepatan nyaris menyamai kecepatan suara, membelah tiap peluru yang mengarah ke tubuhnya bersamaan dengan membacok bertubi-tubi anjing mutasi tersebut, “Cross Slash!”
Anjing hitam itu terkapar. “Dark Nation! Hmmm…padahal Anjing itu kupesan khusus dari Hojo. Kau harus bayar kerugian ini…nanti…” kata Rufus yang lalu kabur dengan helikopternya. Cloud mencoba menyusul tetapi kalah cepat.

Final Fantasy VII 6

“Aaaaakkhhh…!” teriak Tifa ketika melihat dari belakang Cloud muncul secara tiba-tiba seekor ular raksasa. Ular yang panjangnya kurang lebih 30 meter ini langsung menyerang kearah mereka bertiga.
“Sialan! Don Corneo tidak main-main. Dia memelihara monster disini.” Umpat Cloud sambil mencabut pedangnya. Tapi kibasan ekor ular raksasa itu telah melemparkan pedang Cloud ke belakang. “Ugh. Tamat sekarang riwayatku.” Desah Cloud sambil bersiap-siap menghindari serangan berikutnya.
“Tidak secepat itu.” Kata Aeris yang kemudian dari tangannya mengeluarkan seberkas sinar bewarna merah yang kemudian ditembakkan beberapa kali kearah ular monster itu. Beberapa bagian tubuh ular raksasa itu terbakar karena tenaga aneh yang dikeluarkan Aeris.
“Hei. Kau tak bilang kalau kau pengguna sihir sebelumnya.” Protes Cloud. “Kenapa tidak dikeluarkan dari tadi-tadi.” Protesnya lagi.
Aeris merengut tongkat besi yang ada disitu dan digunakannya sebagai perantara sihirnya. “Kau ini anggota Soldier tetapi banyak protes yah Cloud. Kau sendiri kenapa tidak pernah bertanya tentang kebisaanku ini. Lagipula bukankah para Soldier juga sering menggunakan materia?” sahut Aeris yang kemudian kembali mengeluarkan bola-bola api tapi kali ini dari ujung tongkat besinya yang kemudian menghajar ular tersebut sampai akhirnya mati hangus.
“Errr…materia-ku hilang jadi aku tak menggunakannya.” Sahut Cloud malu. Materiaadalah semacam kristal warna warni transparan yang didalamnya terdapat esensi dari pengetahuan planet ini. Dengan benda ini maka seseorang yang berbakat akan dapat memanipulasi kekuatan alam sekitarnya untuk kepentingan pribadinya, tentu saja dengan latihan yang tekun. Materia terbentuk dari tetesan esensi kehidupanyang biasa disebut Life Stream yang merupakan energi yang menjaga keseimbangan kehidupan di planet ini. Jenis kekuatan alam yang bisa dimanipulasi berbeda-beda tergantung dari jenis esensi pengetahuan yang ada didalam materia tersebut, bisa saja element pembentuk planet seperti: api, udara, air, tanah atau bisa juga berbentuk kekuatan alam lainnya semisal saja cahaya, kegelapan, gravitasi, racun dan lainnya.
“Sudahlah! Jangan rebut lagi kalian! Yang penting ularnya sudah mati berkat Aeris. Terima kasih Aeris. Kau hebat.” Puji Tifa dan Aeris hanya tersenyum tersipu malu. Sekilas gadis ini melirik Cloud dan ada rasa bangga didirinya dapat menunjukkan kemampuannya didepan pria yang dia sukai.
Satu jam perjalanan sudah mereka lalui dan sekarang mereka di sebuah tempat yang bernama kuburan kereta. Disebut kuburan kereta karena memang tempat ini adalah tempat kereta api rongsokan dibuang setelah rusak atau ketinggalan mode. Tempat yang berdebu dan tak terurus. Terkadang muncul hantu disini, begitu menurut rumor yang beredar. Setelah melewati stasiun kereta di sektor 4, akhirnya mereka berhasil kembali ke daerah slum.
“Lihat di reaktor! Ada suara peperangan!” seru Aeris sambil menunjuk kearahReaktor Mako di sektor 4.
“Aneh. Reaktor ini khan sudah tak berfungsi lagi. Jangan-jangan….Barret dan yang lain…” Tifa tak dapat melanjutkan kata-katanya dan berharap dugaannya salah. Tetapi begitu melihat tubuh seseorang terjatuh kebawah dia baru sadar kalau dugaannya sangatlah benar. Mayat Wedge tergeletak didepannya. Dia jatuh dari tingkat atas reaktor setelah tertembak dengan cukup fatal. “Aeris! Pergilah ke bar bernama Seventh Heaven dan bawa pergi gadis yang bernama Marlene dari tempat ini! Kumohon.” Kata Tifa yang kemudian diiyakan oleh Aeris.
Cloud dan Tifa lalu menaiki reaktor setinggi 100 meter itu dan menemukan Barret disana sedang berjuang melawan sekumpulan pasukan Shin-Ra. Biggs sekarat tertembak sementara kondisi Jessie juga tidak lebih baik dari Biggs. Anggota lainnya sudah berguguran. Dan di saat yang kritis, seorang utusan Shin-Ra muncul. Dia adalah Reno anggota dari Turks, organisasi hitam yang bertugas menyelesaikan pekerjaan kotor Shin-Ra. Tanpa pikir panjang, pria keji ini lalu memasang bom waktu di inti reaktor dan dalam hitungan menit saja reaktor itu meledak sehingga menghancurkan penyangga tingkat atas sektor 4.
Bagaikan gunung yang kehilangan penyangga, level atas sektor 4 yang berupa perkantoran mewah itu ambruk kebawah menimpa tingkat dua sektor 4 yang merupakan lokasi inti reaktor dan pabrik-pabrik kecil yang lalu ambruk bersama menimpa lokasi terbawah, tingkat terbawah sektor 4 yang berupa tempat pemukiman kumuh terbesar di Midgar, The Slum. Ratusan orang tak berdosa mati mengenaskan, termasuk diantaranya Wedge, Biggs dan Jessie. Cloud, Barret dan Tifa selamat. Aeris dan Marlene juga selamat. Tapi keselamatan mereka terutama Barret menjadi semacam kutukan bagi perasaan mereka. Barret menyalahkan dirinya sendiri atas kematian teman-temannya.
Beberapa jam kemudian setelah ledakan, Barret menjemput Marlene anak angkatnya yang disembunyikan Aeris di rumahnya di sektor lain. Aeris tertangkap oleh paraTurks dan setelah mendengar cerita dari Elmyra ibunya, mereka jadi tahu kalau penyebab Aeris ditangkap adalah karena Aeris merupakan satu-satunya kaumAncient yang tersisa di planet ini. Ancient adalah ras yang tertua di planet ini.
Mereka mempunyai kelebihan bisa menggunakan pengetahuan mereka untuk memanipulasi kekuatan alam. Walaupun begitu, mereka tidak pernah menggunakannya untuk kejahatan dan pengrusakan tetapi lebih untuk menjaga keseimbangan planet ini. Materia tercipta juga karena pengetahuan para Ancient yang tertinggal pada Life Stream setelah mereka mati. Keistimewaan lainnya adalah karena ras ini dapat berkomunikasi dengan alam melalui indera ke enam mereka. Shin-Ra ingin menggunakan indera ke-enam Aeris untuk menemukan sumber energi Mako yang baru yang mereka sebut sebagai Tanah Terjanji. Tentu saja semua demi uang, karena sumber energi Mako yang baru pasti akan mendatangkan keuntungan bagi industrialisasi Shin-Ra.
“Aku berjanji akan menyelamatkan anakmu nyonya.” Kata Barret menenangkan Elmyra. Perempuan yang kini berusia 50 tahunan ini hanya bisa mengangguk lemah mengingat putri angkatnya yang tidak tahu rimbanya. Sementara itu Marlene kembali dititipkan di rumah Aeris sampai keadaan kondusif.
Di dalam gedung utama Shin-Ra di tengah kota Midgar. Terlihat tiga orang mendekati dua orang penjaga yang menjaga ruang keamanan dan langsung melumpuhkan penjaga-penjaga itu. Mereka adalah Cloud cs. Shin-Ra mengira mereka telah mati dalam ledakan sehingga penjagaan jadi longgar.
“Aeris pasti ada diruangan atas. Salah satu ruangan dari seluruh ruangan di 4 lantai teratas gedung ini. Ayo kita periksa!” kata Cloud yang kemudian diikuti langkahnya oleh yang lain.
“Hmm…lantai pusat penelitian? Hojo department? Sialan ini pasti tempat kerja professor sinting itu.” Kata Cloud pelan.
Tifa mengernyitkan dahinya. “Kau kenal professor Hojo? Dia khan orang penting di Shin-Ra.” Tanya Tifa tapi sepertinya Cloud enggan menjawabnya dan berlalu. Tifa-pun tak berani bertanya lebih lanjut.
“Penjaga. Ada penjaga. Tifa kau ada ide? Karena tak mungkin kita mengendap-endap seperti tadi. Butuh kartu elektrik khusus untuk dapat masuk.” Kata Barret sambil merunduk.
Tifa maju kedepan. Barret dan Cloud terkejut dan mencoba mencegah tindakan bunuh diri Tifa itu.
“Hai tampan. Kau yang disana kemarilah!” goda Tifa dari ujung lorong. Tifa yang masih mengenakan kostum tentara Shin-Ra itu sengaja membuka 3 kancing bajunya yang teratas sehingga mempertontonkan payudaranya yang besar dan montok itu.
Prajurit penjaga itupun dibuatnya menjadi ngiler. Matanya tertuju ke wajah cantik Tifa yang kemudian turun ke belahan dadanya. Perempuan cantik ini tak memakai bra sehingga ada sedikit bagian puting susunya yang tersembul keluar. Penjaga ini menjadi semakin horny saja dibuatnya. Pria ini mendekat untuk menjamah dada Tifa namun saat dalam jarak dekat, lutut Tifa beraksi menghajar perut pria itu dan lengannya langsung membantingnya hingga pingsan. Cara pintar untuk mendobrak masuk.
“Wow. Walaupun sudah bertahun-tahun aku bersamamu teapi baru kali ini aku melihat kemontokan payudaramu Tifa. Luar biasa besar dan indah, masih kencang pula.” Goda Barret yang iseng-iseng meremasnya gemas. Puting susu Tifa-pun jadi seluruhnya keluar karena remasan itu membuat bajunya menjadi tersibak.
“Barret! Ingat rencana kita! Kita sedang di markas musuh. Jika ingin bersenang-senang, cari waktu lain!” bentak Tifa setengah berbisik.
Sebenarnya Cloud juga tak sabar ingin mencicipi tubuh Tifa lagi tetapi apa daya karena kondisi tak memungkinkan. Lalu mereka melanjutkan langkahnya ke ruangan inti. “Itu Aeris. Dan itu juga Hojo. Tangkap dia!” seru Cloud sambil mencabut pedangnya lagi.
Hojo yang sudah siap langsung menghadang mereka. “Kalian mau menangkapku? Hahahaha…jangan mimpi! Lihat teman kalian itu! Dia akan menjadi bulan-bulanan bagi kelinci percobaanku. Hahaha…” kata Hojo sambil tertawa penuh kemenangan.
Aeris ditahan diruangan berbentuk tabung dari kaca tebal transparan. Di dalam tabung percobaan itu Aeris panik karena dari lantai tabung itu keluar seekor serigala merah besar. Makhluk inilah yang menjadi kelinci percobaan Hojo. Professor sinting itu-pun semakin tertawa lebar ketika serigala merah itu mendekati Aeris dan mulai mencabik-cabik pakaiannya satu persatu. “Hahahah…mahluk itu sudah kuberi hormon untuk meningkatkan gairahnya dan aktivitas seksualnya. Aku ingin tahu bagaimana ras Cosmo jika dikawinkan dengan ras Ancient. Pasti hasilnya akan sangat mengejutkan.” Seru Hojo. Ternyata serigala itu adalah ras Cosmo yang sudah lama lenyap.
“Aeris bukan binatang professor gila. Lepaskan dia!” seru Cloud yang kemudian berniat menghabisi Hojo namun professor itu menghindar dengan berlari kencang dan menggunakan alat kabur daruratnya berupa lift khusus.
Saat Cloud berpaling melihat Aeris, ternyata sudah terlambat karena pakaian Aeris sudah robek semua dan sekarang gadis cantik berkepang itupun sudah bugil total.
“Prang!!!” Barret menembakkan senapan tangannya kearah tabung raksasa itu yang lalu pecah berantakan. Aeris keluar dengan tubuh telanjang tetapi tidak terluka sementara serigala itu mendekat juga kearah Barret. “Tunggu! Aku bukan musuhmu. Tadi aku hanya berpura-pura didepan Hojo. Jangan tembak!” seru serigala merah itu.
“Serigala dapat berbicara? Ini tak mungkin.” Seru Tifa nyaris pingsan dibuatnya.
“Aku bisa berbicara seperti apapun yang kau minta nona. Namaku Red XIII dan aku dari ras Cosmo yang berada di lembah Cosmo di benua barat. Aku ditangkap oleh Hojo dan dijadikan bahan percobaan. Nama asliku dulu adalah….akh sudahlah, tak ada gunanya. Sekarang kalian berhati-hati karena akan ada mahluk aneh yang keluar dari tabung itu. Hojo melepaskan satu specimen-nya paling berbahaya untuk membunuh kalian.” Kata Red XIII, serigala merah itu.
Belum sampai Red berkata lagi, tiba-tiba lengan Barret dan Cloud dibelenggu oleh tentakel besar bewarna hijau. Tentakel ini adalah milik monster berbentuk tumbuhan pemakan daging yang barusaja muncul dari tabung percobaan yang lainnya. Barret dan Cloud dibantingnya kearah tembok kaca hingga kaca itu pecah berantakan dan mereka berdua membentur dinding lalu pingsan. Sementara Red XIII mencoba menyerang tapi kandas setelah terpelanting akibat serangan 8 tentakel panjang lainnya. Tentakel itu lebih mirip tentakel cumi-cumi yang halus dari pada sulur tumbuhan.
“Hati-hati! Hojo salah memasukkan serbuk perangsang pada specimen itu. Serbuk yang seharusnya diberikannya padaku telah keliru mengenai monster tumbuhan itu. Lari!” seru Red sebelum akhirnya pingsan juga akibat benturan keras.
Monster tumbuhan ini tingginya 2 meter dan mempunyai tentakel bewarna hijau seperti warna tubuhnya dan panjang tentakelnya sekitar 8 hingga 10 meter dan mahluk ini juga memiliki banyak tentakel. Di bagian atasnya terdapat bunga kecil warna merah muda yang didalam kuncup bunganya terdapat gerigi kecil yang siap mengunyah makanan apapun yang mendekat. Tetapi kali ini lain, karena Hojo menaruhkan bubuk perangsang yang membuatnya menjadi horny dan mengira sudah berada di musim kawin. Mahluk tumbuhan setengah hewan ini bereproduksi dengan cara seperti hewan, yaitu pembuahan.
Tifa mencoba menghindar bersama Aeris tetapi apa daya karena mereka berdua langsung ditangkap oleh mahluk ini dan kedua kaki mereka terikat oleh tentakel mahluk ini.
Rok Tifa yang super pendek itu langsung tersingkap dengan mudahnya dan hanya dalam beberapa gerakan tentankel saja maka mahluk hijau aneh itu sudah berhasil menyibakkan kaus putih Tifa yang tanpa lengan itu dan membuat payudara Tifa terpampang keluar. Buah dadanya yang sangat besar itu menggantung-gantung dan langsung dililit oleh tentakel besar itu dan diremas dengan gerakan memelintir sehingga buah dada Tifa seolah sedang diikat oleh tentakel tersebut. Hal ini terang saja membuat buah dadanya menjadi lebih mencuat kedepan seolah akan loncat dari tempatnya menempel sekarang ini.
Tidak puas hanya dengan itu saja maka tentakel yang lain langsung menyerbu kearah puting susu TIfa dan bergerak menggesek lembut tetapi cepat dengan ujungnya sehingga membuat puting susu Tifa tambah mengeras dibuatnya. “Ughh…akhhh.” Desah Tifa tak kuasa lagi menahan rasa risih yang menghinggapinya.
Sepertinya monster bertentakel itu seolah mengerti perubahan pada diri Tifa. Tentakel yang lainnya langsung diarahkan kearah selangkangan Tifa yang kakinya terbuka lebar akibat tarikan dua tentakel lainnya. Kemudian monster tumbuhan itu mengarahkan dua tentakel yang dia miliki kearah selangkangan Tifa meleawati rok mininya yang sudah tersingkap. Menyusup kedalam celana dalam Tifa yang bewarna putih itu dan berkarya dengan gesekan dan sodokan kecil di liang vagina juga anus Tifa. Perempuan berambut panjang ini semakin tak kuasa lagi membendung hawa nafsunya. Liang kemaluannya-pun sudah semakin basah dan menyebarkan aroma yang disukai monster ini, aroma bagi para betina yang siap untuk dibuahi. Sementara Aeris sendiri yang dari tadi sudah bugil, tubuhnya terangkat diudara karena kedua tangan dan kakinya diikat oleh empat tentakel monster ini dan ditarik ke keempat arah yang berbeda sehingga seluruh lekuk tubuh Aeris terpampang jelas. Buah dadanya yang sekal dan padat berisi itu terlihat mencuat keatas karena tubuh Aeris yang dalam posisi telentang diudara.
“Lepaskan! Ughhh…” mulut Aeris tersedak ketika sebuah tentakel bewarna hijau itu menyesakkan nafasnya, melesak masuk kedalam bibirnya yang mungil dan seolah-olah ingin mencumbu bibir mungilnya. Mati-matian Aeris berusaha untuk melepaskan diri namun sia-sia karena cekalan monster itu kepada tubuhnya jauh lebih kuat.
Tentakel-tentakel yang lain langsung menyusul dengan meremas-remas payudara Aeris dan mempermainkan putingnya dengan menggunakan ujung tentakel tersebut. Kontan saja Aeris menjadi tak tahan lama-lama karena stimuli di payudaranya merupakan kunci utama bagi gadis ini untuk membuka pintu gerbang gairahnya. Memang puting susunya merupakan titik rangsang utama bagi Aeris selain di bagian tengkuk-nya.
“Aghhh…akhhh…hentikan monster sialan! Akhhh….” Desah Aeris dan Tifa bersamaan ketika monster itu semakin giat saja menggunakan puluhan tentakelnya untuk merangsang Tifa dan Aeris. Kedua gadis cantik ini pun menjadi tak berdaya dibuatnya. Walaupun sebenarnya jijik tetapi tubuh mereka mengatakan lain, cairan kewanitaan yang keluar dari lubang kemaluan mereka berdua-lah yang menjadi saksi bagaimana seekor monster bertentakel ini dapat membuat Tifa dan Aeris bertekuk lutut pada nafsu mereka. Seumur hidup mereka belum pernah berhadapan dengan rangsangan sehebat ini karena memang selama ini mereka hanya bercinta dengan pria yang tak mungkin dapat merangsang seluruh genital spot (titik rangsangan) mereka secara bersamaan, dalam waktu lama pula.
Selang sepuluh menit kemudian, dari bagian bawah tubuh monster itu yang sejatinya adalah bakal bunga (dalam kondisi normal) tiba-tiba terbuka dan keluarlah 4 tentakel yang lebih besar. Tentakel yang berdiameter 6 sampai 7 cm itu berbentuk lain dibandingkan tentakel yang berada di bagian atas monster ini. Jika tentakel atasnya berbentuk sedikit pipih dan berujung mirip dengan ujung tentakel cumi-cumi maka tentakel yang keluar dari bagian bawah monster ini berbentuk lonjong dan ujungnya berbentuk seperti bola kecil yang ditengahnya terdapat beberapa lubang kecil…lebih mirip seperti penis monster ini dibandingkan tentakel. Tentu saja penis yang panjang karena panjangnya hampir 15 meter, jauh lebih panjang dari pada tentakelnya.
Tifa dan Aeris tidak menyangka kalau hari itu mereka akan diperkosa oleh monster saparuh tumbuhan separuh mutant ini. Penis raksasa mahluk ini langsung menyerbu Tifa dan Aeris. Dari 4 penisnya, dua menuju kearah selangkangan Tifa sementara dua yang lain menuju kearah Aeris.
Dua batang penis raksasa itu menyusup kedalam lipatan celan dalam Tifa dan dalam hitungan detik terdengar suara teriakan Tifa. “Akhhh…sakittt! Sakittt! Lepaskan…!!!” jeritnya ketika monster tak berperasaan itu menusukkan kedua penisnya kedalam liang kemaluan Tifa dan anusnya secara bersamaan.
Sekarang tubuh Tifa yang setengah berdiri diudara itu terguncang-guncang. Bagaimana tidak karena baik lubang vaginanya maupun lubang anusnya sedang dihajar oleh pompaan batang tentakel penis raksasa milik sang monster. “Akhhh…akhhh…” Tifa hanya bisa mendesah ketika tubuhnya semakin terangkat keatas karena lilitan tentakel monster itu di tangannya sementara itu selangkangannya disangga penis monster tersebut.
“Akhhhh….sakit!!!” jerit Aeris ketika dalam posisi terlentang di udara dia merasakan liang vaginanya diterobos oleh benda asing secara paksa dan langsung memompanya tanpa ampun. “Hentikan! Bedebah! Sakit! Akkhhhh…..” jeritnya lagi namun tak berdaya melawan kuasa monster itu akan dirinya.
Belum selesai penderitaan Aeris, tiba-tiba penis keempat dari monster ini langsung melesak kearah lubang anusnya. Terang saja lubang anus Aeris yang masih perawan ini langsung berdarah karena desakan kuat penis monster itu untuk masuk kedalamnya. Dalam hitungan detik, penisnya sudah mengobrak-abrik kedua lubang pribadi Aeris tanpa ampun. Gadis cantik ini nyaris pingsan dibuatnya karena menahan rasa sakit yang teramat sangat di vagina maupun di anusnya.
Beda lagi dengan kondisi sang monster yang kali ini sedang bersemangat memompa 2 vagina dan 2 lubang anus dari 2 orang gadis cantik secara bersamaan. Dari batang penisnya terlihat cairan pelumas mulai bermunculan. Dan setelah memutar-mutar posisi kedua korbannya itu, sang monster mengerang aneh yang kemudian diikuti dengan munculnya semacam gelombang/ gundukan aneh sebesar bola tennis yang kemudian menjalar dari pangkal tubuhnya menuju ke ujung dari masing-masing penisnya. Lalu berubah menjadi semburan cairan hangat kedalam liang kemaluan dan anus masing-masing gadis. Cairan bewarna hijau keputihan ini sepertinya adalah semacam sperma yang dimiliki oleh monster sial ini. Cairan ini berbau sedikit wangi seperti wangi bunga yang ada di bagian atas monster tumbuhan hasil mutasi ini. Untungnya cairan itu tidak lengket sehingga tidak terus melekat di dinding rahim kedua gadis cantik ini namun langsung menggelontor keluar dari bibir kemaluan mereka berdua.
Monster inipun lemas tak berdaya setelah dirinya memompa cairan spermanya keluar dalam jumlah besar. Tiba-tiba disaat monster ini sedang merasakan kenikmatannya, sebuah pedang menembus perutnya dari belakang. Cloud sudah siuman dan telah menghunjamkan pedang besarnya menembus tubuh mutant itu dan membelahnya menjadi dua. Monster itu mati tepat setelah merasakan kenikmatan manusiawi dari perkosaannya kepada Tifa dan Aeris.
“Maaf aku terlambat menolong.” Kata Cloud sambil membantu Tifa dan Aeris untuk berdiri. Kedua gadis cantik ini sudah tidak mempunyai tenaga lagi karena tubuh mereka sudah lemas akibat rontaan mereka dari lilitan tentakel monster barusan ditambah lagi mereka juga lemas akibat terlalu banyak menerima rangsangan dari sang monster.
Setelah mereka semua sudah kembali menghimpun tenaga, Red XIII menenangkan Aeris bahwa dia tidak akan hamil karena bentuk sel monster tersebut tidak seperti milik manusia. Aeris-pun tenang dibuatnya walaupun masih tersisa rasa jijik didirinya jika mengingat cairan hijau monster tadi pernah disemprotkan didalam lubang senggaman miliknya. Sementara itu Tifa malah sudah berusaha melupakannya dan yang teringat tinggallah rasa nikmat saat seluruh G-spotnya tersentuh oleh sang monster dan itu sejujurnya merupakan pengalaman seks paling hebat yang dia pernah alami sampai saat ini.
Berlima, mereka lalu menaiki lift yang digunakan Hojo untuk kabur. Mereka tidak tahu kalau dilantai atas mereka sudah ditunggu oleh Reno dan Rude, anggota senior dari Turks. Tanpa perlawanan yang berarti akhirnya mereka harus tertangkap oleh Shin-Ra. Pasukan Shin-Ra membawa ke lima orang ini ke ruang kepresidenan. Disana presiden Shin-Ra sedang menunggu dan memutuskan hukuman mati bagi semuanya kecuali Aeris karena masih dibutuhkan.

Final Fantasy VII 5

“Pergi kalian! Don hanya menerima tamu wanita bukan pria. Sekarang pergilah kecuali kau membawa teman wanita kemari nona berkepang.” Seru salah seorang penjaga pintu gerbang di Corneo Mansion, rumah dari Don Corneo.
“Itu akan jadi masalah besar Cloud. Kita tidak bisa masuk dengan dirimu. Karena kau pria.” Kata Aeris kepada Cloud. Setelah lama mereka berpikir akhirnya Aeris mendapatkan ide untuk membuat Cloud menyamar sebagai perempuan. Tentu saja Cloud menolak ide gila ini habis-habisan tetapi ketika Aeris mengingatkan bahaya yang mungkin menimpa Tifa, Clud jadi luluh juga akhirnya dan menerima usulan dara cantik ini.
“Maaf, aku tidak punya pakaian yang cocok untuk temanmu nona. Karena badan temanmu terlalu besar.” Kata seorang penjual pakaian di tempat itu. “Kecuali jika kau memesannya dan kami akan membuatkan yang pas untuk temanmu yang…errr….pria ini. Tetapi kami butuh waktu sehari, besok siang mungkin akan selesai.” Ucap penjual ini lagi yang ternyata juga seorang designer pakaian.
“Terima kasih tuan. Oh iya, buatkan yang dapat membuatnya cantik yah, dari satin atau sutera. Uang tak jadi masalah.” Kata Aeris sambil menyerahkan uang sebesar 500 Gil kepada penjual itu.
“Wow. Dengan uang sebanyak ini kau bisa memperoleh pakaian semahal pakaian seorang Don nona.” Sahut penjual itu terpana ketika melihat besaran uang yang diserahkan Aeris.
Setelah keluar dari toko pakaian itu, Cloud menarik tangan Aeris, “Memang dari mana kau dapat uang itu?” Cloud sepertinya penasaran dengan gadis cantik ini.
“Hehehe…aku berhasil memperolehnya dari para pemuda di luar Honey Bee Inn setelah mereka termakan rayuanku.” Sahut Aeris sambil mengibaskan sisa uang yang tak kalah banyaknya dari yang tadi dihadapan Cloud.
“Malam ini kita menginap disini Cloud.” Kata Aeris sambil memesankan kamar untuk mereka berdua di hotel dekat toko baju tadi. Berhubung kamar kosong tinggal satu maka Cloud dan Aeris terpaksa tidur satu kamar dan satu tempat tidur pula.
“Hmmm…kau tidak berganti pakaian?” tanya Cloud pada gadis cantik ini. Berhubung kamar mandi pintunya berupa plastik transparan membuat Aeris tak nyaman dibuatnya.
“Itu khan yang kamu tunggu dari tadi. Memang aku gerah tapi kamar mandipun bisa dilihat dari luar. Sangat tak nyaman.” Sahut dara berkepang ini kepada Cloud yang sekarang sudah tiduran di tempat tidur besar di kamar itu.
“Jangan khawatir. Aku tak akan mengintipmu Aeris.” Kata pemuda pirang ini sambil membalikkan tubuhnya yang rebah itu membelakangi Aeris.
“Jangan mengintip!” Ancam Aeris yang kemudian membuka pakaiannya satu persatu dibelakang Cloud. Mulai dari jaket mini yang dipakainya hingga gaun terusan warna pink yang ia pakai sepanjang hari ini.
Dalam hati Cloud membayangkan seperti apa tubuh seorang Aeris. Dengan hati-hati dia menoleh sedikit kearah Aeris yang juga membelakanginya. Pemuda ini terkesiap ketika melihat pantat sekal padat milik Aeris yang putih mulus itu. Aeris benar-benar sedang telanjang sekarang. Saat Aeris sedikit menengok untuk mengambil celana dalam dan bra-nya, terlihat sepintas buah dada Aeris yang berputing pink itu dimata Cloud. Buah dadanya memang tidak sebesar milik Tifa yang besar sekali itu tetapi terlihat padat dan lebih mancung dari milik Tifa. Seperti buah pear, kata Cloud dalam hati.
Saat celana dalam Aeris nyaris mencapai puncaknya, tiba-tiba ada sepasang tangan mendekap tubuhnya dari belakang. “Cloud! Apa-apaan ini?” seru Aeris dengan nada tinggi. Tetapi sepertinya gadis cantik ini sudah tak berdaya lagi ketika tangan nakal Cloud sudah berkarya dengan kedua buah dadanya yang ranum itu dengan liarnya. Memang Cloud sangat ahli dalam merangsang perempuan terutama dari dada mereka. Remasan dari pemuda dibelakangnya itu membuat Aeris mau tak mau terangsang juga. Entah bagaimana tadinya, tiba-tiba dia sadar kalau celana dalamnya sudah lenyap dari kedua pahanya. Aeris terlalu terlena untuk sadar terhadap sesuatu yang menimpanya sekarang.
“Aeris. Kau cantik sekali. Aku menyukaimu cantik.” Kata Cloud mesra dari belakang telinga Aeris membuat bulu kuduk gadis ini seluruhnya berdiri. Seketika telinga dan wajahnya menjadi panas dan memerah karena malu sekaligus risih dengan perlakuan Cloud. “Kau juga seksi sekali.” Ucap pemuda pirang ini lagi sambil meningkatkan intensitas remasan tangannya.
“Cloud…kenapa jadi be..gi..ni…akhhh…” tanpa sadar Aeris mendesah karena tak kuat lagi menahan rasa nikmat yang mendera tubuhnya. Matanya menjadi semakin sayu seolah pasrah terhadap perbuatan Cloud pada dirinya. Namun mata sayu itu tiba-tiba saja berubah sesaat ketika jemari Cloud menyentuh kemaluannya. Lubang suci yang belum pernah disentuh orang lain sebelumnya. Sekarang jemari Cloud dengan nakalnya menggesek-gesek bibir vagina Aeris denan jemarinya sambil beberapa kali menstimuli klitoris gadis cantik ini dengan cara yang pandai.
Tubuh telanjang Aeris menegang dan menggelinjang hebat ketika Cloud memadukan ciumannya di leher dan bibir Aeris dengan remasan dan sentuhan pada buah dada maupun vagina gadis cantik ini. Aeris tanpa sudah mencapai orgasmenya secara cepat dengan kepiawaian Cloud dalam foreplay. “Akhhh….Cloud…” desah Aeris yang kemudian nyaris ambruk kebelakang jika saja Cloud tidak berada dibelakangnya menahan beban tubuhnya. Saat itu juga Aeris merasakan benda tumpul menempel di pantatnya. Dia baru sadar kalau Cloud sedari tadi sudah telanjang bulat.
Aeris yang berusaha melepaskan diri dari Cloud akhirnya lemas juga karena tubuhnya kini sudah diselimuti oleh hawa nafsunya sendiri yang tak kalah buasnya dengan milik Cloud. Dalam pangkuan Cloud yang duduk di pinggiran tempat tidur, Aeris menggeliat-geliat karena tak tahan lagi dengan rangsangan yang diberikan Cloud kepadanya. Entah sudah berapa ciuman, sedotan dan remasan yang hinggap di sekujur tubuhnya sehingga dibagian paha, perut, leher dan buah dadanya terdapat tanda cupang dimana-mana. Tanda bewarna merah ini menjadi saksi bagaimana ciuman maut Cloud membuat gadis se-innocent Aeris bisa berubah menjadi seliar perempuan seperti Tara.
Kemudian Cloud membalikkan tubuh Aeris hingga menghadapnya sekarang. Lalu diputarnya posisi duduknya dan sekarang Aeris telah rebah di atas kasur sementara kedua kakinya masih menjuntai kebawah karena tidak disangga apapun. Cloud lalu mengangkat dan melebarkan kedua paha Aeris lalu kepalanya menjulur kedalam selangkangan Aeris.
“Akhh…Cloud…jangan disitu…akhh…” desah Aeris ketika dia merasakan lidah Cloud menari-nari di bibir vaginanya dan selang beberapa detik kemudian Aeris mendesah lebih keras lagi ketika klitoris-nya di jilati oleh Cloud dan dipermainkan dengan lidahnya yang panjang itu. “Cloud…akhh…awww…” jeritnya tertahan ketika lidah nakal Cloud sudah menembus lipatan kedua bibir vaginanya dan terus merangsek kearah dalam liang kemaluan dara cantik ini. Sesekali ditusuk-tusukkan lidahnya itu kedalam vagina Aeris sehingga terkadang menyentuh selaput dara Aeris yang membuat gadis cantik ini menjerit kesakitan.
“Aeris. Vaginamu benar-benar wangi sekali Aeris. Seperti milik seorang dewi saja.” Puji Cloud yang membuat wajah Aeris tambah merah padam karena malu dan risih karena itu kali pertamanya dia menunjukkan tubuh bugilnya kepada seorang pria apalagi pria tersebut sekarang sudah menjamah seluruh tubuhnya tanpa sisa.
“Akhh..Cloud…aku…akhhh…” desah Aeris sembari menegangkan tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan. Kepalanya menggeleng liar kekiri dan kekanan. Aeris mencapai orgasmenya yang kedua. Cloud menghentikan oral seks-nya dan memandang Aeris dengan senyuman penuh kemenangan. Lalu dengan perlahan dia mengangkat lagi kedua tungkai kaki Aeris dan disandarkannya dibahu miliknya. Bisa ditebak gerakan apa selanjutnya yang dilakukan pemuda pirang ini kepada Aeris. Pinggulnya maju kearah selangkangan Aeris yang terbuka lebar dan ditumbuhi bulu-bulu halus warna cokelat itu.
“Akhh…sakit…!!!” jerit Aeris ketika merasakan kemaluannya sedang dimasuki oleh benda asing yang sangat besar. Penis Cloud sekarang sedang berusaha mendesak masuk membelah bibir vagina Aeris yang putih bersih itu. Aeris yang masih perawan terang saja menjerit kesakitan. Namun Cloud tidak mengurungkan niatnya dan terus memaksa agar batang penisnya dapat masuk seluruhnya kedalam liang senggama Aeris yang masih sempit itu. “Akhhh…Cloud…sakitt…!!!” jerit Aeris lagi entah untuk yang keberapa kalinya. “Arrghhhh…!!!” kali ini Cloud berhasil menusukkan batang kejantanannya secara keseluruhan kedalam liang kemaluan Aeris. Seketika darah perawan Aeris mengalir dan membasahi selangkangannya dan juga batang penis Cloud yang putih kemerahan itu.
“Aeris. Kamu masih perawan yah ternyata. Aku bakalan lembut kepadamu sayang. Aku mulai goyangannya yah?” ucap Cloud kemudian mulai memaju mundurkan penisnya yang sudah terpancang kuat di liang kemaluan Aeris itu.
“Akhh…akhhh…pelan-pelan…akhhh…” rintih Aeris disela-sela sodokan-sodokan Cloud yang penuh nafsu itu. Tak jarang sesekali Cloud memutar-mutar penisnya untuk memberikan sensasi lebih pada batang kebanggaannya itu dan itu membuat vagina Aeris memperoleh tekanan lebih kuat yang membuat dara cantik ini terkadang kembali menjerit kecil menahan perih.
Puas dengan mengerjai Aeris dari luar tempat tidur, Cloud merubah posisinya. Sekarang dia mengangkat Aeris dan memangkunya diatas pinggiran kasur sementara Aeris membelakanginya. Dari sela-sela ketiak dari belakang Cloud meremas-remas kedua payudara Aeris yang sekarang sudah bertambah kencang akibat rangsangan bertubi-tubi tadi, sementara itu pinggulnya masih menagngkat tubuh Aeris dengan bantuan daya tolak pada per di pinggiran tempat tidur yang membuat tubuh Aeris dapat naik turun dengan leluasa.
Selama kurang lebih sepuluh menit vagina Aeris memompa penis Cloud, gadis ini sudah mulai lemas mungkin karena terlalu banyak orgasme karena setidaknya dia sudah 3 kali orgasme sampai detik ini. Darah perawan Aeris sudah habis dari sumbernya sementara bekas darah yang tadi menodai sprei kasur dan lantai juga beberapa tempat lainnya karena sedari tadi Cloud mengerjai Aeris dengan posisi yang berpindah tempat terus.
“Akhhh…Aeris sayang….” Desah Cloud sambil menggelinjang yang lalu menghunjamkan batang kejantanannya dengan keras sedalam-dalamnya pada liang kemaluan Aeris. Pemuda pirang ini menggelinjang hebat dan berejakulasi didalam vagina Aeris yang tadinya masih perawan itu. “Oh, kamu benar-benar luar biasa sayangku Aeris.” Puji Cloud yang lalu membaringkan Aeris yang telah letih itu keatas kasur sambil mencabut kemaluannya yang masih berada didalam kemaluan Aeris. Saat Cloud mencabut batang kejantanannya dari liang kewanitaan Aeris, terlihat cairan sperma Cloud mengalir dari dalam kemaluan gadis itu yang kemudian membajiri selangkangannya yang putih mulus itu.
Cloud lalu ambruk dan tidur memeluk Aeris yang sempat menitikkan air matanya melihat keperawanannya telah hilang malam itu. Anehnya walaupun Aeris menangis tetapi saat tengah malam Cloud bangun dan menyetubuhinya lagi dia tidak melawan sama sekali malah terlihat berusaha menikmati.
Cloud yang dengan giatnya memompa Aeris yang telah ditindihnya di atas kasur itu akhirnya harus berejakulasi lagi setelah setengah jam lamanya. Kali ini dia mengeluarkan sperma kloter keduanya diatas perut dan pusar Aeris yang putih mulus itu. Tak puas hanya dengan itu, Cloud kembali menyetubuhinya dengan gaya doggy style dan kembali berejakulasi didalam rahim Aeris. Terus berulang hingga menjelang pagi. Setidaknya Cloud sudah menumpahkan spermanya 7 kali berturut-turut ditubuh Aeris. Sekarang seluruh tubuh molek dara cantik ini sudah belepotan sperma yang lengket dan putih kental. Vagina, payudara, pusar, perut, pantat, punggung dan bahkan wajahnya juga telah dinodai oleh sperma Cloud.
Esok harinya mereka berkemas dan kembali ke toko pakaian. “Kau sakit nona? Kok sepertinya pucat.” Tanya sang penjual pakaian setelah melihat raut muka Aeris.
“Tadi malam di hotel banyak tikus nakal yang menyebalkan membuatku tak dapat tidur nyenyak. Tikus bewarna pirang….benar-benar menyebalkan.” Ucap gadis ini sambil membuka baju yang disusun rapi oleh sang penjual itu.
“Tikus warna pirang? Memangnya ada yah? Tapi kalau tikus memang di Midgar menjadi surga bagi tikus.” Balasnya tanpa tahu kalau ucapan Aeris tadi adalah sindiran bagi Cloud. Sementara Cloud sendiri tidak berkomentar karena masih sedikit merasa bersalah telah memerawani Aeris.
“Nah ini pakaian yang kupersiapkan tadi malam. Khusus untukmu nona…eh tuan….errr…maksudku…sudahlah. Ini untukmu.” Kata penjual itu kepada Cloud sambil menyerahkan pakaian berupa ‘gaun’ khusus untuk Cloud.
“Nah cocok bagimu nona Cloud. Hahahaha…” ejek Aeris. Dalam hati dia senang setidaknya sedikit kejengkelannya kepada Cloud telah hilang, walaupun sedikit.
Akhirnya mereka berdua berhasil masuk kedalam kediaman Don Corneo dan langsung disambut oleh pengurus rumah. “Kalian tunggulah disini! Malam ini Don akan memilih salah satu dari kalian bertiga untuk menjadi pasangannya nanti malam. Sebentar lagi akan dimulai kontesnya. Semoga beruntung.” Kata pengurus rumah itu yang lalu pergi meninggalkan Cloud bersama dengan Aeris sendirian.
“Semoga beruntung? Enak saja. Don itu hidupnya benar-benar mewah dan enak sampai-sampai tiap beberapa hari sekali mendapatkan jatah dari para perempuan yang ingin bekerja di Honey Bee Inn miliknya itu.” Gerutu Cloud seolah membayangkan dirinya di posisi Don.
“Huhu…jangan katakan kalau kau iri kepadanya Cloud. Karena tadi malam kau sudah mendapatkan tubuh perawanku.” Aeris sepertinya menangkap apa yang ada dibenak Cloud saat ini.
“Shhh…jangan keras-keras! Tadi orang itu mengatakan kita bertiga, berarti Tifa memang ada disini. Sekarang kita cari saja!” Cloud lalu mulai bergerak menyusuri tiap ruangan di mansion itu bersama Aeris dibelakangnya dan akhirnya mereka menemukan ruangan bawah tanah tempat Don biasa mengurung dan menyiksa musuh-musuhnya. Tifa berada disana dengan gaun warna biru yang aduhai.
“Hai Tifa! Maaf aku terlambat.” Kata Cloud yang kemudian membuat Tifa terbengong-bengong. Tak lama kemudian Tifa berteriak terkejut setelah tahu bahwa perempuan didepannya adalah Cloud.
“Kyaaa….Cloud! Kenapa denganmu? Apa kepalamu terantuk batu jadi hilang ingatan atau apa…?” Tifa panik namun Aeris dengan cepat menjelaskan semuanya termasuk bagaimana pertemuan mereka berdua.
“Oww…jadi kau adalah gadis yang bersamanya di taman itu. Hai namaku Tifa. Maaf kalau sudah membuatmu repot.” Kata Tifa kepada Aeris yang kemudian menjabat tangannya. “Sebenarnya aku kemari untuk mencari akses ke sektor 4 yang ditutup saat ini. Entah karena apa tetapi aku merasa ada yang tak beres. Seolah-olah Shin-Ra ingin mengisolasi sektor tersebut dari sektor lain manapun. Sekarang ini yang aku tahu Don Corneo adalah satu-satunya orang yang memiliki akses ke sektor tersebut lewat jalan rahasianya. Aku curiga kalau dia orang kepercayaan Shin-Ra. Itu sebabnya aku menyamar agar dapat masuk ketempat ini.” Kata Tifa menjelaskan alasannya ditempat Don Corneo sekarang.
“Sekarang kita keluar! Don sudah menunggu diruangannya.” Seru seseorang dari atas yang merupakan kepala pengurus rumah di mansion ini. “Keruangan ini!” perintahnya ketika mereka berjalan melewati sebuah ruangan besar ditengah koridor.
“Hohoho…akhirnya datang juga para calon pengantinku malam ini. Wow cantik-cantik semuaaa….huhuhu…” Don Corneo yang bertubuh tambun ini benar-benar mata keranjang sekali. Tiap kali ada gadis yang ingin bekerja dengannya maka harus ditiduri dulu dan jika ada lebih dari satu gadis maka harus diseleksi terlebih dulu sebelum diajak tidur bersama.
“Wow! Gadis ini terlihat sangat tangguh dan juga cantik. Aku bisa tebak kalau di ranjang dia bakalan menghajarku habis-habisan dengan payudaranya yang besar ini hahaha…” gelak Don Corneo ketika melihat Tifa yang kemudian menjulurkan tangannya untuk meremas buah dada gadis cantik ini. Tifa hanya bisa diam karena ingin penyamarannya tak terbongkar.
“Hmmm…yang ini sepertinya sangat cantik dan juga terlihat tidak berdosa. Bakalan laku keras jika ditaruh di Honey Bee Inn milikku. Matanya besar dan bening, aku suka sekali…huhuhu…” nafsunya semakin terpompa saja ketika melihat Aeris dengan seksama.
“Err….ini seperti seorang perempuan tangguh. Pemalu namun penuh nafsu. Hahaha…aku suka yang berambut pirang ini. Seperti gadis tomboy saja hehehe…” kembali Don Corneo bergairah hebat ketika melihat….Cloud??? Ternyata dandanan Cloud dengan gaun specialnya ditambah dengan lingerie yang dia dapatkan dari Tara membuatnya menjadi ‘cantik’ dimata para pria hidung belang ini. Krja bagus sang desainer baju.
“Aku malam ini memilih….errrr….kau yang berambut cokelat. Dua yang lain bisa kalian miliki.” Seru Don yang kemudian disambut dengan suka cita para anak buahnya yang membayangkan dapatkan pelayanan istimewa malam ini.
Aeris lalu masuk kedalam kamar Don Corneo bersama dengan sang Don sementara Cloud dan Tifa digiring keluar oleh anak buah Don yang sudah berbinar-binar berharap dapatkan tubuh molek dua gadis cantik.
“Hmmm…kau sekarang sendirian diantara kami cantik. Gaya seperti apa yang kau mau? Hehehe…” anak buah Don Corneo yang bernama Ben ini tertawa menyeringai. Dikamar yang lumayan luas itu, Tifa berada didalamnya bersama dengan Ben dan 4 rekannya yang merupakan pengawal pribadi Don.
“Ughh…maaf tapi aku tak tertarik dengan kalian. Aku ingin bertemu Don. Minggir!” seru Tifa dengan posisi siap tempur tetapi dia lengah hingga salah satu anak buah Don Corneo yang bertubuh paling besar berhasil mendekapnya dari belakang dan membuatnya tak dapat bergerak.
“Oh…jadi kamu suka yang bersifat keras seperti itu cantik. Baiklah. Kami akan memenuhi permintaanmu. Kalian dengarkan! Dia ingin adanya kekerasan, sepertinya gadis cantik ini suka kekerasan. Perkosa dia!!!” seru Ben memberi perintah.
“Tidak! Lepaskan aku!” Tifa mencoba berontak tetapi kini tubuhnya sudah terpasung di atas karpet tebal dilantai. Kedua tangan dan kakinya dicekal oleh keempat anak buah Don Corneo.
“Huhu…gaun biru ini sebaiknya aku lepaskan saja. Hehehe…kau bakalan mendapatkan malam yang penuh dengan kenikmatan disini.” Ucap Ben sambil merengut gaun Tifa hingga robek dan melucuti seluruh pakaian Tifa hingga dara cantik berambut panjang ini akhirnya telanjang bulat didepan Ben.
Buah dada besar Tifa tertutupi separuh oleh rambut hitam panjangnya yang terurai lepas. Sementara tubuh bugilnya sudah membuat para pria diruangan itu menjadi bak seorang Momotaro yang menemukan buah pear pertamanya aau bagaikan manusia gua yang kejatuhan seorang dewi yang super molek. Bagaimana tidak, Tifa yang cantik ini walaupun pernah berhubungan intim dengan pria tetapi tubuhnya tidak berubah selayaknya wanita pada umumnya. Kulitnya masih kencang begitu juga dengan payudaranya yang besar tetap saja kencang seolah baru berusia belasan tahun saja. Perutnya yang datar dan pinggangnya yang ramping ditambah lagi dengan kulitnya yang mulus putih mau tak mau membuat pertahanan semua pria jebol juga. Cloud yang biasanya dingin saja bisa terayu oleh bentuk tubuh Tifa dan kecantikannya apalagi para buaya darat ini.
“Ahhh. Mimpi apa aku semalam bisa mendapatkan gadis secantik dirimu nona. Sekarang akan aku ajarkan kau menjadi seorang pelayan para pria yang baik. Nanti setelah kau bekerja di Honey Bee Inn pasti aku akan setiap hari menjengukmu untuk menidurimu hahaha…” gelak Ben yang kemudian membuka ikatan dicelananya dan seketika dari dalam keluarlah secara perlahan batang kemaluan Ben yang cukup besar itu. Penis yang bewarna coklat tua itu sudah tegak dan berliur seperti tak sabar untuk menerkam Tifa.
Tifa mencoba berteriak, menjerit dan meronta tetapi pegangan dari 4 orang anak buah senior Don Corneo tidak dapat dia kalahkan juga. Sementara itu buah dadanya yang besar itu menjadi bulan-bulanan bagi keempat anak buah yang mencekal tangan dan kakinya. Mereka bergantian meremas dan menjilati payudara cewek cantik ini. Puting susu Tifa mengeras dan mengacung seolah mengisyaratkan bahwa gadis cantik ini sudah siap untuk ditiduri.
“Akhh…lepas…jangan! Akhh….” Seru Tifa ketika dia merasakan bibir vaginanya terasa didesak oleh sesuatu yang besar dan panjang. Benda asing it uterus masuk dan membelah kedua bibir vagina Tifa yang tadinya mengatup rapat. Bukan hanya itu saja karena berikutnya Ben menyodokkan batang penisnya sedalam-dalamnya diliang kemaluan Tifa yang membuat gadis cantik ini berteriak menahan sakit.
“Wow! Kamu masih sempit. Luar biasa gadis manis.” Kata Ben yang kemudian menggoyangkan pantatnya menyodok-nyodok vagina gadis cantik ini. “Luar biasa! Kalian harus mencoba vagina nona cantik ini. Luar biasa!” kata Ben berulang-ulang sambil mempercepat laju pompaan batang kejantanannya atas diri Tifa.
Dalam posisi terlentang tak berdaya, Tifa mau tak mau harus menahan penghinaan ini. Dia menggigit bibir bawahnya berharap ini cepat selesai. Dan memang cepat selesai karena baru tiga menit menggenjot tubuh Tifa, Ben sudah berejakulasi didalam liang kemaluan gadis cantik ini.
Tifa yang sedari tadi mencoba melawan seolah tak berdaya lagi. Tenaganya sudah habis sementara itu tubuhnya sudah merasa sakit karena cekalan dari keempat pria lainnya yang terlampau kuat hingga menyakiti tangan dan kakinya. Tubuh dara cantik ini lalu dibalik dengan posisi tengkurap di atas permadani besar.
Seorang anak buah Don Corneo yang bernama Chad lalu berbaring terlentang dengan telanjang dan penis menghadap keatas. Lalu tubuh Tifa diarahkan oleh pria-pria yang lain untuk menindih tubuh Chad terutama bagian penisnya. Vagina Tifa yang masih belum kering dari semprotan sperma itu kembali dijarah oleh penis anak buah Don Corneo tapi kali ini dihajar dari bawah.
“Akhh…” Tifa yang lemas hanya bisa menesh-desah saja berusaha menikmati perkosaan itu ketika tubuhnya terdorong-dorong keatas mengikuti irama sodokan batang kemaluan Chad yang saat ini masih bercokol di vaginanya yang indah itu. Tifa seperti mesin penggilas saja hanya saja kali ini pantatnya menggilas penis Chad yang ukurannya lebih besar sedikit dari milik Ben dan lebih hitam seperti warna kulit Chad.
“Kemari sayang!” Chad lalu memeluk Tifa yang berada diatas tubuhnya hingga buah dada dara cantik ini menempel dengan dada Chad yang bidang dan berbulu agak lebat ini. “Sekarang Bruno!” kata Chad lagi.
Bruno adalah salah satu dari kelima pria dikamar ini. “Baik. Sekarang giliran lubang lainnya yang dikerjai hahaha…” tawa Bruno menghiasi jeritan Tifa ketika batang penis Bruno yang sebesar milik Chad itu menyeruak masuk menembus lubang anus Tifa yang selama ini belum pernah menerima penetrasi penis siapapun. Seketika darah segar membasahi penis Bruno karena lubang anus Tifa menjadi sedikit lecet dan robek sementara itu Bruno malah menggenjotnya dengan sangat kasar.
“Akhhh….sakit! Lepaskan aku….!” Seru Tifa sambil berusaha memukul-mukul mereka tetapi sia-sia saja karena tenaganya sudah habis. “Akhh…!” pekik gadis ini lagi ketika Bruno dan Chad menggenjot kedua lubang miliknya secara bersamaan dan sama-sama kasar. Penis kedua pria ini seolah saling berlomba untuk merusak lubang-lubang pribadi Tifa itu dengan sodokan-sodokan keras mereka. Belum lagi tiap kali mereka melakukan penetrasi bersamaan maka dinding pemisah antara kedua lubang milik Tifa menjadi sangat tipis dan menorehkan gesekan yang cukup perih. Tak jarang buah pelir Chad dan Bruno beradu karena irama tusukan mereka yang sama.
“Okhh…nikmat sekali pelacur ini. Akhhh…” seru Bruno yang lalu menyemprotkan spermanya didalam anus Tifa. Sementara itu Chad juga tak beda tipis dengan Bruno, dia mencapai orgasmenya dengan berejakulasi didalam liang vagina Tifa.
Tepat saat kedua pria itu sedang menikmati orgasme mereka, tiba-tiba pintu didobrak dan muncullah Cloud yang sudah berganti pakaian dengan pakaian pria yang biasa dia pakai lengkap dengan pedang ditangan. Karena kurang sigap maka Ben dan kawan-kawan langsung kalah dengan sangat memilukan yaitu tubuh tertebas pedang hingga tewas.
Tifa masih dijejali oleh dua penis Chad dan Bruno yang telah mati ini. Lalu dengan bantuan Cloud, akhirnya dara cantik ini bebas juga. “Wow! Aku malah belum pernah mencoba lubangmu yang satu itu Tifa.” Canda Cloud.
“Sialan kau Cloud! Kenapa lama sekali? Kau ingin aku digilir 5 pria hah?” TIfa berang melihat Cloud terlambat menolongnya.
“Hehehehe. Sebenarnya aku jadi horny juga ketika melihat dirimu diperkosa ramai-ramai tetapi karena waktu mendesak maka pertunjukan cukup sampai disini saja hehe…” canda Cloud. Tifa menganggapnya itu bercanda padahal Cloud benar-benar sempat menonton perkosaan atas diri gadis itu walaupun hanya sesaat terakhirnya.
“Kita cari Aeris!” kata Cloud sambil menghambur keluar ruangan dan menghajar dua penjaga yang lain.
Tifa jengkel melihat Cloud sepertinya hanya peduli dengan Aeris itu. “Huh. Setidaknya berikan aku pakaian pengganti gaunku ini.” Gerutu Tifa sambil berlalu.
“Brakkk!!!” Pintu kamar Don Corneo didobrak oleh Cloud dan Tifa. Mereka melihat Corneo sedang menindih Aeris yang bagian atas gaunnya sudah tersingkap dan payudara mulusnya sudah didalam remasan tangan Don Corneo. “Mau apa kalian? Penjaga! Ada penyusup disini. Tangkap mereka! Penjaga…!!!” Don mulai panik tapi tak ada satupun penjaga yang datang. Aeris menggunakan kesempatan ini untuk kabur dan berdiri dibelakang Cloud.
“Jangan khawatir! Para penjaga sudah habis ditangan kami. Sekarang kita selesaikan urusan kita.” Kata Tifa sambil mengenakan sarung tangannya yang terbuat dari serat kulit Adamantoise, seekor kura-kura raksasa yang kulitnya konon sekeras besi tetapi ringan, hidup di daerah perairan Wutai. “Sarung tangan ini bernama Kaiser Knuckle. Konon bisa menghancurkan batu cadas dalam sekali pukul. Kamu tentu tak mau kalau kepalamu yang menjadi seperti batu cadas itu bukan?” seru Tifa membentak.
Don Corneo yang nyalinya langsung ciut itu mundur dan dengan tergagap dia berkata, “Apa ma…mau ka..lian…? Kalau uang kalian..bisa…am..bil…tapi jangan sakiti a…ku.” Pria gendut ini berusaha membeli hidupnya dengan uang haramnya.
Tifa naik keatas ranjang besar Don. “Aku tak ingin uangmu. Aku ingin kartu masuk untuk ke sektor 4 dan aku juga ingin bertanya beberapa hal mengenai Shin-Ra.”
“Jangan! Apapun silakan tetapi jangan Shin-Ra! Aku tidak mau berurusan dengan mereka. Berbahaya. Kumohon!” pinta Don Corneo memelas. Sejenak dia membayangkan siksaan yang bakal dia terima jika berkhianat kepada Shin-Ra. Karena terakhir kali dia melihat para pembunuh bayaran Shin-Ra yang tergabung dalam organisasi hitam The Turks telah menghabisi seorang pengkhianat didepan matanya dengan sadis.
Namun akhirnya Don menyerah juga setelah lehernya bersentuhan dengan ujung pedang Cloud. Don menceritakan seluruh operasi Shin-Ra termasuk rencana mereka menghancurkan kawasan sektor 4 terutama daerah Slum dan reaktor bekasnya karena dianggap tidak menguntungkan sekaligus sebagai upaya menghancurkan kelompok perlawanan Avalanche. Tifa yang terkejut akan hal itu ingin menghabisi Corneo tetapi Cloud mencegahnya. “Jangan! Tanganmu tak pantas dikotori oleh darah orang bejat ini. Nanti juga biarkan Shin-Ra yang menyiksanya sampai mati.” Kata Cloud meredakan emosi Tifa.
Saat Cloud dan kawan-kawan akan pergi Don Corneo memanggil mereka. “Hei tunggu! Aku ingin tanya kepada kalian semua.”
“Apa maumu? Cepat katakan!” seru Cloud sembari mengacungkan lagi pedangnya.
“Hei, hei. Sabar! Aku tidak berniat melukai. Aku ingin tanya saja mengenai suatu hal.
Menurut kalian mengapa seorang pria berumur sepertiku masih gemar bermain perempuan? Pilihan jawabannya: a, karena ingin merasa berguna; b, karena nafsuku yang besar; c, karena gadis muda masih mempunyai daya tarik sendiri; d, karena itu satu-satunya cara menjaga kewibawaanku sebagai playboy di Midgar ini. Pilih salah satu!” kata Don Corneo.
“Pertanyaan apa ini? Aneh.” Seru Aeris. Cloud lalu mendekat, “Aku tak peduli jawabannya tetapi jawaban pribadiku adalah karena kau hanya ingin merasa berguna. Sebab diluar bermain perempuan, kau tak bisa apa-apa tanpa pengawalmu.” Sahut Cloud ketus.
“Hmmm…nyaris benar. Sayang kurang sedikit.” Kata Don Corneo yang kemudian menarik tuas rahasia disitu dan tiba-tiba terbuka sebuah lubang besar dilantai dimana Cloud dan yang lain berpijak. Otomatis ketiga orang ini langsung terjun bebas kebawah. “Selamat bersenang-senang dibawah sana. Oh iya aku lupa memberitahu kalian kalau dibawah sana ada hewan peliharaanku yang lupa kuberi makan.
Maaf yach…huhuhuhu.” Akhirnya Cloud, Tifa dan Aeris masuk perangkap licik Don Corneo dan terjatuh kedalam lubang perangkap yang kemudian melemparkan mereka keterowongan bawah tanah yang berakhir di selokan besar dibagian bawah lapisan ketiga kota Midgar. Sebuah tempat yang kotor dan menjijikkan tetapi lebih dari itu, sebuah bayangan besar mengintai dengan mata yang bersinar tajam seolah ingin menerkam Cloud dan dua gadis yang baru saja sadar dari pingsan mereka.

Final Fantasy VII 4

Selesai makan malam, Cloud mengatakan kalau dia akan pergi ke sektor 4 dan Aeris langsung menawarkan diri untuk mengantarnya. Elmyra berusaha mencegah keinginan anak semata wayangnya tetapi harus menyerah atas kekeras kepalaan Aeris. Saat Aeris mempersiapkan kamar untuk Cloud, Elmyra memohon agar Cloud pergi sendiri karena Elmyra takut kalau Aeris pergi keluar karena organisasi Shin-Ra sedang berjaga-jaga dengan ketat diseluruh sektor untuk memburu para gerilyawan Avalanche. Cloud sadar kalau dirinya tidak dapat memberikan beban kepada Aeris kemudian dia menyelinap ketika Aeris tertidur.

“Hmm…pintu masuk menuju ke distrik perdagangan terbesar di Midgar,Wallmarket. Aeris bilang kalau ingin ke sektor 4 harus melewati tempat ini. Yah berarti harus memutar, tetapi lebih baik dari pada bertemu dengan pos pemeriksaan para tentara Shin-Ra.” Kata Cloud dalam hati.
Saat Cloud akan melanjutkan langkahnya, dia terkejut karena didepannya sudah ada Aeris yang sedang duduk di puing-puing mesin penggali yang sudah rusak. “Hmm…bangun lebih pagi Cloud?” sindir Aeris.
Cloud jadi salah tingkah dibuatnya. “Hei, aku hanya tak ingin kau terluka jika aku nanti bertemu dengan para prajurit Shin-Ra.” Cloud mencoba membela diri.
“Sudah selesai kata-katamu? Sekarang ayo kita pergi, temanmu pasti menunggumu.” Kata Aeris yang kemudian berlari kearah terowongan penghubung antara sektor 3 dengan wallmarket. “Ayo Cloud! Apa yang kau tunggu?” teriaknya begitu sudah sampai jauh. Cloud hanya bengong dan mau tak mau dia mengikuti langkah gadis cantik itu.
“Bruakkk!!!” sebuah robot jatuh berhamburan. Bagian-bagian tubuhnya terlepas satu sama lain. “Robot rongsokan milik Shin-Ra. Mereka sering membuang robot-robot penjaga mereka yang tidak mereka gunakan lagi disini. Tempat ini berbahaya bagi orang luar yang tidak berhati-hati. Untung saja ada aku yang memandumu.” Kata Aeris sembari mendaki tumpukan logam rongsokan yang menggunung untuk mempersingkat waktu.
“Ya…ya..ya…terserah apa katamu saja.” Sahut Cloud dingin sambil menyarungkan pedangnya kembali. “Asal jangan lupa kalau aku yang menebas robot sial itu jadi tiga bagian.”
“Huhuu…tak kusangka benda ini masih berada disini.” Seru Aeris sambil bermain ayunan di lokasi mirip taman bermain. “Dulu waktu aku masih kecil, tempat ini adalah taman bermain dan dulunya banyak sekali anak-anak yang bermain disini dengan gembira diantaranya adalah aku. Ayunan dan patung kucing untuk perosotan itu juga sudah ada sejak aku kecil. Dulu kami sering berebut dengn anak lain untuk menggunakannya….sekarang sudah tak ada yang ceria lagi. Semua gara-gara Shin-Ra yang membangun reaktor Mako. Midgar tak ubahnya seperti kuburan sekarang.” Aeris menerawang ke angkasa. Dulu waktu dia melihat kelangit dia bisa menatap bintang dan awan cerah, sekarang yang bisa dilihat hanyalah tembok dan susunan bangunan pencakar langit dan belum lagi lapisan bertingkat yang digunakan untuk memisahkan tiap level di kota Midgar ini.
Cloud mendekati Aeris yang kala itu masih duduk santai meluruskan kakinya diatas perosotan besar berbentuk kucing. “Pasti berat untukmu yah. Aku ikut sedih untukmu.” Kata Cloud menghibur Aeris. Pemuda pirang ini memegang bahu Aeris dengan tangannya yang hangat.
Aeris sedikit kaget dan memandang dalam-dalam Cloud. “Kau ini memang unik. Sesaat kamu seperti tidak peduli tetapi terkadang bisa begitu manis.” Kata Aeris yang lalu membuat Cloud kembali salah tingkah.
“Akhh…sudahlah. Maaf kalau membuatmu kecewa.” Cloud mengangkat tangannya dari bahu Aeris dan disusul dengan tawa Aeris.
“Hahaha…kau benar-benar lucu Cloud, kau tahu itu? Omong-omong, apakah kau anggota Soldier?” Tanya Aeris tiba-tiba dan membuat Cloud yang mendengarnya terkesiap.
“Dari mana kau tahu?” tanyanya penuh rasa penasaran. Dalam hati dia was-was takut kalau Aeris merupakan salah satu mata-mata Shin-Ra. Tapi itu semua hilang ketika mendengar jawaban Aeris.
“Dulu aku mempunyai kekasih. Dia juga seorang anggota Soldier kelas 1. Matamu sama seperti matanya. Kalian memiliki mata yang sama, mata yang memancarkan kesepian.” Kata Aeris pelan.
“Oh…begitu. Kebetulan karena aku juga kelas 1. Siapa nama kekasihmu itu? Siapa tahu aku kenal.” Tanya Cloud kepada Aeris tetapi gadis cantik ini mengelak.
“Maaf aku tak ingin membicarakannya. Lagipula itu adalah masa lalu. Aku mencoba untuk melupakan pria itu. Entah kenapa melihatmu menjadi membuatku kembali teringat padanya.” Lanjut dara cantik ini yang kemudian memandang Cloud lagi. Entah dorongan apa yang membuat mereka begitu dekat dan nyaris berciuman seandainya saja tidak ada suara mendadak yang mengagetkan mereka.
Pintu besar pembatas antara tingkat atas sektor 3 dengan Wallmarket terbuka dan muncullah kereta yang ditarik oleh seekor Chocobo melintasi jalan itu. Kereta itu menuju kearah Wallmarket. Chocobo adalah seekor hewan berbentuk mirip ayam tetapi bentuknya sangat besar dan setinggi kuda. Selain itu hewan ini cukup cerdas dibandingkan dengan kuda dan cukup cepat. Kebanyakan Chocobo adalah hewan yang hanya bisa berjalan didarat namun menurut rumor yang beredar, ada yang pernah melihat hewan ini melintasi sungai dengan menyelam dan bahkan terbang seperti burung.
Dibagian belakang kereta itu Cloud dapat melihat seorang gadis berpakaian serba biru terikat didalam kereta. “Astaga. Itu Tifa.” Pekik Cloud tak percaya. “Tifaaa…Tifaa….” Seru Cloud dan gadis berpakaian biru itupun menoleh dan sadar kalau temannya masih hidup.
“Cloud!” Itulah satu-satunya teriakan yang sempat dilakukan Tifa sebelum kereta itu berlalu terlalu jauh dari Cloud.
“Hemmm…jadi itu gadis yang kau katakan sebagai temanmu? Cantik juga. Pasti pacarmu.” Tebak Aeris penuh curiga.
“Arghh…tak mungkin. Kami hanya teman sejak kecil. Tak lebih.” Cloud membela diri dan kembali Aeris tertawa kecil melihat tingkah Cloud ini. “Tak perlu sekecewa itu Cloud. Lagipula masih banyak harapan menemukan gadis cantik lainnya.” Kata Aeris sambil menggandeng lengan Cloud. “Ayo sekarang kita susul temanmu! Aku tahu jalan kesana.” Lanjut Aeris dan akhirnya mereka berdua berlari menuju ke daerah Wallmarket.
“Wow. Tempat yang sangat ramai. Jadi ini pusat perdagangan bawah tanah kota Midgar. Cukup hebat mengingat tempat ini berada di lapisan bawah Midgar.” Cloud terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan pertokoan bertebaran di Wallmarket dan tempat ini dipenuhi oleh lalu lalang orang-orang yang saling bersaing mengais uang sebanyak-banyaknya disini.
“Heheheh…kau sepertinya baru pertama kemari. Oh iya, kita bisa cari informasi mengenai Tifa disekitar tempat ini. Biasanya di jalan merupakan tempat terbaik mencari informasi asalkan kau punya uang tentu saja.” Kata Aeris kepada Cloud yang masih memandangi aktifitas orang-orang ditempat ini.
“Well, ayo sekarang kita cari Tifa.” Ucap Cloud kepada Aeris yang kemudian pergi menuju kearah utara.
Aeris berkacak pinggang, “Cloud! Kau tidak dengar kata-kataku tadi? Kita harus mencari informasi terlebih dahulu mengenai keberadaan Tifa. I-N-F-O-R-M-A-S-I. Paham?” seru Aeris kepada si pemuda pirang itu.
“Oh. Aku lupa. Dengan banyaknya orang disini apa perlu kita tanya satu persatu mengenai Tifa?” sahut Cloud santai.
“Ughhh…untuk seorang Soldier, ingatanmu benar-benar payah Cloud. Bukankah di kereta itu terdapat tulisan berbunyi Corneo. Kita bisa mulai dari situ.” Seru Aeris yang sudah agak jengkel dengan sikap Cloud yang masa bodoh.
“Hmmm…terus…?” pemuda ini tetap tak mengerti sampai Aeris menunjukkan tangannya kearah sebuah papan penunjuk arah yang berbunyi ‘Honey Bee Inn, Milik pribadi Don Corneo. 100 meter lagi.’
“Kurasa itu bisa membantumu.” Kata Aeris yang lalu pergi kearah yang ditunjukkan papan nama itu. “Hei tunggu aku!” Cloud menyusul dengan berlari dibelakang Aeris.
Honey Bee Inn ternyata adalah sebuah rumah bordil/ tempat pelacuran. Satu-satunya tempat pelacuran di Wallmarket. “Wow. Sepertinya kita berada ditempat yang salah.” Kata Aeris ketika sesampai disana dia sadar seperti apa tempat yang mereka tuju itu.
“Hai cantik. Kau sendirian?” sapa seseorang berjaket hitam yang berdiri didekat neon papan nama tempat pelacuran itu. “Sepertinya kau ingin menjadi bagian dari pesta Don. Hehehe.” Lanjut seseorang yang lainnya.
“Aku tidak seperti yang kalian bayangkan. Aku ingin tanya pada kalian sesuatu.” Balas Aeris tetapi pria-pria hidung belang ini sepertinya tidak mau dengar kata-kata Aeris lagi dan mereka merangsek maju untuk menggoda dara cantik ini.
“Cloud! Tolong aku! Cloud dimana kau?” seru Aeris panik. Tanpa sepengetahuan gadis cantik ini, Cloud sudah menyelinap menuju kedalam Honey Bee Inn. Didalam tempat pelacuran ini dia mencari-cari informasi mengenai Tifa.
“Ada yang bisa kubantu?” tanya seorang gadis dari belakang Cloud. Sepertinya dia adalah penyambut tamu disini.
“Aku ingin bertanya mengenai temanku yang bernama Tifa. Apakah kau menge…..” ucapan Cloud terputus ketika melihat pakaian super seksi yang dikenakan oleh gadis pramuria itu. Cewek ini berpakaian dengan hanya mengenakan bikini berwarna kuning berloreng hitam mirip dengan lebah. Cantik dan montok padat berisi. Payudaranya yang putih mulus itu seperti akan loncat dari himpitan bikininya yang sangat ketat dan tipis. “Hai namaku Cloud. Dan namamu adalah…” Cloud seperti lupa akan tujuannya kemari setelah melihat kecantikan dan keseksian gadis ini.
“Tara. Tara Honey tapi kau bisa memanggilku Tara. Nah ruangan mana yang kau akan gunakan tuan Cloud. Tiap ruangan terdapat pasangan yang bisa kau pilih.” Sahut gadis cantik ini.
“Hmmm…ruangan manapun deh asalkan gadisnya adalah kau hehehe. Oh iya, jangan pakai tuan, panggil saja Cloud.” Balas Cloud. Gadis ini sepertinya mulai tertarik dengan gaya Cloud walaupun sebenarnya itu karena dibuat-buat saja, lagipula ini adalah pekerjaannya, berpura-pura senang.
“Ruangan ini?” tanya sang gadis namun dijawab dengan pelukan Cloud yang erat yang kemudian menyeretnya kedalam kamar itu. Kamar yang ber-jacuzzi dan mempunya tempat tidur yang berukuran king size. Belum lagi dengan harumnya ruangan itu karena memang itu adalah ruangan termahal.
“Tunggu! Aku bukan pelacur yang bekerja disini. Aku hanyalah penyambut tamu. Tuan Cloud hentikan!” seru gadis cantik ini berontak namun Cloud telah menindihnya diatas tempat tidur.
“Ya…ya…ya. Dan aku adalah tukang sapu disini. Kau pikir aku percaya? Kau berada disini dengan pakaian nyaris telanjang itu pasti memang untuk menggodaku dan kau telah berhasil nona Tara.” Balas Cloud sembari melucuti pakaiannya sendiri. Sekarang Tara dapat melihat tubuh kekar Cloud yang dihiasi dengan beberapa luka akibat perang.
“Kau salah sangka tuan. Tunggu! Tungg….ermpfff…” Tara tidak dapat melanjutkan kata-katanya karena tiba-tiba mulutnya tersumpal ciuman Cloud. Cloud yang sudah tak dapat menguasai nafsunya lagi.
Dalam sekali betot saja seluruh bikini yang dipakai oleh Tara langsung lepas dan terlempar dari tempatnya.
Kontan saja payudara Tara terbuka di udara bebas. Sekarang menjadi pemandangan bagi sepasang mata Cloud yang kemudian dengan liarnya meremas-remas payudara gadis cantik itu dan sesekali menjilati putingnya hingga mengeras. “Aku tak tahu permainan apa yang kalian lakukan disini tetapi aku sangat suka dan menikmatinya. Pura-pura menolak tapi mau juga….seperti memperkosa saja nih. Kalian memang pandai bermain sandiwara bagi para pelanggan kalian…aku salut.” Kata Cloud yang masih mengira kalau semua perlawanan Tara hanyalah permainan kinky yang diciptakan oleh pemilik rumah pelacuran ini.
“Akhh…jangan…” seru Tara berteriak ketika dia merasakan bibir vaginanya dibelah oleh himpitan benda panjang dan keras. Ternyata Cloud sudah melakukan penetrasinya kepada Tara dan batang kejantanannya yang sudah mengeras itu tanpa tunggu waktu lagi langsung ditusukkan kedalam kemaluan Tara.
“Ohhh…nikmat sekali Tara. Kalian memang pandai menghibur tamu.” Ucap Cloud yang tanpa peduli terus menusuk-nusukkan penisnya kedalam vagina Tara yang sekarang nyaris berhasil ditembusnya itu.
“Arghh…hentikan….akhhh!!!” pekik Tara ketika kemaluan Cloud yang besar itu berhasil masuk seluruhnya kedalam liang kemaluan Tara yang masih sempit itu. Selama ini Tara hanya pernah berhubungan badan dengan kekasihnya saja yang nota bene dia baru berpacaran dengan 2 orang, itupun dia hanya beberapa kali saja bercinta dengan mereka. Dengan usia yang masih semuda ini dan pengalaman minim itu membuat bibir kemaluan Tara masih sempit dan membuat Cloud tertantang untuk menjebolnya kembali.
“Ohhh…walaupun susah tetapi ternyata nikmat juga setelah didalam. Membuatku teringat akan Jessie yang kuperawani waktu di gerbong kereta. Kau seperti dewi Tara.” Ucap Cloud setelah mantap membenamkan batang kejantanannya didalam liang senggama dara cantik itu. Lalu perlahan tapi pasti, Cloud mulai menggoyang-goyangkan batang penisnya untuk menyodoki kemaluan Tara yang sudah mulai basah itu. Yak benar, Tara sudah horny sekarang dan membuat goyangan Cloud menjadi lebih mudah dari sebelumnya karena sudah penuh dengan pelumas.
“Kenapa kau memperkosaku?…Hiks….” isak Tara ketika tubuhnya bergoyang-goyang di guncang oleh pompaan penis Cloud pada vaginanya yang sempit itu. “Akhh…” pekik gadis itu lagi ketika Cloud sengaja dengan kasar menusukkan batang penisnya dengan cepat langsung kedalam vagina Tara. Kemaluan Cloud yang berukuran 22cm itu terang saja membuat dara cantik ini menggelinjang hebat. Klitorisnya terangsang habis-habisan akibat sodokan itu.
“Arghh…sakit…akhhh…” rintih Tara. Tapi dalam hati dia harus mengakui bahwa Cloud lebih ahli bercinta dibandingkan kedua kekasihnya. Dia tambah terangsang ketika Cloud membalikkan tubuh moleknya sehingga sekarang mereka bercinta dengan posisi doggy style. Batang kemaluan Cloud dengan leluasa keluar masuk menggoyang dan mendobrak seluruh sel-sel didalam vagina dan bibir kemaluan Tara cantik itu.
Sembari meremas-remas payudara Tara yang mungil dan menggelantung bebas kebawah, Cloud terus menggoda Tara dengan ucapan-ucapan mesumnya tiada henti. “Ternyata kamu jago bercinta juga yah Tara. Begitu kok tadi bilang tidak mau. Jujur saja, permainan pemerkosaan ini benar-benar membuatku tambah bergairah. Kalian para pelacur memang hebat.” Goda Cloud yang lalu menarik kedua tangan Tara kebelakang dan menyodokkan batang kejantanannya dengan cepat dan sedalam-dalamnya saat tubuh Tara sedikit mendongak akibat ditarik.
Hal tersebut membuat Tara merasakan rasa sakit di kemaluannya tetapi disaat yang sama dia juga merasakan sensasi yang belum pernah dia rasakan sebelumnya dalam hidupnya. Selama lima belas menit lebih dia dikerjai Cloud dengan gaya ini. Tiba-tiba Cloud menggelinjang hebat dan merasakan batang kemaluannya berdenyut-denyut kencang. Lalu pemuda pirang ini mencabut batang kemaluannya dan mengocoknya diatas pantat Tara. “Akhh…Tara…” seru Cloud sambil menembakkan sperma sebanyak 7 kali semprotan keatas pantat sekal nan mulus Tara dari ujung kemaluannya yang besar dan memerah itu.
Tara hanya bisa menutup mata setelah ambruk dalam posisi tengkurap. Dia merasakan orgasme juga tadi tepat sebelum Cloud berejakulasi, sesuatu yang dia tidak pernah dapatkan dari kekasihnya terdahulu.
Sekarang dara cantik itu merasakan cairan hangat dan lengket membasahi kedua pantatnya dan beberapa ada yang mengalir turun membasahi lubang anus dan bibir vaginanya lewat bulu kemaluannya yang tipis itu.
Cloud lalu merapikan dirinya. “Kau benar-benar hebat Tara. Kalau tahu disini ada permainan kinky sepeti pemerkosaan seperti ini, aku bakalan sering kemari dulu-dulu. Terima kasih cantik, ini tips untukmu.” Kata Cloud sambil meletakkan beberapa lembar uang diatas meja kecil dekat tempat tidur. Pemuda pirang ini masih mengira kalau Tara hanya pura-pura diperkosa padahal sebenarnya Tara memang bukan pelacur tetapi hanya penerima tamu saja.
Tara tidak protes lagi. Tubuhnya belepotan peluh dan sperma. Dalam kondisi masih bugil dia menutup matanya seolah merenungkan kejadian barusan. Hati berontak tetapi hasratnya menginginkan lagi…dan lagi. Ada sebagian dari hatinya menginginkan Cloud datang kembali dengan penis perkasanya itu untuk memberinya kenikmatan berulang-ulang tanpa henti.
“Sudah puas Cloud?” teriak Aeris dengan nada emosi ketika melihat pemuda pirang itu keluar dari Honey Bee Inn.
Cloud hanya tersenyum. “Maaf tapi aku harus mencari informasi disini. Kalau saja mereka tahu dimana Tifa, sayangnya tidak.” Balas Cloud mencoba membela diri, seolah-olah tak ada yang terjadi barusan.
“Oh ya? Aku meragukan itu Cloud. Tetapi syukurlah ada aku disini. Aku berhasil mendapatkan info mengenai Tifa setelah aku merayu beberapa dari mereka. Tifa ada di rumah besar kediaman Don Corneo, orang terkaya di Wallmarket.” Aeris berkata kepada Cloud seolah tak percaya kalau Cloud hanya mencari informasi saja didalam sana dan tidak melakukan apapun. “Lain kali kalau mau mencari informasi tak perlu membawa pakaian dalam perempuan juga Cloud.” Ejek Aeris sambil melirik kearah saku celananya yang dari luar terlihat celana dalam seksi cewek menyembul keluar. Pemuda ini tak tahu kalau Tara diam-diam menyelipkan lingerie itu dengan harapan Cloud nanti datang kembali.
“Ughh…anu…itu tak seperti dugaanmu Aeris. Itu…” Cloud tak dapat melanjutkan kata-katanya. Sementara itu Aeris dengan cuek melenggang dan menuju kearah lokasi rumah Don Corneo di bagian utara Wallmarket.