Cari di sini, Bos

Selasa, 26 Mei 2015

Mila, Siswi Budak Seks

Mila, Siswi Budak Seks
Kalau cerita ini sesuai selera anda baca terus . Jika tidak segera tinggalkan .
Take it or leave it , it’s your choise Bro . but as I said , read at you own risk .
-------------------------

Mila

Milla ABG yang masih duduk di bangku SMP , tapi sudah sering berganti ganti cowok . Karena ke cantikan dan ke sexy-an nya telah menarik birahi wali kelasnya . Wali kelasnya berhasil memancingnya ke kantornya , dan memperkosanya di sana , tidak hanya itu wali kelasnya juga berencana menjadikan Milla budak sexnya.


“ Milla , lihat hasil ulangan kamu , tidak lebih dari angka 4 “ kata pak Solihin . Milla menundukan kepalanya .
 

“ Apa kamu pikir bisa , naik kelas dengan hasil seperti ini , sebentar lagi ujian kenaikan kelas , bagaimana ini..” kata pak Solihin lagi .

“ ma maaf pak..” kata Milla terbata .

“ dengar Milla , sebagai wali kelas mu , saya tak mau kamu tinggal kelas , saya tak mau ada satu murid pun tinggal kelas , saya malu..” kata pak Solihin lagi .

Milla terdiam . Lalu pak Solihin dengan lembut membelai rambut halus Milla . Dia berkata lembut “ nah , Milla , coba katakan , apa kesulitanmu.?” .

“ eh , saya sulit manghafal rumus pak..” kata Milla .

Pak Solihin menarik nafas , dan berkata “ begini saja , sepulang sekolah nanti , kamu ke mari , aku akan memberi kamu les privat , gimana..?” .

“ terima kasih pak , tapi saya tak punya biaya pak..” kata Milla . Pak Solihin tersenyum “ saya tak minta uang , saya hanya mau membatu kamu..” .

“ terima kasih pak , saya akan kemari setelah bubar sekolah nanti “ kata Milla .

“ Bagus Milla , sekarang kamu boleh kembali ke kelas , belajar yang rajin yah..” kata
 
pak Solihin .

Milla berjalan keluar ruang pak Solihin . Tubuhnya yang ramping , bertambah sexy dengan Rok birunya yang agak mini , 10 cm di atas lutut . Memperlihatkan kakinya dan sebagian pahanya yang putih mulus . Wajah imut murid kelas 2 SMP itu ,telah menarik nafsu pak Solihin .

Pak Solihin adalah kepala sekolah , yang juga wali kelas Milla . Pak Solihin selalu berlaku , wibawa tinggi dan sopan santun . Semua guru ,apa lagi murid murid segan dengan dia . Dengan umurnya yang 45 tahun , wajahnya cukup ganteng . Dan tubuhnya atletis , maklum dia sangat suka berolah raga .

Tapi di balik semua itu , Pak Solihin mempunyai nafsu bejat terhadap Milla . Sudah lama dia memperhatikan Milla . 

Di lain pihak , Milla memang ABG yang rusak . Dia memang seperti perek . Hobinya gonti gonti cowok . Dan mengejar cowok yang berduit . Walau usianya baru 14 tahun , tapi karena pergaulnya yang bebas , Dia jadi seperti itu . Bahkan ada gosip gosip yang berkata , Milla juga menjual dirinya pada om om..
Inilah yang membuat Pak Solihin makin nafsu sama Milla . Dia memakai alasan memberi les privat , tapi sebenarnya akan melecehkan Milla .

Siang itu tepat pukul 1.30 siang . Semua murid keluar meninggalkan kelas . Dan Seorang di antaranya berjalan menaiki tangga ke lantai 3 , dimana ruang kantor pak Solihin berada . Dia mengetuk pintu .

“ masuk , ayo masuk ..” sambut pak Solihin. Milla masuk ke ruang itu . Kening nya tampak berkeringat . Pak Solihin memberinya tissue “ nih , hapus keringat mu..” .Lalu menyuruh Milla duduk di sofa .

“ Terima kasih pak “ kata Milla ,lalu duduk di Sofa . Mata pak Solihin menatap tajam paha Milla , yang rok mininya agak terangkat . Milla entah sadar atau tidak , dia duduk diam dan tersenyum , sambil menghapus keringat di keningnya .

Lalu Pak Solihin memberinya , kertas berisi soal soal matematika . “ Milla ,Coba kerjain soal soal ini” . Milla mengambil soal itu . Kening mengenyit . Lalu dia mengambil pen nya . Pen itu hanya di putar putar oleh jari jarinya .

Setelah beberapa saat , tanpa melakukan apa pun ,pak Solihin menegurnya “ kenapa , sulit yah..” . Milla mengangguk “ iyah , pak saya tak mengerti ..” .

Pak Solihin memgambil kertas soal itu . Dia merobeknya , “ matematika itu memang menyebalkan yah ..” katanya . Milla benggong melihat kelakuan Pak Solihin itu .
 

“ Milla , kamu tak perlu belajar matematika yang menyebalkan ini , Saya bisa memberimu nilai 10 , setiap kali ulangan , tanpa kamu susah susah belajar , asal kamu mau ….” . Tangan pak Solihin meraba lutut dan paha Milla .

Milla berdiri , dia kaget . Dadanya berdegup keras . ABG berpengalaman seperti Milla tentu tahu maksud buruk pak Solihin . “ asal saya mau apa Pak ? ..” katanya .

Pak Solihin tersenyum “ asal kamu mau memuaskan nafsu saya , Milla saya tergila gila sama kamu..” .

“ maaf pak , saya tak bisa..” lalu Milla berjalan ke arah pintu . Dan membuka pintu . Tapi pintu itu terkunci . “ Pak tolong , bukakan pintunya pak..” kata Milla .

Pak Solihin hanya tersenyum . Tangannya lalu meraih sebatang Rotan .

Milla mulai panik , tangannya memukul mukul pintu . kakinya juga menendang nendang pintu . “ Tolong , tolong…. “ jeritnya panik .

“ iyah , tolong tolong , saya mau memperkosa perek yang bernama Milla..” kata pak Solihin mengejeknya .
 

Milla terus berteriak , tapi tak ada orang lagi di sana .
 

Tiba tiba “ ctarr…” . Pak Solihin tepat memukul pantanya keras . Milla menjerit keras sambil memegang pantatnya . “ Auuuwww sakitt ammpun jangan pukul pak..” . Pak Solihin tertawa .

“ Milla , saya itu cinta damai , saya tak suka kekerasan , asal kamu menurut , aku tak akan memukul kamu , Milla sayang..” . kata Pak Solihin .

Milla gemetar . Dia menetap pak Solihin . “ Milla sini dan duduk di Sofa itu .. “ . Pak Solihin memerintah Milla . Milla pun menurut . dia duduk lagi di sofa itu .
 

Dan pak solihin duduk di meja kerjanya . Tangannya memegang batang rotan itu . Milla Agak gemetar ketakutan “ pak , ampun jangan pukul saya…” . Pak Solihin tersenyum , lalu dia meletakan batang rotan itu .
 

“ tenang saja , saya tak akan memukul kamu asal kamu nurut ngeti..” . Milla terisak dan mengangguk.

“ Milla , saya banyak mendengar gospi gosip , katanya kamu suka di booking om om yah ?” tanya Pak Solihin . Milla terhentak “ tidak pak , sumpah , saya tak pernah , gosip itu cuma untuk meledek saya , saya di bilang perek..” .

“ ok ok Milla , saya percaya… “ kata pak Solihin . Dan Dia bertanya lagi “ Milla apa kamu masih perawan..” .

Milla tertunduk , dia diam , dan pak Solin mengulangi pertanyaannya lagi “ Milla apa kamu perawan , jawab ” .

Milla menatap pak Solihin ,dia mengeleng “ saya sudah tidak perawan..” . Air matanya meleleh . Pertanyaan memalukan itu terpaksa di jawabnya.

“ Bagus , bagus..” kata pak Solihin . “ Siapa yang perawanin kamu ?” tanyanya lagi Milla tertunduk , dan diam saja .

“ Milla , kalau saya tanya , kamu harus jawab , kamu tak mau di pukul kan..” . katanya . Milla berkata “ jangan pukul pak , yang perawanin saya Anto pak ..”.

Pak Solihin berpikir sebentar “ Anto yang kelas 3 itu , yang bawa mobil sedan biru itu ..” . “ iyah pak…” kata Milla . “ Jadi itu pacar kamu ?.” kata pak Solihin .

“ Dulu pak , Anto pacaran sama saya 3 bulan , terus putus .. “ kata Milla . Pak Solihin tersenyum “ oh lalu…” .

“ Lalu saya pacaran sama , Rudi .. itu juga cuma dua bulan .. dan terus sama Ayung 4 bulan dan sama Ginno itu pun baru putus..” kata Milla .

Semua cowok yang di sebutkan itu rata rata anak orang berduit . Mereka semua membawa mobil pribadi . Pak Solihin mengelengkan kepala .

“ Milla sama semua cowok cowok kamu itu , kamu pernah di entot..” kata pak Solihin Milla mengangguk . “ Wah , umur kamu baru 14 tahun , tapi sudah pernah di entot sama 4 cowok , hebat sekali ck ck ck..” kata pak Solihin tersenyum .

Milla tertunduk wajahnya memerah . “ eh saat pertama sama si Anto , apa kamu di paksa..” tanya pak solihin . Milla mengeleng “ tidak pak , suka sama suka..”
Pak Solihin mangut mangut “ kamu merasa nikmat ngak ..?” tanyanya . Milla mengeleng “ pertama kali saya sakit sekali pak , saya berdarah .. tapi setelah itu .. besok besoknya saya baru bisa merasa nikmat pak..” .

Pak Solihin mulai ereksi . Dia meraba selangkangannya . “ Milla , kamu suka yah di entot..” .tanya pak Solihin . Milla hanya menundukan kepalanya .

Pak Solihin tersenyum , “ Milla kamu suka , main sex, apa kamu pernah isep ****** cowok cowok kamu..?” . Milla mengangguk.

“ Lalu cowok cowok kamu pernah jilati memek kamu ngak.? “ tanya pak Solihin lagi . Milla mengankat wajahnya “ Cuma Rudi yang pernah , yang lain tak mau..” kata Milla . Pak Solihin menganguk .

“ Wah , sayang yah , padahal kamu suka yah di jilatin memeknya yah.” kata pak Solihin . Milla tersenyum , “ koq bapak tahu sih , saya suka di jilatin..” kata Milla tanpa sadar . Pak Solihin tersenyum . Dan Muka milla kembali memerah .

Rasa takut Milla berkurang , dia mulai terlihat lebih Rilex .
 

“ Milla , boleh ngak saya jilatin memek kamu..” tanya pak Solihin . Milla tersenyum malu . Dia menganguk . “ Baik saya akan jilatin memek kamu sampai kamu puas .. Tapi saya mau main main dulu dengan kamu . Permainan Sex tentunya..” kata pak Solihin tersenyum .

“ Milla coba kamu duduknya ngongkong , saya mau lihat celana dalam kamu..” kata pak Solihin . Milla menunduk , lalu dia melebarkan kakinya . Dan celana dalamnya yang putih terlihat jelas pak Solohin . Celana dalamnya tampak ada sedikit basah tepat di selangkangannya .

Pak Solohin menjadi penasaran , dia mendekat , dan meraba celana dalam Milla . Milla mengelijing . Pak Solihin tahu itu cairan vagina Milla . Karena bercerita tentang hal hal itu , membuat Milla agak terangsang .
 

“ Milla kamu terangsang yah..” tanya pak Solihin . Milla tak menjawab , lalu menutup kakinya , mukanya merah “ malu pak , saya malu..” .

Lalu kembali pak Solihin meminta Mila duduk mengongkong . Dan Pak Solihin kembali duduk di atas meja kerjanya . Milla berkata “ pak malu , saya malu duduk begini di lihatin bapak..” . seraya merapatkan kakinya .

“ eit , jangan di tutup , kamu janji mau nurutkan , kamu gak mau di pukulkan..” kata pak Solihin . Milla menundukan kepalanya , dan kembali duduk dengan posisi merangsang . Kakinya terbuka lebar , memperlihatkan selangkangan celana dalam putihnya . Milla benar benar di buat malu.

Di saat Milla menunduk malu , dan tiba tiba , ada sinar putih terang nyala sekejap . “ Ahh , pak jangan di foto .. “ lalu kakinya menutup rapat . Pak Solihin tersenyum “ tenang saja , ini buat koleksi pribadiKu..” .
 

“ ayo Milla , buka lagi kaki kamu lebar..” kata pak Solihin . “ Pak saya tidak mau di foto seperti ini , malu pak..” kata Milla . Dia hampir menanggis . Pak Solihin memegang tongkat rotan nya . “ Kamu ini mesti di pukul yah..” kata pak Solihin .

“ Jangan , jangan pukul , saya buka..” kata Milla dan langsung membuka kakinya lebar lebar . Pak Solihin langsung memfotonya lagi . Beberapa shoot lalu meminta Miila melepas kancing bajunya .
 

Milla tak kuasa , dia menangis ,” tolong pak , saya malu , jangan permalukan saya tolong lah pak…” kata Milla memelas .

Pak Solohin memberinya shock terapi , satu pukulan rotan , tepat di pahanya . Tak terlalu keras , tapi cukup menyakitkan . “ ahhhggg …” jerit Milla dan Milla menangis
 

“ Eh dengar yah , jangan menolak permintaanKu , Kamu akan jadi budak sex Ku sekarang..” kata pak Solihin . Milla terisak . Pak Solihin mengambil tissue , dia melap air mata Milla . “ maaf yah sayang , saya tak akan memukul kamu , asal kamu nurut .” kata pak Solihin lembut.

“ sekarang buka kancing baju kamu seluruhnya , dan duduk ngongkong..” perintah pak Solihin . Tak ada pilihan lain , Milla menuruti perintah pak Solihin .

Dia membuka bajunya . dan terlihat Bhnya yang modelnya seperti kaos kutang , tapi pendek . Dan Duduk mengongkong . Pak Solihin memfoto Milla lagi ,dalam posisi seperti itu ,beberapa shoot .
 

Lalu pak Solihin mengeluarkan sebungus Rokok , dan menyalakannya , dia menghisap rokok itu , lalu memberikan pada Milla . “ Ini , isap rokok ..” kata pak Solihin . Milla memang suka merokok . Lalu dia menghisapnya .
 

Pak Solihin memfotonya lagi , Milla dengan baju terbuka , Branya putih ,dan duduk ngongkong dengan celana dalam putih . Dan Asik merokok .

Lalu pak Solihin mengangkat branya , dan Buah dada Milla yang kecil terlihat . dangan putting yang kecil ,dan berwarna ke merahan . Pak Solihin meraba putingnya , lalu meremas lembut buah dadanya Milla mengelijing . Kembali pak Solihin memfotonya beberapa shoot .

Lalu tangan pak Solihin merayap ke bawah , dan manyibak celana dalam Milla .Mata pak Solihin melotot melihat Vaginanya , sama sekali bersih tanpa bulu , kecil dengan bibir vagina yang agak basah , merah . Pak Solihin menciumi vaginanya , Milla mengelijing . “ wah , Milla memek kamu harum yah..” katanya . Milla diam tak menjawab .

Tangan Milla di pegang , dan dibawa ke bawah “ Milla , sibak celana dalam kamu seperti ini yah , saya mau foto kamu..” kata pak Milla .

Milla tak bisa berbuat apa apa , selain memenuhi kemauan gurunya itu . Pak Solihin memfotonya beberapa shoot , terutama di bagian vaginanya .
 

Setelah puas dengan itu , Pak Solihin , membuka celananya , dan juga kolornya . Penisnya yang hitam besar , ngaceng tegak sekali . Milla melotot melihatnya . Walaupun Milla sudah melihat penis penis cowoknya tapi tak ada yang sebesar pak Solihin punya .

Dia mengocok ngocok penisnya sendiri dan mendekati Milla “ Milla , ayo isepin ******Ku..” kata pak Solihin . Tangan Milla gematar , dan meraih batang penis pak Solihin , Lalu Milla menjulurkan lidahnya dan menjilat ujung penis pak solihin . Pak Solihin mendesah “ ahhh……” .

“ Milla , lebih besar ****** saya , apa ****** pacar pacar kamu..” tanya pak Solihin .
“Punya bapak besar sekali..” kata Milla pelan.. Tangan pak Solihin mengelus rambutnya “ kamu suka sama ****** saya..” tanya pak Solihin . Milla mengeleng “ saya takut bapak punya besar sekali ..” .

“ Milla , kamu harus suka punya saya , ayo buka mulut kamu yang lebar, dan kulum..” perintah pak Solihin . Milla mundur sedikit , “Pak , saya jilatin aja , saya suka jilatin bapak punya..”
 

“ iyah , tapi saya suka di kulum..” kata pak Solihin dan terus mendorong penisnya masuk ke dalam mulutnya. Sementara tanganya masih memegangi rambut Milla. Milla meronta , dan mengatup mulutnya rapat .
 

Tapi tangan gurunya itu meraba buah dada kanan Milla dan menjepit puting susunya. Milla menjerit keras, dan Pak Solihin langsung mendorong penisnya masuk hingga tenggorokan Milla. Penis besar itu mulai bergerak maju mundur, sementara Milla berusaha melepaskan diri sambil terbatuk-batuk.

Milla benar-benar shock. Penis Pak Solihin yang besar tegang dan keras itu masuk hingga tenggorokannya, ia dapat merasakan sesuatu yang asin dan lengket di dalam mulutnya.
 

Lalu dengan kedua tangannya pak Solihin memegang kepalanya lalu memaju mundukan penisnya dalam mulut Milla yang kecil . Pak Solihin mendesah dan mengeram kenikmatan . “ ohh , nikmat sekali Oh , gua bisa keluar nih..”
 
Milla tahu pak Solihin akan mengalami ejakulasi di dalam mulutnya. Kembali ia meronta berusaha menarik kepalanya.
 

Tapi dengan kasar pak Solihin menarik kepala Milla, penisnya makin masuk ke dalam tenggorokan Milla dan menahan kepala Milla hingga tidak bisa bergerak. Pak Solihin kemudian menarik sedikit penisnya dan tertawa melihat Milla tersengal-sengal menghirup udara.

Pak Solihin tidak bisa bertahan lama di mulut Milla. Tiba-tiba Pak Solihin mulai mengerang dan mendengus, tangan yang ada di buah dada Milla mulai meremas dan menarik-narik buah dada Milla, sedangkan tangan yang lain memegangi kepala Milla dan menggerakannya makin cepat, membuat Milla mengulum makin cepat dan dalam.
 

Sperma Pak Solihin menyembur di dalam mulut Milla, menyemprot ke dalam tenggorokan Milla, membuat Milla terbatuk-batuk. Penis Pak Solihin tetap ada di dalam mulutnya, memompa dan menyembur selama sesaat. Akhirnya Pak Solihin menarik penisnya perlahan hingga seluruhnya keluar dari mulut Milla.
 
Sperma berwarna putih dan lengket mengalir keluar dari mulut Milla, mengalir turun membasahi serangam SMP nya
Milla terisak lagi . Pak Solihin mengambil tisuue dan melap bibir Milla , dan juga melap air matanya . “ kenapa menangis , kan kamu juga sudah sering ngulum ****** cowok ..” . Milla terdiam lalu berkata “ bapak punya terlalu besar , mulut saya sakit..” katanya .
 

Pak Solihin mencium bibirnya . “ Milla , sekarang kamu buka celana dalam kamu , aku mau menjilati memek kamu..” katanya .
Milla dengan ragu dan terpaksa , melepas celana dalamnya . Pak Solihin tersenyum “ bagus , sekarang , kamu duduk , dan buka kaki kamu lebar “ . Lalu Milla duduk dan melebarkan kakinya . Vaginanya yang tak berbulu itu terpampang lebar . Pemandanan yang sungguh erotis .
 

Lalu Dia jongkok dan menciumi vagina Milla . Milla tersentak, ketika dirasanya sebuah tangan mulai merabai vaginanya."Mmmmphhh," Milla mengerang .
Tiba-tiba Milla merasakan kehangatan mengalir di vaginanya, tubuhnya tersentak, dan tanpa sadar pinggulnya terangkat. Milla merasa sangat nikmat ketika lidah Pak Solihin menjilati bagian dalam bibir vaginanya, membuatnya basah .
 

Milla sama sekali tidak bisa melawan sensasi yang timbul di vaginanya. Untuk beberapa menit Pak Solihin terus menjilati bibir vagina Milla, menciuminya dan menjilati cairan yang keluar dari vagina Milla. Dari mulut Milla terdengar pelan desahannya . “ aaahhh ahhh ahh…” .

Pak Solihin , meraih kedua tangan Milla , meletakan dekat vaginanya , dan menyuruhnya membuka lebar bibir vaginanya dengan tangannya . Sehingga Klitorisnya tertampang jelas . Agak merah , membesar dan berlendir .
Pak Solihin sangat hati-hati dan lembut ketika menjilati vagina Milla itu. Kaki dan pinggul Milla bergarak dan tersentak-sentak tanpa bisa dikendalikan oleh Milla.
 

Milla benar benar terangsang . Dan rupanya Milla mudah terangsang . Dia termasuk cewek yang mudah terangsang , dan nafsunya besar . Pak Solihin masih terus menjilati klitorisnya . Lendir yang keluar pun jadi , makanan lezat bagi gurunya itu Milla terus mengejang , nikmat desahan desahnya makin sering terdengar .

Tangan Milla semakin membuka lebar bibir vaginanya , Dan pak Solihin makin mempercepat sapuan lidahnya . Pantat Milla terangkat , dan Dia mengejang sesaat , lalu kembali lemas . Kakinya mengejet beberapa kali .
 

Milla mendesah panjang “ ahhhhh….” . Milla telah mendapat orgasmenya .
Pak Solihin , menatapnya tersenyum . “ Milla , nikmat yah…” kata pak Solihin . Milla tak menjawab , dia menunduk , dan mukanya merah .
“ Milla sekarang saya akan entotin kamu yah..” kata pak Solihin .
 

Milla tersentak , dia merinding dan menjerit "Jangan, jangan, saya mohon, saya takut , punya bapak terlalu besar , Saya akan lakukan apa saja , jangan entot pak..” Milla merengeng rengeng .
Pak Solihin cuma tersenyum “ tenang saja , Milla , nanti juga kamu nikmat koq..”

Pak Solihin mengangkat kaki Milla lebih tinggi lagi. Penis Pak Solihin sudah berada di hadapan vagina Milla dan menyentuh bibir vaginanya.
 
Milla gemetar , rasa takut melebihi rasa nikmatnya . Pak Solihin mengesek ujung penisnya di klitoris Milla.

Lalu dengan perlahan Pak Solihin mulai mendorong penisnya, Milla menangis memohon agar Pak Solihin berhenti. Tanpa mendengarkan tangisan Milla, Pak Solihin terus mendorong dan merasakan bibir vagina Milla mulai terbuka. Dan Dari mulut Milla terdengar jeritnya “ ahwwwwww “

Milla merasa nyeri di vaginanya . Liangnya di buka paksa oleh penis besar pak Solihin . Milla mengejang .

Lalu Pak Solihin merasakan kepala penisnya mulai masuk ke dalam vagina Milla diiringi oleh hentakan nafas dari Milla. Terus mendorong, Pak Solihin merasakan jepitan erat dari dinding vagina Milla di penisnya.
 

Pak Solihin melihat Milla, gadis kecil yang cantik sekali, dan tubuh yang merangsang. Tengah merintih kesakitan , dan mengerang .

Perlahan Pak Solihin mulai mendorong lagi, ia sangat bernafsu untuk merasakan nikmat vagina Milla . Milla sudah meronta sekuat tenaga, tapi Pak Solihin tidak merasakannya sedikitpun. Perlahan, perlahan sekali , Akhirnya penis sepanjang 20 cm itu terbenam seluruhnya . Milla menjerit keras “ aghhh ,sakittt. Sudah cabut..”.

Pak Solihin , melumat bibir mungil Milla untuk membungkam jeritnya . Dan perlahan dia mengoyang penisnya . Milla mengejen , kesakitan . Pak Solihin terus mengeluarkan dan memasukan penis besarnya di liang vagina gadis kecil 14 tahun itu . Milla terus mengeliat , menahan nyeri di vaginanya .
Pak Solihin terus bergerak pelan , Milla mulai tenang . Pak Solihin trus mengoyang pelan . “ aghh aghh sakit pak..” . Tapi pak Solihin tak peduli . Terus mengoyang dengan pelan .

Sampai pak Solihin merasa sudah hampir sampai di puncak kenikmatannya , ,dan mulai mengoyang cepat , dan menghentak hentak . Ini membuat Milla menjerit jerit kesakitan “ aggghh sakit pelan pelan , aghhhh sakit..” .

Pak Solihin , terus mengoyang , dan mendengus . Dan akhirnya dia membenamkan habis batang penisnya , lalu Dia tegang . dan menumpahkan spermanya di liang vagina Milla . Perlahan penis besarnya mengecil , dan mulai di cabut dari liang vagina Milla . Sperma Pak Solihin turut mengalir keluar , bersamaan penisnya .

Milla lemas sekali , dan nafasnya tersenggal , dia terisak menangis . “ Milla kenapa menangis , kaya perawan saja..” kata pak Solihin .
Milla menatap pak Solihin , “ waktu saya di perawanin ,tidak sesakit ini ,pak .” kata Milla sambil terisak . Pak Solihin tersenyum , “ iyah saya tahu , karena memek kamu belum terbiasa sama ******Ku , besok besok pasti memek kamu biasa koq..” .

“ Besok besok , Apa maksud bapak..” kata Milla . “ iyah , kalau besok aku entot kamu pasti kamu sudah tak begitu sakit lagi , karena memek kamu sudah melar , ha ha ha…” kata pak Solihin . “ tidak pak saya , tidak mau lagi..” kata Milla .

Pak Solihin tersenyum “ kamu tahu , apa gunanya , Aku memfoto kamu tadi..” . Milla tertunduk , dia sudah tahu ini pasti terjadi . “ maaf , Milla kamu akan jadi buduk nafsuKu , sayang ha ha ha ” kata pak Solihin sambil tertawa .

Lalu Pak Solihin memberinya beberapa lembar tisuue , “ nih , lap memek kamu , ayo aku antar kamu pulang..” katanya . Milla membersihkan sisa sisa sperma gurunya , lalu memakai kembali seragamnya .
 
“ ayo , aku antar..” kata pak Solihin . “ Tidak usah pak , saya pulang sendiri saja..” tolak Milla .

Tapi Pak Solihin bersikeras , mau mengantar Milla pulang “ saya mau tahu kamu tinggal dimana..” katanya . Akhirnya pak Solihin mengantarnya pulang dengan mobilnya .
 

Milla mengetuk pintu rumahnya , begitu tiba di rumahnya . Pintu itu terbuka “ Milla kenapa baru pulang , sudah jam 6.00 malam..” kata mamanya . Mamanya memandang pak Solihin , mukanya garang “ dan siapa ini..” katanya .

“ maaf , bu , saya guru Milla ..” kata pak Solihin Sopan . Raut wajah mama Milla berubah “ oh maaf , saya tak tahu , ada apa pak , apa Milla berbuat salah..” tanya mamanya kawatir .
 

Pak solihin tersenyum ,” oh tidak tidak..” katanya .
Lalu mama Milla mempersilakan , pak Solihin masuk ,dan duduk di ruang tamu . Dan juga menyajikan teh hangat . “ silakan pak , cuma air teh saja..” kata mama Milla

Pak Solihin meminum teh itu , dan mama Milla berkata “ maaf yah pak , Milla itu suka nakal , dan malas belajar , kerjanya cuma pacaran saja..” .
“ ah.. tidak Bu , Milla itu cukup baik koq , dia disiplin , rajin..” kata pak Solihin .
 

Milla tersenyum saja . Mama Milla tercengang “ tapi ,banyak temannya melapor pada saya , Milla itu ….” Kata mamanya , yang langsung di sela pak Solihin .“ Bu , jangan dengarin , teman temannya itu cuma iri , sama Milla ..” kata pak Solihin. Mama Milla menganguk .

“Lalu tujuan bapak kemari ada apa yah..” tanya mama Milla . “ Begini bu , saya ingin memberi tahu ibu , Milla mendapat pelajaran tambahan , Les privat sama saya , untuk meningkatkan prestasinya.. jadi Milla akan sering pulang telat ,” kata pak Solihin .

“ Oh . wah terima kasih pak ” kata mama Milla .
 

Lalu tiba tiba Della , adik Milla datang dan mengeleyot di mamanya . Mata pak Solihin menatap liar pada Della yang berseragam SD itu .
 
“ ini anak sudah besar juga , masih manja..” kata mamanya . Pak Solihin bertanya “ wah , kelas berapa adik ini ? ” . Della langsung menjawab “ kelas 6…” .

Pak Solihin tersenyum “ wah ebtanas untuk SD sudah dekat nih , tinggal dua bulan lagi , harus rajin belajar yah..” .
 

Mama Milla langsung menjawab “ iyah , ini adik Milla juga sama , malas belajar..” .

Pak Solihin tersenyum “ wah , kalau mau sekalian saja sama Milla , saya bantu Les Privat , tidak perlu bayar koq..” .

Milla langsung menjerit “ JANGANNN…..” .

“ Milla , apa apaan kamu..” kata mamanya . Lalu mama Milla menatap pak Solihin , “ Terima kasih , atas perhatian bapak , saya akan suruh Milla ,membawa Della sekalian , untuk les Privat..” kata mama Milla .

Pak Solihin tersenyum , “ bagus , bagus.. oh yah , hari sudah malam , saya mohon pamit yah Bu…” . “ oh , iyah silakan pak terima kasih banyak…” kata mamanya.

Pak Solihin beranjak , lalu menuju pintu , di susul Milla . “ Pak , tolonglah , adik saya masih kecil , jangan di rusak…” kata Milla . Pak Solihin tersenyum , “ lalu apa Aku harus merusak mama kamu ha ha ha..” .

Milla diam , matanya menatap pak Solihin . “ Milla , besok jam 11 .00 kamu sudah harus ke ruangKu , jangan sampai telat . kamu tak mau foto foto erotis kamu sampai ke mama kamu kan..” . Milla terenyuh .

Pak Solihin , masuk ke mobil, dan memacu mobilnya kencang.


Mila, Siswi Budak Seks 2


Mila

Besoknya jam 10 .50 pagi , pintu kantornya di ketuk . Dan Milla masuk menemui pak Solihin . “ Ah Milla , sayang kamu tepat waktu , “ kata pak Solihin, sambil melihat jam tangannya .

Lalu pak Solihin , duduk di sofa . Milla masih berdiri , terpaku . Dia menunggu dan menebak kira kira apa perintah gurunya .

“ Milla , kamu boleh pilih , mau aku entot , apa kulum ******Ku sampai aku keluar..” kata gurunya . Milla diam dan menjawab pelan “ saya kulum punya bapak saja..” .


“ Ok , tapi kamu buka rok kamu yah , saya mau lihat celana dalam kamu..” kata pak Solihin lagi . Milla membuka roknya . “ Milla , kemarin celana dalam kamu putih , hari ini juga putih , apa kamu tak punya celana dalam warna lain.. “ tanya pak Solihin . Milla diam , dan mengeleng .

Lalu pak Solihin membuka celananya sebatas lutut , berikut kolornya . ****** besarnya sudah ngaceng keras . “ Ayo , kulum ******Ku.” Perintahnya .

Milla berlutut , dan menjilati ujung penis pak Solihin . Pak Solihin , mendesah kenikmatan . “ iyah , benar begitu , oh enak sekali lidah kamu , sayang…” .
Milla terus saja menjilat , tapi tidak memasukan dalam mulutnya . Pak Solihin mulai gusar “ Milla , ayo kulum , masa mesti di paksa sih..” katanya.

Mau tak mau Milla membuka lebar lebar mulutnya dan mengulum penis pak solihin . “iyah , begitu dong , sedot dong ” . Lalu pak Solihin mengerakan pantatnya . Penis itu seperti menonjok nonjok kerongkongannya , membuat Milla tesedak beberapa kali .


Tapi pak Solihin tak peduli , dan terus melakukan itu . Saat pak Solihin hampir mendekati klimak , Pak Solihin mencabut penisnya . Dan mendudukkan Milla di sofa Lalu pak Solihin menyibak celana dalam putihnya .

Milla protes “ pak saya sudah kulum , jangan di masukin..” . Pak Solihin berkata “ tenang Aku cuma gesek gesek doang “ . Lalu mulai mengesek kepala penisnya di klitoris Milla .

Begitu sudah mencapai klimak , ujung penis itu di tekan masuk ke liang vagina Milla Membuat Milla menjerit “ aduhhh , pak jangan..” . Lalu Milla merasa liang vaginanya penuh dengan cairan hangat . 

Tangan pak Solihin , merogoh kantong bajunya , dan mengambil carefree yang sudah di siapkan sebelumnya . Lalu Ujung penisnya di cabut , lalu dengan cepat carefree , itu di taruh di vaginanya . Setelah itu celana dalam Milla di rapikan kembali .

“ Milla , memek kamu penuh dengan pejuKu , awas jangan di cuci , aku mau memek kamu basah dengan pejuku , ha ha ha..” . kata pak Solihin .
Milla bengong , tak mengerti sifat aneh gurunya. “ tapi pak , kalau saya mau pipis bagaimana..? “ Milla sedikit protes .
 

“ Kamu mesti tahan , kalau sudah benar benar tidak tahan kamu ke mari , dan pipis di sini..” kata pak Solihin sambil tertawa .

Bel berbunyi , tanda di mulainya jam pelajaran . Milla memakai kembali roknya , lalu segera berlalu untuk masuk ke kelas .

Pada jam 3.00 , bel istirahat berbunyi tapi Milla belum ke kantor pak Solihin . Tapi pada istirahat kedua , pukul 4.30 sore Milla kembali datang ke ruang pak Solihin .
 

“ Pak , saya sudah tak tahan kebelet mau pipis, izinkan saya ke WC pak..” pinta Milla . Pak Solihin tertawa . “ tidak , kamu pipis di sini dan berdiri pipisnya “ . Pak Solihin memberinya ember platik .
 

Milla yang sudah kebelat , langsung membuka celana dalamnya , lalu berdiri . Yang pertama kali keluar ialah cairan putih , spema pak Solihin yang sudah encer . Dan di susul cairan kekuningan , pipis Milla .
 

Pak Solihin memberinya tisuue untuk melap vaginanya .Setelah itu , Pak Solihin melepas carefree yang basah dari celana dalamnya , dan memakaikan celana dalamnya kembali .

“ bagus Milla , kamu murid yang baik , ha ha ha…” kata pak Solihin . Lalu Mila hendak meninggalkan ruang pak Solihin . Tapi pak Solihin menarik tangannya . “ Milla tunggu , duduk dulu di sofa itu “ kata pak Solihin

“ Tapi pak sebentar lagi , saya harus masuk kelas “ kata Milla . “ Milla ,kamu lupa yah, habis istirahat ini jam pelajaran matematika , itu jam saya mengajar di kelas
 

Milla akhirnya duduk di sofa itu . Pak Solihin meraih kedua kaki Milla dan membukanya, membuat nafas Milla kembali tersentak. Tetapi teringat akan hukuman yang ia akan dapatkan , kalau melawan, maka ia sama sekali tidak melawan perbuatan gurunya.
 

Sekarang ia terduduk di sofa dengan kaki terbuka, dan rok mini biru nya dengan sendirinya terangkat sampai ke pinggangnya. Pak Solihin membuka sebuah laci dan mengambil sebuah dildo – sebuah benda berbentuk penis yang terbuat dari karet keras – berwarna hitam. "Tetap buka kaki kamu Milla “ , perintah gurunya

Pak Solihin menyibak celana dalamnya lalu mulai mendorong dildo itu agar masuk ke vagina Milla. Milla mengerang beberapa kali, dan, dildo sepanjang 10 senti itu masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Milla.
 
Lalu Pak Solihin juga menempelkan carefree yang baru , di celana dalam Milla . Dan merapikan kembali celana dalam Milla . Dildol itu sekarang berada di liang vagina Milla dangan mantap .

Dildol itu bekerja dangan remote control . Ketika tombol on di tekan , Dildol itu bergetar dan berputar . “ ohh oh aghh…” Milla tersentak . Pak solihin menekan tombol off dan bertanya “ apa yang kamu rasakan Milla..”.
Milla tak menjawab . dia menunduk .
D
an pak Solihin menekan tombol on lagi . Dan Milla tersentak lagi “..oohhh…” . Dan menekan tombol off lagi , “ Milla apa rasanya..” tanya pak Solihin lagi. “ Ah.. anu.. memek saya seperti di korek korek pak.. “ jawab Milla.
 
Pak Solihin tertawa “ ha ha ha kamu suka Milla..” . Milla diam menunduk dan Pak Solihin tertawa .

"Milla, jam pelajaran ini memek kamu bakalan basah, dengan begitu dildo yang ada di dalam vagina kamu juga akan basah.” Katanya lagi . Milla hanya diam , dia akan di permalukan gurunya di depan teman teman .

“ Dan Milla , apapun yang terjadi kamu tak boleh ke WC..” kata pak Solihin lagi .
 

“ Teng , teng , teng” bel berbunyai , tanda istirahat telah selesai , waktunya kembali ke kelas .

“ nah Milla sayang , ayo jalan ,masuk kelas..” kata pak Solihin . Milla berdiri , dan berjalan Milla agak sudah berjalan , karena ada dildol yang menganjal di vaginanya . Pak Solihin hanya tersenyum, sambil berjalan di belakang Milla.
Begitu tiba di kelas , Milla langsung duduk di bangkunya . Dan Pak Solihin juga masuk ke kelas . “ selamat sore anak anak..” . kata pak Solihin . “ Sore pak…” begitu sambut murid muridnya .

“ pelajaran kita sampai di mana yah..” tanya pak Solihin pada murid muridnya . Pak Solihin pun mulai mengajar . Matanya melihat ke Milla . Milla sedang melihat buku matematikanya .Dan tiba tiba pak Solihin menekan tombol on . Membuat dildol itu bergetar dan berputar di liang vagina Milla .

Tanpa sadar Milla menjerit tersentak “ aghhhh… …..” . Teman teman menengok ke Milla . “ eh kamu kenapa Milla “ , tanya seorang temannya. “ eh , anu perutku sakit..” kata Milla . “ Eh anak anak , ayo sudah belajar , perhatikan buku masing masing..” kata pak Solihin.
 

Murid murid itu kembali melihat buku matematikanya ,dan mengerjakan soal latihan
 

Sementara , Milla mengigit bibirnya , merasakan sensasi , getaran dildol itu , berputar cepat di liang kewanitaannya. Pak Solihin terus menatap Milla . Milla juga menatap pak Solihin . Terlihat Milla mengigit bibirnya sendiri , dan tangan Milla mengepal , menahan nikmat .
 

Pak Solihin lalu berjalan ke papan tulis , dia menulis satu soal matematika. Dan kembali duduk di kursinya . Lalu mematikan dildol di vagina Milla , dengan menekan tombol off , di remotenya . Milla agak tenang “ Milla coba ke depan kerjakan soal di papan tulis itu..” perintah pak Solihin .

Milla perlahan bangun , dan berjalan pelan ke papan tulis . Dan pak solihin menekan tombol on . “ ohhh….” Mila tersentak dan memegang vaginanya . Kembali murid murid melihatnya . Milla berjalan pelan , Milla semakin sulit berjalan bila dildol itu bergetar
 

Dan kembali pak Solihin mematikan dildol itu . Dia berdiri di depan papan tulis memegang spidol , dan tak mengerjakan apa apa . “ Milla kenapa tak bisa..” tanya pak Solihin . Tiba tiba ada yang nyeletuk “ dia mana bisa , bisa cuma pacaran..” . Murid lain tertawa tawa .

“ Anak anak tenang..” kata pak Solihin . Lalu Pak solihin menghidupkan dildol itu . Kembali Milla tersedak , “ ohhhh…..” . Pak Solihin terus membiarkan Dildol itu bergetar, Milla berdiri dengan kaki terbuka lebar . Tubuhnya gemetar , sebelah tanganya tertumpu di papan tulis . Kepalanya menunduk .

Pak Solihin terus memperhatikan ,Milla . Kakinya kejang , dan tubuh terus bergetar Milla terus berdiri sampai kira kira 10 menit , Miila Akhirnya berteriak “ aghhhh saya tak tahan pak , ampunn…” . Lalu Dia jangkok dan menangis tersedu sedu .

Mata semua murid murid tertuju ke Milla.
 

Pak Solihin segera mematikan Dildol itu . Lalu Menghampiri Milla . Memegang tanganya dan Milla berdiri masih terisak menangis .” Ayo kembali duduk di bangku kamu .” kata pak Solihin .

“ anak anak , lihat tingkah laku kalian , kalian meledek Milla sampai dia menagis “ kata pak Solihin .

Dan tak lama terdengan bel , tanda usai sekolah .

Mudir murid berteriak gembira . Lalu berebut keluar kelas . “ Hi anak anak , jangan lupa mengerjakan PR yah..” pesan pak Solihin . Milla masih terduduk di bangkunya . Dan ketika semua murid sudah keluar , Dan tak ada orang lagi pak Solihin menghapirnya .

Pak Solihin membelai rambut Milla . “ Milla , ayo ke ruangKu..” kata pak Solihin . Milla berjalan mengikuti gurunya .

Setelah di ruang itu Milla langsung duduk di Sofa . Dia duduk melebarkan kakinya . Pak Solihin menghapirinya , lalu melepas celana dalamnya . Dan menemukan carefree yang basah sekali .
 

Lalu perlahan mencabut dildol itu dari liang vagina Milla . Lalu Segera lidah pak Solihin menyapu bibir vagina Milla . Milla mengelijing. Dan tangan Milla segera melebarkan bibir vaginanya . Sehingga klitorisnya yang bengkak terlihat jelas .
 
Pak Solihin tersenyum, “ wah , memek eloe pasti sudah gatel banget yah “ . Dan mulai menjilati klitoris Milla .

Milla mendesah nikmat , merasakan jilatan lidah gurunya di klitorisnya . Pak Solihin terus menjilati klitorisnya , Tak lama Milla mengajang “ ohhhh……” . Tubuhnya gematar , berkejet kejet , Milla orgasme di buat gurunya .

Setelah beberapa saat , pak Solihin membuka celananya , ****** besarnya ngaceng keras , Dan segera di arahkan ke vagina Milla .

“ jangan pak , jangan saya takut ” kata Milla . “ Milla kamu curang yah , kamu sudah saya puaskan , masa saya tak boleh entotin kamu..” kata pak Solihin . Sambil mengesek ujung penisnya di vagina Milla. Yang menbuat Milla mengelijing

“ Jangan pak saya kulum saja..” kata Milla . Pak Solihin cuma tertawa . Dan Milla menjerit keras “ AHGGGG sakittt…” . Ketika dengan tiba tiba pak Solihin menekan masuk , seluruh batang penisnya ke liang vagina Milla .

Pak Solihin bernafsu sekali , dan terus bergoyang dan menghentak keras di liang vagina Milla. Milla menjerit jerit kesakitan . Kembali liang vagina Milla di paksa membuka lebar oleh penis besar gurunya. Rasa nyeri kembali mendera Milla.
 

Milla kembali menjerit kesakitan . setelah kira kira 10 menit , Dan suara Milla semakin parau , Pak Solihin pun , sudah tak bisa menahan nafsunya , lalu memuntahkan spremanya di liang kewanitaan Milla.
 

Perlahan mencabut penisnya . Vagina Milla terlihat memerah agak memar . Hari ini Milla merasa sangat sakit . Karena pak Solihin menyetubuhi ABG ini , secara cepat dan kasar
 

Setelah diam beberapa saat Milla memakai kembali celana dalamnya . Lalu Dia berjalan pelan , tertatih , karena rasa nyeri di vaginanya . Pak Solihin cuma tertawa “ Milla , sakit yah..” . Milla Diam dan terus berjalan pelan , keluar pintu .
 

“ Milla tunggu , mau saya antar pulang..” kata pak Solihin .
Milla tak menjawab , dia terus berjalan . Lalu pak Solihin menyusulnya dan menarik tangannya . “ tidak usah pak saya bisa pulang sendiri..” katanya.
Lalu pak Solihin membiarkan dia pergi .


Selang beberapa hari , Pak Solihin , menyuruh Milla untuk datang ke ruangnya . Milla pun pergi ke ruang itu dengan langkah gontai . Begitu tiba dan masuk di ruang itu , pak Solihin tersenyum melihatnya .

Milla hanya diam berdiri . Pak Solihin meraih pengaris panjang . Milla terkejut “ jangan , jangan , pukul pak..” . Pak Solihin tersenyum “ tenang , saya tidak akan memukul kamu..” .

Pak Solihin dengan pengaris itu mengukur tinggi baadan Milla , dari pundak ke pusar dan Dari pinggang ke paha nya . Milla tak mengerti apa yang di lakukan gurunya itu. Selesai itu pak Solihin berkata “ sudah . Milla kamu boleh kembali ke kelas kamu.”.
 


Masih terbengong bengong , Milla melangkah keluar , lalu “ eh tunggu Milla saya hanpir lupa..” kata pak Solihin . Lalu memberikan Milla sebuah kotak . “ ini buat kamu , mulai besok pakai ini yah.. dan besok kamu datang ke ruang saya jam 10.00 pagi” kata pak Solihin . “ jam 10.00 pagi pak ?” kata Milla . Pak Solihin menangguk.

Milla membuka kotak itu , dia mendapati selusin celana dalam , dengan Bra , dengan aneka warna dan motif . Milla berjalan keluar , tanpa berkata apa apa . Pak Solihin cuma tersenyum melihatnya .

Setelah Milla keluar , tak lama pak Timbul , guru fisika yang terkenal kiler itu masuk ke ruang pak Solihin . “ eh ini , ukurannya , kamu atur yah..” kata pak Solihin , memberikan ukuran tubuh Milla yang baru saja di ukurnya itu .


Pak Timbul , tersenyum , “ beres , apa kamu sudah atur , waktunya..” . Pak Solihin tertawa “ ha..ha.. ha.. Milla itu budak sex Ku , mengatur Dia , sama seperti mengatur boneka.. Besok jam 10.00 pagi ..” . Pak Timbul pun tertawa .

“ Selamat pagi , Milla sayang..” begitu kata pak Solihin ,tatkala Milla memasuki ruangnya tepat jam 10.00 pagi . Milla hanya diam , memikirkan apa lagi tingkah gurunya dan apa yang akan di lakukan terhadapnya. 

“ Milla , ayo buka baju kamu..” kata pak Solihin . Milla dengan lemas mulai membuka kancing bajunya . lalu membuka roknya . Pak Solihin menatapnya . Milla mengunakan Bra kuning , dan celana dalam yang juga kuning , yang di berikan pak Solihin kemarin .

“ Milla buka Bra kamu sayang..” kata pak Solihin . Milla pun melepas Branya . Pak Solihin menatap nafsu buah dada Milla yang kecil itu .

Lalu pak solihin mengeluarkan baju dan rok biru dari tasnya .” Milla pakai ini.” Perintah pak Solihin . Milla mengambil baju itu . Dan melihat baju kemeja putih dengan logo OSIS SMP , tapi baju itu pendek sekali . “ pak.. ini kependekan..” kata Milla . “ iyah , saya tahu..” kata pak Solihin.

Milla hendak memakai branya , tapi pak Solihin melarangnya .” Jangan pakai Bra “ Lalu Milla memakai kemeja itu . pendek sekali , sehingga perutnya yang rata , terlihat . kemeja itu hanya menutupi buah dadanya . Begitu pula , rok biru itu , Rok yang pendek sekali , hanya mampu menutupi celana dalamnya .

“ wah .. Milla , kamu cantik dan sexy sekali ..” katanya . Pak Solihin lalu menfotonya beberapa Shoot . Lalu Milla di suruh duduk di sofa . Dan Di foto lagi dengan berbagai pose .
 

Lalu pak Solihin duduk di sebelahnya . Menciumi bibirnya , dan tangannya masuk ke dalam kemeja Milla , lalu meraba raba payudaranya . Tubuh Milla mengelijing . dan rasa birahinya bangkit . Pak Solihin terus merangsang tubuhnya .

Dan Jari jari nya mulai mengesek selangkanan Milla yang lembab . Dan menyelinap di balik celana alamnya , dan mengesek klitorisnya . Milla mulai mendesah . Pak Solihin terus mengesek klitorisnya . Sampai Milla benar benar basah .

Lalu pak Solihin membuka celananya dan kolor . Dan menbuka kaki Milla lebar , lalu menyibak celana dalamnya . “ Pak , jangan “ kata Milla .

Pak Solihin , mendorong masuk penisnya dengan cepat . “ Aghhhh , sakitt pelan pelan…” .jaritnya . Pak Solihin terus menyetubuhinya dengan kasar dan cepat . Nafsunya sudah demikian tinggi . Walaupun Milla menjerit , pak Solihin tak peduli sama sekali . “ oh enak benar , memek kamu sayang , ayo menjerit aku mau dengar jeritan kamu sayang “ kata pak Solihin

Milla merintih , meronta , dalam dekapan pak Solihin . Sampai pak Solihin melepaskan spermana di liang Milla . Dan mencabut penisnya .
Milla megap megap , dan meringgis , karena rasa perih di vaginanya . Pak Solihin membiarkannya , terkulai lemas di sofa itu .

Setelah beberapa saat , pak Solihin , berkata “ Milla kamu boleh pergi , kamu harus masuk kelas pakai baju itu..” . “ tapi , tapi , baju ini terlalu pendek pak , saya malu tolong jangan permalukan saya pak , saya mohon..” Milla berkata memelas.

“ Ha ha ha… Milla kamu lupa yah , kamu itu budak sex Ku..” kata pak Solihin . Milla lalu berdiri , lalu pergi meninggalkan ruang pak Solihin .
 
Milla berpikir untuk segera pulang , dan berganti baju . Tidak mungkin dia masuk kelas dengan pakaian seperti itu .

Milla berjalan pelan menuruni tangga . Mila tidak menyadari seseorang mendekatinya dan tangan orang itu merangkul bahunya.

"Mila, pakaian kamu sangat tidak sopan dan melanggar aturan sekolah ini.” Kata pak Timbul . Milla menatap Pak Timbul , “ tolong pak , pakaian ini diberikan pak Solihin..”

“ APA , Ayo ikut saya menemui pak Solihin..” kata pak Timbul . Milla berpikir , dia menemukan sang penyelamat tapi dia salah besar .

Sebab , pak Timbul lebih sadis dari pak Solihin , dan sekarang akan memberi pelajan sex buat Milla , Pak Timbul sudah merencanakannya .

Akhirnya mereka berdua sampai di depan kantor Pak Solihin. Ia mendorong Mila masuk dan mengunci pintunya setelah mereka masuk ke dalam ruang pak Solihin. Mila memandangi seisi kantor itu. Ada perbedaan .

Matanya terpaku pada sebuah benda yang terletak di tengah ruangan, bentuknya mirip dengan kuda-kuda pelana yang digunakan di olahraga senam, dengan lebar sekitar 50 senti dan panjang sekitar 150 senti dengan kaki-kaki dari besi. Kapan benda di di bawa kemari ,tadi tidak ada benda itu . Pikirnya .

“ Pak Solihin maaf , apa benar bapak memberinya pakaian seperti ini..” tanya pak Timbul . Pak Solihin berpura pura kaget dan menjawab .“ ya , ampun pakaian itu ,lebih mirip pelacur dari pada pelajar , mana mungkin saya menyuruhnya memakai itu pak Timbul..” .

“ Milla kamu berbohong yah..” kata pak Timbul . “ tidak sumpah pak , benar pak Solihin yang memberi saya baju ini” jawab Milla .

“ Milla , apa salah saya , kamu menuduh saya begitu..” kata pak Solihin .

Dan “ Ctarrr.” . Pantat Milla di Pukul keras oleh pak Timbul . “ aduh sakit…..” teriak Milla .
 

“ Pak Solihin , murid kurang ajar ini perlu dihukum…” kata pak Timbul .

“ Baik , baik, pak Timbul , saya serahkan dia pada Pak Timbul untuk di hukum..” kata pak Solihin tersenyum .

Sebelum Milla sempat berbuat apa apa , Pak Timbul sudah memegang pundaknya dan mendorongnya jatuh ke atas kuda-kuda itu. Segera setelah Milla jatuh tertelungkup, Pak Timbul mengikat tangan dan kaki Milla ke kaki kuda-kuda itu.
 

Dalam waktu singkat Milla terikat erat dengan tangan dan kaki terikat dan kepala tergantung dipinggiran kuda-kuda, bernafas dengan sesak karena tubuhnya terikat erat di kuda-kuda itu. menyebabkan Milla menjerit.

Pak timbul memasukan 2 butir , pil perangsang kedalam gelas . Lalu memaksa Milla meminumnya . Milla meronta ronta , tapi akhirnya obat perangsang itu tertelan .

"Asal Bapak tahu, saya akan melaporkan ini pada polisi saya sudah muak , sebarkan foto foto saya , saya tak peduliii.. .." Milla menjerit kesal dan putus asa .

Dan “ Ctarrr…” . Milla menjerit lagi ketika ikat pinggang Pak Timbul memukul bagian belakang tubuhnya meninggalkan bekas berwarna merah.

"Wah, Milla, jangan begitu , Kamu kan anak yang pintar."

Dan “ Ctarrrr..”…… “ Ctarrrr…” .

Setiap kali ikat pinggang itu memukul tubuhnya, Milla menjerit dan meronta, berusaha melepaskan dirinya dari pukulan-pukulan di punggung dan pantatnya. Tapi itu tak berhasil karena ikatannya terlalu kuat.

“ Sekarang katakan , saya pelacur .. saya budak sex… saya suka di entot..”
Milla tidak menjawab, air matanya mulai mengalir ke pipinya. Milla sangat ingin melindungi punggung dan pantatnya dengan kedua tangannya, tapi semuanya terikat begitu erat.

“ Ctarrr….” . “ ampun…sakittt…..”

"Kamu belum bilang Milla. Jangan menangis dan katakan , di sekolah kamu adalah mainan saya. Mengerti?"

Milla menggelengkan kepalanya keras-keras, mempertahankan harga dirinya. Ia tidak sudi mengakui bahwa dirinya adalah budak nafsu dan mainan dari guru guru bejat itu. Milla bertekad tidak akan mengucapkan apa yang ingin didengar oleh Pak Timbul.

"Saya masih punya banyak waktu Milla." Kata pak Timbul .
Punggung Milla mulai berubah warna menjadi merah . Pak Timbul terus saja memukulnya dengan ikat pinggangnya

“ Ctarrrr ” . “ aghh ” jarit Milla

Milla meronta-ronta sambil mejerit keras. Rasa sakitnya tak tertahankan, tubuhnya menggeliat dalam ikatan. Tapi tidak cukup untuk menghindari setiap pukul

“ Ctarrrr.” . “ aghh ,ampunnn” jarit Milla

Pak Timbul kembali tersenyum lebar, melepaskan ikatan Milla memutar tubuhnya sehingga berbaring terlentang dan mengikatnya lagi. Dan Pak Timbul berkata "Kita coba apa kita bisa bikin bagian depan kamu seindah yang di belakang."

Milla menjerit dan pukulan-pukulan itu berlanjut.
Satu jam kemudian, Pak Timbul berhenti untuk membalikan lagi tubuh Milla hingga tertelungkup lagi, dan memberinya waktu untuk beristirahat.
 

Pak Timbul meletakan ikat pinggangnya dan berlutut di depan wajah Milla, mengamati wajahnya yang basah karena air mata. Pak Timbul menyibakan rambut dari wajah Milla, mengusapnya.

"Kamu boleh istirahat sebentar Milla." Kata pak Timbul tersenyum.
Milla tetap diam tak menjawab, tapi Pak Timbul melihat sinar kelegaan di mata Milla. Pak Timbul berdiri dan mengambil sesuatu dari mejanya. "Saya suka sekali dengan lilin ini Milla."
 

Milla memandangi sebuah lilin berukuran besar, tidak mengerti apa yang akan dilakukan Pak Timbul dengan lilin itu, dan ia tertalu lemah untuk meronta lagi.
 
Pak Timbul menyalakan lilin itu dan menyeringai sadis pada Milla.
 

Milla merasakan tetesan lilin cair jatuh ke punggungnya. Matanya terbelalak dan tubuhnya yang lemah lunglai menegang karena kesakitan.

Akhirnya Milla bisa berteriak lagi. "Jangaaaaan , ampun perih , Jangann…."
Setiap kali sebuah memar tertutup oleh lilin, Pak Timbul akan langsung pindah ke memar yang lain, membuat Milla terus menjerit dan meronta karena sakit ,panas dan perih , yang menyerang bagian belakang punggungnya.

"Jangan, jangan, baik pak, saya bilang apa yang bapak mau, saya mainan bapak, saya mainan bapak. Saya mainan bapak, sakit sekali pak, saya sudah bilang pak, saya mainan bapak. Saya mohon berhenti pak, sakit!" kata Milla mengiba iba .

Pak Timbul menjawab,"Wah agak terlambat Milla." . Dan terus saja Pak Timbul meneteskan lilin itu di tubuhnya .

Selama setengah jam berikutnya, Pak Timbul melanjutkan kerjanya menetesi setiap memar Milla dengan lilin .Milla merintih perlahan, tenggorokannya sakit karena terus menjerit selama setengah jam.
 

Pak Timbul berdiri sambil menatap , Milla sangat cantik ,sangat manis. Buah dadanya yang kecil bergoyang setiap kali ia menarik nafas, dan pahanya gemetar.
 

Pak Timbul terus memandangi tubuh Milla selama beberapa saat. Kemudian ia memutuskan untuk memberi perhatian pada penisnya yang telah tegang sedari tadi.

"Oh, Milla kamu betul-betul cantik sayang ." kata Pak Timbul
Milla mengerang dan terengah-engah. "Saya benci bapak. Saya benci bapak!" Pak Timbul hanya tersenyum."Milla, kamu harus bisa mengendalikan diri kamu. “
Milla mendengar Pak Timbul menurunkan resleting celananya dan melepaskannya.
 

Milla kembali mengerang, walaupun semua lilin di belakang tubuhnya telah mengeras tapi rasa sakit masih terasa sekali. Ikatan Pak Timbul ,membuat dirinya sesak nafas dan tangan dan kakinya terasa sakit terikat begitu erat.
"
"ohh…. apa yang bapak lakukan?" jerit lirih Milla .

Pak Timbul sedang berlutut dan membuka belahan pantatnya. Kemudian ia menjilati lubang anus Milla dengan lidahnya
"Membuat kamu terangsang Milla. Nikmati dan jangan mengeluh." Kata Pak Timbul .

Milla mengerang. Pak Timbul memasukan jari tengahnya ke vagina Milla dan meraba-raba clitorisnya dengan ibu jarinya, sementara lidahnya terus menjilati liang anus Milla. Obat perangsang itu bekerja efektif ,rasa nikmat perlahan bangkit dari vagina Milla.

"Tubuh kamu ternyata tidak benci saya Milla." Ledek pak Timbul .

"Saya benci bapak" jerit Milla .

Jari Pak Timbul makin cepat bergerak keluar masuk, begitu juga rabaan ibu jarinya. Milla menjadi sangat terangsang , dan vagina basah . Tanpa sadar mulai bergerak-gerak mengikuti irama gerakan jari Pak Timbul, erangannya makin lama makin cepat dan keras.

"Masih benci saya Milla?" tanya pak Timbul .
 

"Sa ,sa ,saya ben bencibapak. Jang, jangan, ooohh, aaahh, ohhhh …"
Pak Timbul mengeluarkan jarinya. Dan menghentikan Aktifitas di vaginanya .

"Jangan, jangan berhenti." Teriak Milla secara reflek .

“ ha ha ha kamu doyan juga yah …” kata pak Timbul meledek Milla .

Milla menyerah dan menyadari apa yang baru saja dikatakannya, membuat mukanya memerah.

"Sekarang saya ,akan masukan penis saya ke anus kamu , apa kamu Siap Milla?"
 

“Jangan , jangan si situ ..” jerit Milla

Pak Timbul mulai mendorong penisnya yang sudah menempel di liang anus Milla. Pak Timbul merasakan tubuh Milla berusaha mendorongnya menjauh, tapi itu malah membuatnya makin mudah masuk ke dalam anus Milla.

"Jangan, jangan, jangan di situ. AGHHHH, sakiiitt. Sakiittt!" Pak Timbul tidak bisa lagi menahan diri, mendorong seluruh penisnya masuk ke dalam anus Milla. Tubuh Milla meronta, berusaha menendang tubuh Pak Timbul denga kakinya. Pak Timbul merasakan otot kaki Milla menegang. Membuatnya makin bernafsu.

" Ha ha ha Bagaimana rasanya Milla?" tanya pak Timbul .

Milla mengerang, berusaha memahan sakit di anusnya dengan benda besar yang masuk ke dalamnya.
 

Pak Timbul memejamkan matanya, menikmati gerakan otot-otot anus Milla bergerak memijat. Pak Timbul menghela nafas dan menindih punggung Milla. Milla megap-megap, berat badan Pak Timbul membuat dirinya makin sulit bernafas. Ia mengeluarkan rintihan.

"Pak ampunn , pak, sakit pak, sakit sekali." Rintih Milla .

"Kenapa Milla? biar saya bantu kamu." Kata pak Solihin yang asik menonton dari tadi Lalu pak Solihin melempar Dildol yang sebesar 20 cm ,ke pak Timbul .

Pak Timbul mengambil dildo itu. Kembali ia memasukan dildo itu ke vagina Milla tanpa menghiraukan rintih kesakitan Milla. Ketika semuanya telah masuk, Pak Timbul meletakan dasar dildo itu di kuda-kuda sehingga berat tubuh Milla menahannya untuk tidak keluar, dan batang dildo itu tepat menggosok clitoris Milla setip kali pinggul Milla bergerak
"aghh sakit sekali ampun ,saya tidak tahan , agh sakit…" rintih Milla .

Pak Timbul tetap menindihnya, dengan penisnya masuk seluruhnya ke liang anus Milla. Ia tetap menindih Milla tanpa bergerak maju mundur.
Milla , meronta , dan merintih "sakit , sudah ampun , ampunnn aghhh sakit …"

"Ayo goyangkan pantat kamu , bikin saya puas sampai orgasme Milla, kamu masih punya waktu tiga jam. Saya tidak akan bergerak sedikitpun." Kata pak Timbul

"tidak bisa , jangan tidak bisa" erang Milla.

Seperti ingin membunuh Milla ,Pak Timbul makin menindih Milla dengan seluruh berat tubuhnya. Pak Timbul merasakan tubuh Milla yang hangat, sedang gemetar kesakitan. Penisnya kembali merasakan pijatan otot anus Milla.

"Ayo gerakan pantat kamu,." Kata pak Timbul .

"ohh , ampunnn tolong saya" rintih Milla .

Pak Timbul mengerang, Milla dalam keadaan terikat erat mulai berusaha menggerakan pantatnya.
 

Pantat Milla tidak bisa banyak bergerak, paling-paling hanya sedikit kekiri dan ke kanan, sementara otot-otot anusnya menegang dan melemas memijati penis Pak Timbul. "Kamu sungguh cantik Milla. Rasanya nikmat sekali. Kamu juga merasa nikmat juga kan?" kata pak Timbul .

Pak Timbul tertawa kecil, sementara Milla hanya merintih memelas, kakinya mulai letih berusaha menggerakan pantatnya sedari tadi. Untuk lebih menyiksa Milla, Pak Timbul sesekali mendorong tubuh Milla, sehingga dildo yan ada di vagina Milla terdorong-dorong dan bergesekan dengan clitoris Milla.
 

Dan setiap kali rasa nikmat itu timbul di clitorisnya Milla kehilangan irama gerakan pantatnya, dan penis Pak Timbul mulai mengecil lagi, sehingga kembali Milla dengan tangis putus asa berusaha bergerak berirama lagi berusaha memuaskan Pak Timbul.

"Kamu capek ya Milla? Tapi saya tidak tuh, saya masih kuat sekitar 4 atau lima jam lagi kalau begini terus. Gila, nikmat sekali Milla, dan saya tidak usah bergerak sedikitpun!" Milla mendengus dan berusaha menggerakan pinggulnya lebih cepat, berusaha membuat Pak Timbul mencapai orgasme secepatnya, dengan harapan ia bisa segera dibebaskan.
 

Air mata terus jatuh di pipi Milla. Milla sangat ingin melepaskan diri, dan Karena pengaruh obat perangsang itu , Milla sangat ingin merasakan orgasme yang sedari tadi tertunda. Milla menggigit bibirnya dan berusaha berkonsentrasi, mulai lagi bergerak berusaha membuat Pak Timbul mencapai puncak kenikmatan.

Tapi Pak Timbul sendiri selalu berusaha menahan orgasmenya. Ia hampir mencapai puncak beberapa kali, tapi ditahannya hingga Milla kehilangan irama gerakannya. Pak Timbul tersenyum, dan kembali mengerang. Ia memejamkan mata merasakan pinggul Milla kembali bergerak-gerak.

"Terus Milla. Anus Kamu betul-betul sempit, gimana rasanya ****** saya di pantat kamu? Besar bukan? Atau kamu mau saya keluarin ****** saya?" tanya pak Timbul .

Milla mengangguk-angguk cepat. “ Iyah , keluarin aja , cabut dari anus saya..”
 

“ PLAAK “ pak Solihin memukul pantatnya keras . “ awww, sakit..” jerit Milla .

"Kamu nakal Milla. Kamu musti bilang pada setiap laki-laki kalau kamu suka sama ****** mereka. Karena itu kamu musti saya hukum lagi." Kata pak Timbul
Pak Timbul sekarang mulai memukuli belahan pantat kiri dan kanan Milla, setiap kali pinggul Milla bergerak. Setiap pantat Milla mengejang kesakitan, rasa nikmat kembali mengalir di penis Pak Timbul.
 

“ PLAAK” “ PLAAK “

"Ampuun, sakitttt, tolong aghhh ampun sakitt sekaliii …" rintih Milla .

Milla terus merintih , menahan sakit , tapi Dia terus mengoyang pantanya . Kalau dia melambat ,Pak timbul memukul pantatnya .

"Lebih cepat Milla, rasanya nikmat sekali. Mungkin saya bisa orgasme sebentar lagi."

“ PLAAK “ “ PLAAK “

"Sakiiit, jangan pukullll . terusss ooohhh. Jangan, jangan…!" jerit Milla

“ PLAAK “ “ PLAAK “

"Ampuun, sakiit!!" jerit Milla
 

" Goyang pantat kamu yang cepat , Puasin saya Milla. Cepat!" bentak pak Timbul.

Milla berusaha terus mengoyang pantatnya . cepat dan cepat .

"Aaahhhh Milla, kamu cantik sekali. Pantat kamu indah sekali. Aaaahhhh, kamu milik saya Milla, dan akan saya entot setiap hari, eeehhhhggg, aaaahhhhhh. Selamanya, selamanya!"
 

Sambil mengerang dan berteriak, akhirnya Pak Timbul mencapai orgasme, dan menyemprotkan spermanya ke dalam anus Milla, sementara tubuh Pak Timbul bergetar dan menggelinjang nikmat.
 

Setelah selesai, Pak Timbul langsung mencabut dildo dari vagina Milla, agar Milla sendiri tidak bisa mencapai orgasme yang sedari tadi diinginkannya,membuat Milla merintih kecewa.
 

Pak Timbul kemudian berbaring menindih punggung Milla, dan mendengarkan tangis Milla, sementara ia sendiri berusaha memulihkan tenaganya setelah orgasme tadi.
 

Setelah beberapa menit Pak Timbul berdiri dan memandangi tubuh lemah yang indah di depannya.
 

Milla masih terikat erat di atas kuda-kuda, tubuhnya basah karena keringat, rambutnya menutupi wajahnya, dan punggung serta pantatnya memar-memar keunguan. Ia melihat tangan dan kaki Milla juga membiru karena Milla berusaha melepaskan diri tadi.

" Milla. Apa kamu Masih kuat?" Pak Timbul tersenyum dan berlutut di belakang Milla, kemudian mulai memasukan lidahnya di vagina Milla. Pak Timbul memutar-mutarkan lidahnya di bibir vagina Milla, sambil memasukan ujung lidahnya ke vagina Milla.
 

Kemudian Pak Timbul menjilati clitoris Milla dan mengulumnya sesekali, dengan lembut dan perlahan.
 

Milla dengan segera, kembali mengerang , Nafsunya meningkat kembali dan mulai menggerakan pinggulnya dengan cepat.
 

Pak Timbul dapat merasakannya , kemudian menarik lidahnya, menunggu gerakan Milla berhenti dan pinggulnya tak bergerak lagi.

"Pak, saya mau keluar pak. Tolong buat saya keluar pak , saya mohon pak." rintih Milla mengiba iba .

"Saya mengerti Milla, itulah indahnya!" Pak Timbul menunggu sampai Milla berhenti memohon-mohon dan terdiam.
Milla hanya bisa kembali menangis .

Pak Solihin yang melihat keadaan Milla , jadi heran “ Timbul , apa ini pengaruh obat yang kamu berikan tadi??? “ tanya pak Solihin .

“ ha, ha, ha, benar sekali…” jawabnya . “ wah ,hebat sekali , bisa membuat dia memohon meminta orgame..” kata pak Solihin .

“ Obat itu ,akan membuatnya memohon untuk dia bisa orgasme , Walaupun kita menyiksanya , dan dia merasa sakit sekali , tapi tetap saja dia bisa orgasme . Karena obat perangsang itu , mempengaruhi syaraf syaraf nya . kalau tidak dapat orgasme dia akan jadi seperti orang gila , lupa diri , rasa malunya hilang , seperti orang ketagihan morfin , Dia akan mengiba iba memohon orgasme..” terang pak Timbul .

“ Ohh , begitu , lalu kalau dia sudah orgasme pengaruh obat itu selesai dong..” tanya pak Solihin lagi .

“ Tidak begitu , setelah orgasme , dia kan terangsang lagi dan memohon untuk di buat orgasme lagi.. “ jawab pak Timbul .
“ sampai berapa kali pak Timbul..” tanya pak Solihin..
 

“ ha ha ha.. tergantung daya tahan tubuhnya , kalau untuk gadis seperti Milla , saya kira 20 kali , baru obat itu habis pengaruhnya..” jawab pak Timbul .

“ Kalau di biarkan saja , bagai mana..? “’ tanya pak Solihin lagi .
 

“ Yah dia akan menderita , selama kira kira 10 jam, vaginanya akan terasa tak enak..” .jawab pak Timbul .

“ wah, hebat sekali , kita mesti cari perawan nih..” kata pak Solihin .
 

“ oh tidak bisa buat perawan , kecuali perawan itu pernah merasakan orgasme , pokoknya obat ini hanya berpengaruh pada cewek yang pernah merasakan orgasme , kalau dia belum pernah orgasme obat ini tak ada pengaruhnya..” jelas pak Timbul
 

“ Wah , pak Timbul beli dimana obat itu..” tanya pak Solihin . “ He he. he walaupun saya Guru Fisika , tapi saya juga pernah sekolah apoteker..” kata pak Timbul .

“ Maksud pak timbul , meracik sendiri obat itu..” tanya pak Solihin lagi . Pak timbul mengangguk .

“ pak Solihin , kita bisa kerja sama , anda lebih jago , merayu cewek , sedangkan saya bisa membuat obat , ha ,ha , ha…” kata pak Timbul .

Pak Solihin sudah mengerti maksud pak Timbul . Dan Dia menangguk tertawa .

Pak Solihin menghapiri Milla , dengan lembut membersihkan sisa sisa lilin yang menempel di badannya . “ pak, tolong saya , ampun..” rintih Milla .

Pak Solihin mengangkat wajahnya , lalu melumat bibirnya ,” Milla mau saya bikin orgasme yah..” tanya pak Solihin . “ mau pak, tolong bikin saya orgasme..” pintanya memelas .

Pak Solihin ke belakang , lalu membuka belahan pantat Milla . Dan menjilati bibir vaginanya . Geterannya langsung menuju pusat syaraf di otak Milla “ ohhhh, iyahh ohhh teruss…” jeritnya .

Pak Solihin terus menjilat , Milla makin mendesah desah . Tubuhnya menegang . tak sampai semenit Milla menjerit “ ahhhhhh , keluarrrrr…..” . Tubuhnya mengejet beberapa kali .

“ ha ha ha mudah sekali membuat kamu orgasme Milla “ kata pak Solihin .
 

Tangan lalu mengusap usap klitoris Milla , kembali Milla menegang “ ohhh , ahhh pak, Terusss…” . desah Milla . Pak Solihin terus mengobel klitorisnya .
 

Dan tak lama Milla mengejet lagi “ keluarrrr……” .
P
ak Solihin terus mengobelnya . Milla mengejet terus ,dan gemetar . Setiap satu menit Milla berteriak “ keluarrr…” . lalu Milla menjerit meminta lagi “ lagi, lagi, pak itil saya gatel sekali , bikin saya keluarr lagiii..” .

Begitu terus sampai Milla orgasme lebih dari 10 kali . Pak Solihin lalu membuka celananya . Lalu mengarahkan ke liang vagina Milla . Dan mendorong keras penuh nafsu . “ aggghhhh “ Jerit Milla.

Pak Solihin terus mengoyang cepat . Dan Milla menjerit kesakitan juga kenikmatan . “ aghhhh… aghh terus, ahh teruss…” rintihnya . Pak Solihin terus menghajar , dan Miila sudah akan orgasme lagi “ ahhhh teruss, mau keluarr ” .

Tapi Pak Solihin , berhenti dan segera mencabut penisnya .

“ aghhh , tolong jangan di cabut, ahhhh tolong pak bikin saya keluar..” pinta Milla . Pak Solihin tersenyum melihat ke arah pak Timbul “ obat perangsang yang hebat.. ha ha ha” .

Pak Solihin memandang ke wajah Milla yang sangat memelas “ kamu suka sama ****** saya Milla..” .
 

Milla seperti orang kehausan akan sex lalu menjawab “ suka, suka masukin masukin di memek saya tolong” pintanya .

“Oke Milla saya akan entot kamu dan bikin kamu orgasme , tapi bilang dulu , kamu dudak sex ku , kamu pelacur , kamu doyan ******…” kata pak Solihin tertawa .
 

“ tolong pak , saya budak sex bapak , saya pelacur bapak , saya doyan ****** bapak, tolong entot saya, tolong bikin saya orgasme…” pintanya mengiba iba .

Pak Solihin lalu kebelakang lagi , dan menghunus penisnya di liang sagama Milla
 

“ ohh , aghhh iyahh teruss…” jeritnya .

Sambil memegang pinggangnya pak Solihin menghentak keras vaginanya . Milla menjerit jerit , sambil mengoyang pantatnya . “ agghhhhh terusss ahhhh…” . tak lama Milla mengejet , dia orgasme .
 

Pak Timbul mendekat “ gantian ..” katanya . Pak Solihin mencabut penisnya dari vagina Milla , dan Pak Timbul kini yang me******* Milla . dan Milla kembali mendesah desah .

Pak Solihin lalu memaksa Milla mengulum penisnya . Milla orgasme lagi di entot pak Timbul . dan mereka lalu berganti posisi lagi . Pak Solihin me*******nya , dan pak Timbul memasukan penisnya di mulut Milla.

Pak Solihin dan Pak Timbul terus bergantian , setiap kali Milla mengerang menikmati orgasmenya . Yang jelas setelah Milla orgasme lebih dari 10 kali , mereka baru ejakulasi . Pak Timbul di mulut , dan Pak Solihin di vaginanya . Mereka memberikan spermanya .

Setelah itu , ikatan tangan Milla di lepas . Dan Milla ambruk , tak mampu berdiri . Dia terkulai lemas di lantai .
 

Nafasnya tersengal sengal . ..
Pak Solihin lalu menarik tubuh Milla dan membaringkannya di sofa . Milla terisak isak. Hari sudah mulai gelap .
 

Tanpa terasa hampir seharian mereka menyiksa Milla .

Highschool!

Namaku Niken Vidya, namun teman-teman biasa memanggilku Niken.  Kisah ini dimulai ketika aku masuk masa SMA. Aku masuk SMA di umur yang masih sangat belia, sekitar 14 tahun, namun tubuhku sudah bongsor. Aku berparas lumayan cantik; kulit putih, rambut keriting, badan tinggi, dengan payudara yang cukup kencang dan bibir  tebal seksi seperti Angelina Jolie.

Cerita ini dimulai ketika sekolahku sedang mengadakan acara festival. Layaknya festival biasa, pasti banyak kerumunan muda-mudi yang bersorak-sorai melihat pertunjukan. Begitu juga denganku, bersama teman-teman sekelas, aku menikmati acaranya. Mataku terus tertuju ke panggung hiburan sampai ketika pasukan Paskibra berjalan berombongan memasuki lapangan sekolah.

Aku langsung berpaling, mataku tertuju pada seorang kakak kelas yang berada di barisan paling depan diantara mereka. Dia ganteng, putih, tinggi, pokoknya cowok idola sekolah banget deh. Hatiku langsung berdesir saat melihatnya. Aku segera bertanya pada Sari, teman sebangkuku. “Siapa namanya, Sar?”

“Kak Taufik,” jawab Sari sambil tersenyum penuh arti, tahu kalau aku telah jatuh cinta.

Sejak itu, secara diam-diam aku menaruh perasaan terhadap kakak kelas misterius tapi ganteng yang bernama kak Taufik. Semua akun jejaring sosialnya aku add, follow, dan invite. Pokoknya semua tentang dia aku cari tahu seluk beluknya. Dan ketika tiba hari ulang tahunnya, aku mencoba memberi hadiah, namun aku bingung. Bagaimana bisa aku memberinya hadiah sedangkan kak Taufik sendiri sama sekali tidak mengenalku.

Untunglah ada Fafa, temanku yang juga anak Paskib. Dia mencoba membantu dengan memberi tahu bahwa pulang sekolah nanti mereka ada latihan Paskibra. “Kamu bisa menemuinya saat itu.” kata Fafa. Akupun mengangguk, dan dengan hati deg-degan menunggu tanpa bosan untuk menyampaikan hadiahku pada kak Taufik.

Ketika latihan selesai, Fafa memanggilku. “Taufik menunggumu di kelasnya, di lantai dua.” katanya.

Aku sangat gugup, tak tahu harus senang atau malu, atau apapun. Namun karena sudah kepalang tanggung, kubulatkan tekadku untuk menemuinya. Setelah mengucapkan terima kasih pada Fafa, kudatangi kak Taufik di kelasnya untuk memberikan hadiahku. Aku sangat nervous sekali, bagaimanapun orang yang akan kutemui ini adalah orang sudah mencuri hatiku.

Setiba di atas, kak Taufik sudah menungguku. Tepat seperti yang dikatakan Fafa, ia berdiri di depan kelas seorang diri. Kak Taufik segera menyapa saat melihat kedatanganku. "Lo Niken ya?" katanya.

"Iya, kak. Kok kakak tau?" aku bertanya dengan muka bersemu merah, merasa bangga karena ia mengetahui namaku.

"Oh, tadi si Fafa kasih tau, katanya ada yang mau kenalan dan kasih hadiah." jawabnya ramah.

"Oh, gitu ya, kak? Ya udah, nih kak hadiahnya. Makasih udah mau nerima dan menungguku." Segera kuberikan kado di tanganku dan langsung berlalu tanpa sempat menatapnya.

Namun dia memanggilku kembali. "Niken, tunggu dulu, mau kemana sih?"

"Ada apa, kak?" aku berbalik.

“Ini buat kamu.” Secara mengejutkan, dia memberiku undangan untuk datang ke acara ulang tahunnya. "Dateng ya, dress codenya merah ya?"

Akupun terdiam sejenak, tidak tahu harus berkata. Ini benar-benar suatu kejutan buatku. Bayangkan, orang yang kukagumi, mengundangku untuk datang ke acara ultahnya, padahal sebelumnya ia tidak mengenalku sama sekali. Suatu lompatan hubungan yang sangat besar. Begitu tercengangnya aku hingga terus diam saat melihatnya pergi. Kubiarkan kak Taufik berlalu begitu saja tanpa mengucapkan terima kasih atau apapun. Ah, dasar bodoh.

Setelah tersadar kembali, dengan hati berbunga-bunga, kuhampiri Fafa yang setia menunggu di depan kantin. "Fa, aku diundang ke acara ulang tahunnya nih. Tapi aku gak ada temennya dan gak tau harus menggunakan apa?!"

Fafa tersenyum. "Aku juga diundang kok. Bareng aku aja. Aku ada kok dress yang sesuai untuk kamu. Nanti kamu pulang dulu ya, setelah itu kamu ke rumah aku."

"Oke deh, Fa. Trims ya, kalo gitu aku pulang dulu, sampai ketemu nanti." Akupun pulang dengan perasaan yang campur aduk; antara senang, terkejut, gugup, tapi juga gembira.

Ketika sampai di rumah, tidak kujumpai satu orang pun, termasuk ibuku. Rumah sunyi dan sepi. Akhirnya dengan terpaksa aku minta izin kepada ibuku melalui telepon. "Bu, Niken nanti malem izin ke acara ulang tahun teman ya?"

"Teman mana? SMA?" tanya ibuku yang ternyata lagi bertandang ke rumah kerabat.

"Iya, bu, diundang nih." jawabku.

"Wah, hebat kamu sudah punya teman. Ya udah, asal jangan terlalu larut ya pulangnya?" pesan ibuku.

"Iya kok, bu.” aku menyanggupi. “Nanti aku minta jemput sama Aa’ kalo udah selesai."

"Oke deh, hati hati ya, bye."

"Bye,"

Telepon pun kumatikan dan aku bergegas mandi. Setelah mandi, dengan hanya berbalut handuk, aku menuju kamar untuk berganti pakaian. Kulepaskan handuk yang melilit di tubuhku tanpa merasa curiga diintip atau dipergok orang lain. Aku memandangi tubuhku yang mulai tumbuh ini di depan cermin di kamarku yang lumayan besar. Kuperhatikan payudaraku mulai berbentuk; bulat dan agak besar dengan puting mungil berwarna coklat kemerahan. Bulu kemaluanku juga mulai ada sedikit, sudah terlihat agak hitam meski tidak terlalu lebat. Namun yang aku heran, kenapa bokongku ini besar sekali ya? Siapa pun pasti suka kalau disuruh untuk mengusap dan memegangnya, aku yakin itu!

Setelah selesai bercermin, aku langsung memakai baju seadanya dan bergegas pergi ke rumah Fafa. Sore itu aku hanya memaki tanktop hitam dan hotpants mini bewarna coklat serta membawa tas kecil untuk menaruh dompet dan handphone. Aku naik taksi yang sudah menjadi langganan.

Setiba di rumah Fafa, "Yah ampun, Niken, ternyata lo cantik juga ya?! Hahaha," kata Fafa memujiku. Aku cuma tertawa menanggapinya, tawa kami terdengar begitu keras. "Ayo sini masuk, udah gue siapin dress lo nih di kamar.” ajaknya.

Akupun memasuki kamar Fafa yang luas dan rapi itu. Langsung kucoba dress warna merah pemberiannya. "Fa, apa ini gak terlalu pendek? Pahaku keliatan banget!" kataku memperhatikan bawahannya yang jauh diatas dengkul, hingga mengekspos dengan jelas belahan pahaku yang jenjang dan putih mulus.

"Enggak kok, ini kan sama aja kaya hotpants yang lo pake." katanya sambil senyum.

"Oh, iya sih.” benar apa katanya, akupun jadi tidak merasa risih lagi. “Oke deh. Makasih, Fa."

Kamipun berangkat dengan mobil Fafa dan tiba di rumah kak Taufik tepat saat acara mau dimulai. Kebanyakan yang hadir adalah kakak kelas yang hanya kukenal wajahnya saja, namun ada juga teman seangkatanku yang diundang. Di dalam, ternyata party itu seperti party yang biasa dilakukan di Western; minuman, musik, dan sex ada disana. Akupun menaruh kado di tempat yang disediakan, dan tak jauh dari situ kulihat pemuda tampan pujaanku menghampiriku dengan blazer abu-abunya yang disetrika rapi. Kak Taufik menyapaku ramah. "Hey, Niken. Dateng juga lo, kirain gak dateng."

"Aku pasti dateng, Kak. Buat kakak, apa sih yang enggak?!" jawabku malu-malu.

"Haha, makasih ya. Trims juga buat kadonya. Mau diambilin minum ga?" tawarnya.

Akupun hanya menjawab mau dan menunggu sebentar. Sementara Fafa sudah tidak tahu berada dimana. Dia hilang diantara kerumunan anak yang semakin banyak saja.

"Nih minumnya," kak Taufik memberikan segelas minuman kepadaku.

Akupun langsung meminumnya tanpa bertanya terlebih dahulu. Dan setelah kucicipi, ternyata rasanya manis getir. Raut wajahkupun langsung berubah menjadi agak aneh.

"Haha, ini wine, Niken. Masa gak tau sih?" godanya sambil tertawa.

"Tau kok, cuma gak pernah minum." aku menjawab.

"Oh, begitu toh. Ya udah, yuk ikut kakak, sekalian kita cari Fafa dan teman-temanmu." Dia langsung menarik tanganku ke tengah kerumunan dan membawaku ke suatu tempat khusus dimana disitu ada Fafa dan beberapa temanku.

Kami pun segera terlibat dalam obrolan yang hangat dan akrab. Di luar dugaan, kak Taufik ternyata enak diajak ngobrol. Aku suka berbincang dengannya. Kami terus berbincang dan bercanda sambil minum dan mengikuti hentakan musik. Aku pun sudah tak tahu berapa banyak wine yang kuhabiskan sampai tak sadar kalau kadang aku jadi sering mengeluarkan kata-kata vulgar.

Melihat kondisiku seperti itu, Fafa langsung menarikku keluar. Akupun mengikutinya. "Ken, lo mabuk? Aduh, bakal ribet nih gue." kata Fafa panik.

"Enggak kok, gue nggak mabuk, cuma sedikit pusing aja." jawabku lemas.

"Ya udah deh, ayo pulang, udah larut nih." Fafa menarik tanganku.

"Tapi kan gue belum ngobrol banyak sama kak Taufik." kutolak ajakannya.

"Ya udah deh, sebentar aja lagi ya?" Fafa melepaskan tanganku.

Kamipun kembali ke tempat semula dan kembali minum wine yang ada disitu. Disaat aku menjadi semakin mabuk dan lepas kendali, tiba-tiba kak Taufik mengajakku ke lantai dansa. Akupun mengikutinya dan mulai menggerakkan tubuhku seadanya, sedangkan Fafa hanya memperhatikanku sahabatnya yang sedang mabuk ini sambil geleng-geleng kepala. Tanpa kusadari, kak Taufik menarik tanganku dan membimbingku untuk naik ke lantai dua rumahnya. Aku sebenarnya ingin menolak, tapi saat dia bilang ingin mengatakan sesuatu kepadaku, akupun menyerah. Apakah dia kan menembakku?! Harapku dalam hati.

Aku yang sudah mabuk dibopongnya menuju lantai dua. Disana, aku dimasukkan ke  sebuah kamar dan dibaringkan ke ranjang empuk yang luas dan besar dengan kondisi tubuh setengah sadar. Kak Taufik meninggalkanku sebentar, entah dia pergi kemana. Akupun seperti tertidur, namun tubuhku terasa panas dan gerah. Ingin sekali kubuka dressku ini, tapi untung akal sehatku masih bisa menahannya. Tak berapa lama kemudian, kak Taufik kembali masuk ke kamar dan mengunci pintunya.

"Kakak mau ngomong apa? Kok aku dibawa kesini?" ucapku setengah sadar.

Tanpa babibu, tiba-tiba kak Taufik menaiki tubuhku dan memandangi mata sayuku. Entah siapa yang memulai, bibir kami berdekatan dan dia mulai melumat bibirku. Aku yang sudah pengalaman kissing dengan mantan, tidak kaku mengimbanginya. Kutanggapi serangannya dengan memeluk leher dan melumat bibirnya begitu rakus. Kami berfrenc-kiss ria selama kurang lebih sepuluh, sebelum kak Taufik mulai menurunkan kepalanya untuk mengendus dan menciumi leherku.

"Hhhh... Kak! Jangan disitu! Achh... nanti ada... achhh! ...bekasnya!" jeritku, namun kak Taufik tidak menghiraukannya. Ia memegang tanganku dengan kedua tangannya dan melebarkannya ke samping. Dia menatapku sangat dalam untuk meyakinkan diriku bahwa malam ini aku adalah miliknya. Aku yang setengah sadar hanya pasrah atas apa yang akan terjadi. Kak Taufik mulai menciumiku lagi dan kali ini leherku yang jadi sasarannya.

"Ahhh... kak! Aachhh!" aku makin merintih.

Dia terus menciumi sambil menggigit kecil kulit leherku hingga meninggalkan bekas merah dimana-mana. Setelah puas, dan leherku sudah basah oleh air liurnya, mulutnya mulai turun ke arah gundukan payudaraku. Aku hanya bisa meremas sprei dan menggelinjang kuat ketika mulutnya menyentuh kulit payudaraku yang masih tertutup dress merah. Pelan kak Taufik meraih pundakku dan menurunkan dressku sampai perut. Terpampanglah bongkahan buah dadaku yang meski masih tertutup BH, tapi cukup kelihatan montok dan besar.

Sambil tetap menciuminya, kak Taufik mulai memegang dan meremas-remasnya dari luar BH. Ia juga berusaha untuk menyusupkan jari ke dalam cup behaku untuk menjepit dan memilin-milin putingku yang terasa mulai menegang akibat ulahnya. Setelah agak lama, dan putingku makin terasa kaku dan kenyal, akhirnya kak Taufik berusaha membuka pengait braku, ia rupanya tak sabar untuk melihat kemontokan buah dadaku secara langsung.

“Hmm, indah sekali, Niken.” Gumamnya sambil mulai menyusu kembali saat braku sudah terlempar ke lantai. Mukanya kini terbenam diantara bongkahan payudaraku, menekan dan menggesek kuat disana, sesekali juga mencucup dan mengulum putingnya hingga membuatku kelojotan keenakan.

"Achh... Kak! Sudah, Kak!" jeritku pilu. Aku mencoba melawan birahiku ini, namun apa daya, aku dalam keadaan setengah mabuk. Lagipula, rangsangan kak Taufik juga kurasa begitu nikmat hingga membuatku makin merintih dan menggelinjang.

Setelah puas bermain dengan payudaraku, dia mulai melucuti semua pakaianku. Kemudian disusul dengan pakaiannya saat aku sudah terbaring telanjang bulat di depannya. Ada rasa malu bugil untuk pertama kalinya di depan laki-laki, tapi melihat kak Taufik yang sepertinya sangat menginginkanku, akupun jadi pasrah saja. Dia mulai mengambil posisi untuk menyetubuhiku, kak Taufik memegang kedua pahaku dan membukanya lebar-lebar. Tak berkedip ia menatap vaginaku yang masih perawan. Pasti ia bingung mencari lubangnya yang mungil.

“Niken,” desah kak Taufik sambil mulai menindih tubuhku. Sebelumnya ia sudah meludahi ujung penisnya yang tidak begitu besar untuk memperlancar saat menerobos masuk ke dalam lubangku nanti.

Aku berjengit saat kurasakan ada benda tumpul padat menyentuh bibir vaginaku. "K-kak, jangan! Please!" pintaku setengah sadar. Namun dia tetap mencoba, kak Taufik memajukan pinggulnya dan, "Hnghhhh!!!" aku melenguh saat kepala penisnya mulai menyelinap ke dalam vaginaku.

“Tahan, Niken!” kak Taufik menariknya sedikit, lalu mencoba untuk mendorong lagi, kali ini sedikit lebih keras dan memaksa.

"Ahhhhhh!!!" aku menjerit kesakitan saat batang penisnya menusuk tajam dan terbenam hingga hampir separuhnya.

Mendengar jeritanku, kak Taufik menariknya lagi. Aku sedikit lega, kukira dia akan berhenti. Tapi rasa legaku itu langsung berubah menjadi jeritan panjang saat kak Taufik mendorongnya lagi dengan hentakan kuat yang keras dan dalam. "AAHHHHHHHH!!!" Benda panjang itu berhasil merebut keperawananku! Selaput daraku robek olehnya, saat penis itu membelah dan mengisi relung vaginaku hingga mentok sampai ke dasar.

“Ughhh... Niken!” kak Taufik melenguh keenakan, sementara tanpa kusadari air mataku menetes keluar, mengalir pelan di pipi mulusku. Kak Taufik segera mengusapnya dan mencium bibirku dengan penuh kemesraan. "Kakak sayang kok sama Niken. Tenang aja, kakak nggak akan tinggalin kamu." katanya.

Akupun hanya bisa tersenyum haru mendengarnya.

Setelah penis tersebut terdiam cukup lama, menanti dinding-dinding vaginaku agar terbiasa menerima kehadirannya, kak Taufik pun mulai menggerakkannya maju mundur. Dengan menarik-dorong pinggulnya, ia mulai menyetubuhiku.

"Nghhhhh... Kak!!" awalnya memang sangat sakit. Tapi setelah beberapa menit berlalu, rasa sakit itu perlahan menghilang, dan digantikan dengan rasa geli dan nikmat yang amat sangat. Aku pun mulai mendesah keenakan saat penis kak Taufik bergerak semakin cepat, rupanya ia sedikit menaikkan tempo kocokannya.

"Ahhh... ahhh... ahhh... kak!" ceracau mulutku tanpa henti.

"Hmmm! Hmmpph!" kak Taufik segera menyumbatnya dengan ciumannya yang hangat dan mesra. Kamipun saling mendesah dengan bibir saling menempel erat. Kak Taufik terus menggerakkan pinggulnya, menyetubuhiku, hingga membuat permainan menjadi semakin liar dan panas.

Tapi tak lama kemudian ia berhenti. Kukira dia sudah keluar, tapi ternyata belum. Saat aku sudah ingin bertanya, kak Taufik tiba-tiba mengangkat tubuhku dan menaruhnya di atas pangkuan. Ia melakukannya dengan penis masih berada di dalam vaginaku, menancap tajam disana. “Oughhhh... Kak!!” tentu saja aku langsung melenguh dengan perbuatannya. Enak sekali, penisnya seperti menusuk dan mengaduk-aduk liang vaginaku.

Setelah posisi ini sudah siap, sambil melumat bibirku, ia kembali menghentakan pinggulnya kuat-kuat ke atas. "Mppmhh... ahh... kak! Aahhhh..." akupun kembali merintih dan menggeliat. Dengan posisi seperti ini -aku menduduki penisnya- membuatku makin terangsang dan bergairah. Tanpa sadar, aku mulai menaik turunkan tubuhku untuk mengimbangi genjotan pinggulnya.

"Ahhh... yes, baby, like this!!" ucap kak Taufik sambil meremas-remas bulatan pantatku. Ia juga menyusu di putingku, menghisapnya bergantian sambil sesekali menggigit dan menariknya dengan menggunakan gigi.

Setelah lima menit bercinta dengan posisi seperti itu, kak Taufik tiba-tiba merebahkan tubuhnya dan berbaring telentang. Sementara aku masih menindih dan menunggangi batang penisnya. Aku mengerti apa yang ia inginkan, jadi mulai kugenjot tubuh mulusku naik turun di atas pinggangnya. Kuhentak keras penisnya agar masuk semakin dalam ke lorong vaginaku.

Tapi posisi seperti itu justru membuatku merintih kesakitan. Akupun mengaduh, "Ahhhh... kak, perih! Aku capek,"

"Sabar, nanti juga enak kok." sahut kak Taufik sabar.

"Tapi, ahh... kak, aku... ahh... perih!" rintihku tak tahan.

"Goyangin aja terus, nanti juga enak."

Akupun mengikuti sarannya, dan ternyata benar! Rasa sakitku perlahan menghilang, dan rasa nikmat yang tadi kurasakan perlahan kembali. Gerakanku pun menjadi semakin liar. "Ahh... ahh... ahh... ahh..." desahku putus-putus.

"Yes, baby, faster! Faster! Shake your body! Shake your body!!" ceracau kak Taufik sambil memejamkan mata. Tangannya yang hinggap di pantatku terus meremas-remas pelan.

Disaat aku sudah mulai bisa menikmati, kak Taufik tiba-tiba bangun dan mendorongku hingga kembali ke posisi semula; aku dibawah sementara dia di atas, dengan alat kelamin kelamin kami masih tetap terpaut kuat. Dengan posisi seperti itu, aku ditumbuknya dengan keras dan cepat. "Ahh... kak, pelan-pelan! Aahh..." pintaku.

Namun kak Taufik tidak menghiraukannya, ia tetap menggenjotku dengan penuh semangat. Tanpa kusadari, kakiku melingkar dan mengikat di pinggangnya. Kukunci dia rapat-rapat hingga kurasakan kepala penisnya membentur keras dinding rahimku. "Ahhh... kak, harder! Harder!" aku meminta.

"Yes, baby. I will fuck you harder!" sahut kak Taufik, ia semakin mempercepat temponya hingga membuatku semakin tidak karuan.

"Yes, I like this! Like this! Aahh..." Kurasakan dinding vaginaku mulai berdenyut-denyut kencang, tanda akan menyembur sebentar lagi. Begitu juga dengan penis kak Taufik, kurasakan benda itu menjadi semakin keras dan membengkak.

"Kyaaaaaaaa!!! AAHHHHHHHHH...!!!" kamipun menjerit panjang berbarengan tanda kami berdua orgasme secara bersamaan. Kurasakan air mani kak Taufik tumpah ruah di lorong vaginaku, dan kusambut dengan semburan cairan cintaku yang tidak kalah banyak. Kami saling menatap dan saling mencium dalam diam.

"Makasih ya, Niken." kata kak Taufik mesra.

"Iya, Kak, makasih juga udah jadi yang pertama buatku." sahutku.

Diapun mencium keningku dan menarik tubuhnya. Kuperhatikan penisnya sudah mengkerut dan agak melemas, benda itu begitu basah dan mengkilat. Ada noda darah di sepanjang batangnya yang menghitam, noda darah keperawananku!! Tapi aku sama sekali tidak menyesal memberikannya. Setelah membersihkan diri dan berpakaian, kami pun turun bersama-sama untuk kembali ke acara pesta.


Setelah peristiwa di acara ulang tahun kak Taufik hidupku mulai banyak berubah. Aku jadi sering melakukan seks dengan kak Taufik, dimanapun dan kapanpun ketika kami saling membutuhkan. Meskipun dia belum memintaku untuk menjadi kekasihnya, namun aku rela untuk bercinta dengannya.

Hingga pada suatu hari, aku bertemu dengannya di kantin sekolah. Dia berkata sambil berbisik, "Nanti pulang sekolah bareng kakak aja ya? Ada yang mau diomongin."

Akupun membalas dengan berbisik pula. "Yakin cuma diomongin doang, kak? Enggak dilakuin?" ledekku sambil tertawa.

"Yah itu sih liat nanti. Ya udah, pokoknya nanti kakak tunggu di depan gerbang ya,"

"Oke deh, kak." balasku.


***

Bel pulang sekolah berbunyi. Aku pun segera merapikan bukuku dan memasukannya ke dalam tas. Setelah semua rapi, kelas pun disiapkan untuk pulang dan akupun keluar.

"Ken, mau kemana lo? Kok buru-buru banget?" tanya teman baikku, si Fafa.

"Biasa, ada kakak senior yang nungguin." balasku sambil senyum.

"Cie, yang mau ngedate. Ya udah deh, semoga sukses ngedatenya."

Akupun hanya tersenyum dan berlalu meninggalkan Fafa menuju gerbang sekolah. Di depan gerbang, kulihat honda Jazz merah milik kak Taufik terparkir dengan pintu terbuka. Dia berdiri di sebelahnya, tersenyum saat melihat kedatanganku.

"Udah lama ya, kak? Maaf ya," aku menyapanya.

"Oh, engga kok. Gue juga baru keluar."

"Kita mau kemana, kak?" tanyaku.

"Udah, ikut aja dulu. Gak dicariin sama bonyok kan?" dia bertanya.

"Enggak kok, kak." jawabku.

Lalu kamipun memasuki Jazz merah tersebut dan meluncur menuju daerah Kelapa Gading. Di dalam mobil, kak Taufik mengajakku ngobrol sambil sesekali mencuri-curi pandang ke arah belahan paha dan baju seragamku. Maklum saat itu aku memakai rok diatas lutut dan baju seragam dengan dua kancing terbuka lebar, menampakkan sedikit tonjolan buah dadaku. Untuk daleman, aku hanya memakai bra dan cd warna hitam saja, itupun sangat mini hingga aku yakin kak Taufik pasti menyukainya.

Ketika sampai di basement sebuah mall, kak Taufik bilang kalo dia ingin mengajakku nonton bioskop. Aku sih ayo-ayo aja, kapan lagi coba nonton sama orang yang aku suka. Bergandengan tangan, kamipun menuju bioskop dan mengantri karcis sebentar. Kami memilih nonton film superhero. Jujur saja, aku lebih suka melihat film action daripada drama. Kamipun masuk menuju studio film begitu pintunya dibuka. Kami mendapat seat paling belakang. Suasana saat itu sangat sepi karena memang hari kerja dan sekolah. Di deret belakang, hanya ada kami berdua yang menempati.

Film pun mulai diputar. Awal-awal kami menonton dengan serius, sama sekali tidak berbicara, asyik berkonsentrasi dengan cerita film. Aku sempat heran juga, tumben kak Taufik jadi pendiam, biasanya dia langsung menyerbuku begitu ada kesempatan. Apakah filmnya memang begitu bagus hingga membuat kak Taufik sampai terpukau?

Namun ternyata dugaanku salah! Baru 10 menit film berjalan, kak Taufik sudah mulai berani memegang pahaku. Akupun hanya diam saja dan melanjutkan menonton, dia sudah biasa melakukan itu. Dari sekedar mengusap, kak Taufik melanjutkan dengan memasukkan tangan ke dalam rokku. Untuk yang satu ini, aku sedikit kaget, tapi tetap tidak menolak. Kurasakan tangannya mulai mengorek-ngorek isi di dalam rokku. Risih juga sih, namun tetap membiarkannya. Bahkan saat tangan kirinya mulai meremas-remas buah dadaku, aku juga hanya bisa memandanginya penuh nafsu.

Kak Taufik terus merangsang dua bagian sensitifku sepanjang film. Yang kanan menusuk-nusuk vaginaku, sementara yang kiri meremas dan menarik putingku. Diperlakukan seperti itu membuatku jadi tak tahan lagi. Akupun berbisik kepadanya. "Jangan disini, kak. Aku takut ketahuan."

Kak Taufik pun berhenti melakukannya dan langsung mengajakku keluar studio. ”Kita kemana, Kak?” tanyaku sambil mengikuti langkahnya. Ternyata dia mengajakku ke kamar mandi cewek, kami masuk ke salah satu bilik toilet dan menguncinya dari dalam.

"Kak, kok malah disini? Nanti ketahuan gimana?" tanyaku bimbang.

Tidak menjawab, kak Taufik malah langsung mencium bibir dan memeluk tubuhku. Akupun langsung terdiam, kuikuti saja kemauannya. Kami sudah sama-sama terangsang dan bergairah. Dengan cepat kami saling mengikat lidah, bertukar bibir dan air liur dengan sepenuh hasrat dan gairah. Kak Taufik membuka kancing seragamku dengan cepat dan melepaskan kait bra hitamku. Dia menarik keluar payudaraku dengan tetap membiarkan baju seragamku menempel di badan. Kini benda bulat di dadaku itu sudah tanpa penutup apapun, terlihat begitu mengkal dan menggiurkan. Putingnya yang mungil kemerahan tampak begitu indah dan menggoda. Kak Taufik langsung meremas-remasnya sambil menciumi leherku dengan ganas. Aku hanya bisa meremas rambutnya dan mendesah dengan pelan karena takut ketahuan.

"Ahhh... kak, geli! Sshhh..." rintihku saat lidahnya memutar di atas putingku. Dia melumatnya dengan rakus, meninggalkan beberapa bekas cupang disana, juga di leherku.

"Mphhhh... mpphhh..." aku mendesah kegelian, agak sedikit lebih keras, namun kak Taufik segera menutup mulutku menggunakan tangannya. Dia tidak ingin ada yang mendengar persetubuhan kami.

Dipilinnya terus putingku menggunakan lidahnya secara bergantian. Kanan-kiri, kanan-kiri, terus menerus, sebelum kak Taufik tiba tiba menyuruhku untuk duduk di closet. Aku mengerti apa yang dia inginkan, dengan sigap akupun membuka celana abu-abu yang ia kenakan dan mengeluarkan isinya yang sudah menegang dahsyat. Walaupun sudah sering melihatnya, aku agak  kaget juga melihat ukurannya yang dari hari ke hari kurasa semakin besar saja.

Dengan mesra, kuelus-elus batang tersebut perlahan. Ingin aku melakukannya lebih lama saat tanpa kusangka tiba-tiba kak Taufik menjambak rambutku dan memaksaku untuk memasukkan penis itu ke dalam mulut. Aku memang kaget namun cepat bereaksi. Dengan sigap segera kubuka mulutku dan membiarkan kemaluan kak Taufik meluncur masuk ke dalam.

"Mpphh... mphhh..." aku melenguh merasakan penis tersebut memenuhi rongga mulutku. Rupanya kak Taufik sedang buru-buru hari ini. Atau dia sudah begitu terangsang melihat tubuhku?

Dia memegang kepalaku dan menyodomi mulutku dengan penisnya. Aku hanya bisa diam saja dan mengikuti kemauannya. "Hmmm… yeah, like it, honey. I will fuck your mouth!!" dia melakukannya dengan brutal sampai kadang aku merasa sesak dan sulit untuk sekedar bernapas.

Melihat mukaku sudah mulai memerah, akhirnya kak Taufik mengeluarkan penisnya untuk membiarkanku bernafas sebentar. Namun sekali lagi, secara tiba-tiba, sebelum aku sempat menarik udara, dia sudah memasukannya lagi ke dalam mulutku, bahkan kali ini sangat dalam dan keras hingga mentok sampai ke ujung kerongkonganku. Kak Taufik menahan kepalaku agar penisnya tidak sampai terlepas. Aku hanya bisa melenguh sambil mencoba untuk tetap bernafas. "Hmmmpp... hmmmph..."

"Ahh... enak sekali, Niken!!" desahnya. Dia lalu melepaskan cekalan kepalaku.

Segera kumuntahkan penisnya dan akupun langsung terbatuk-batuk lega. "Uhuk-uhuk... kok kasar banget sih, kak?" tanyaku keheranan.

"Abisnya kamu nafsuin banget sih hari ini," jawab kak Taufik. Dia lalu jongkok di depan pahaku dan melepaskan celana dalam yang aku pakai, namun hanya sampai lutut, sedangkan rokku masih utuh di tempat semula.

Dengan kaki terbuka lebar, akupun sedikit tersengat ketika bibir vaginaku disentuh oleh jari-jari tangannya. Dibukanya lipatan bibir luar vaginaku dan dimasukannya dua jari ke dalamnya. "Ahhhh... hhhh..." desahku pelan.

Aku kira kak Taufik cuma akan mem’fingering’ vaginaku, tapi ternyata kepalanya menunduk tak lama kemudian dan langsung masuk ke dalam rokku. Kurasakan ada daging lunak menyentuh pangkal pahaku, lidahnya. Ohh, hal ini akan lebih menyiksaku saat kurasakan kak Taufik membuka lagi lipatan vaginaku dan mengeluarkan klitorisku dengan jari telunjuknya.

"Ahhhh... kak! Ahhhh..." aku tersengat ketika kurasakan lidahnya mulai menjilati klitorisku. Akupun semakin terangsang dan tanpa kusadari aku meremas payudaraku sendiri dan menjepit kepala kak Taufik agar tidak terlepas dari vaginaku.

"Mhhh... kak, terus, kak!!" akupun terus merintih tanpa sadar. Dan ketika aku hampir orgasme, "Ahhh... kak! Aahhh... aku mau, ahhhh..." tiba-tiba kak Taufik berhenti mengoralku. Akupun hanya bisa diam dengan mata sayu.

"Kak, kok berhenti?" tanyaku penasaran.

"Yah gak papa kan? Ada yang salah?" tanyanya menggoda.

"Lanjutin lagi, kak. Aku udah gak tahan." kataku.

"Gak tahan apa?" goda kak Taufik lagi.

"Gak tahan, vaginaku udah gatal." sahutku.

"You must beg me!" katanya.

Akupun berpikir, kenapa aku menjadi sangat rendah seperti ini? Tapi logika ini sudah kalah oleh birahi yang melanda seluruh tubuhku. Akupun berdiri dan berbisik padanya. "Fuck me, please! I can't stand it anymore!!"

Kak Taufik langsung memelukku, meremas punggungku, dan mengangkat satu kakiku menuju pinggangnya. Dan perlahan, bless!! Masuklah seluruh kejantanannya, menembus seluruh relung vaginaku, memenuhinya hingga ke lubang yang terdalam.

"Ahhh…" rintihku saat dia mulai menggerakan pinggulnya maju mundur, sementara tangannya menahan tubuhku agar tidak terlempar kemana-mana.

"Ahhhh… yes! Fuck me! Fuck me!" aku menjadi semakin gila, dan tanpa sadar meracau seperti kesetanan.

Plok-plok-plok… bunyi kedua kelamin kami yang sedang beradu dengan tempo tinggi. Gesekan kemaluan kami terasa begitu nikmat. Aku menyukainya. Aku ketagihan dengannya. Ingin kunikmati rasa itu lebih lama, namun tiba-tiba aku mendengar suara kaki mendekat ke arah bilik WC. Kak Taufik pun langsung menghentikan goyangannya, tapi tanpa mengubah posisi sama sekali, penisnya tetap menancap telak di lorong vaginaku.

Klik… bunyi suara pintu toilet dibuka, tepat disamping dimana kami berada.Kudengar ada suara air mengalir. Kami menunggu dalam hening, tetap tanpa suara. Namun tiba-tiba kak Taufik menghentakan pinggulnya kembali, meski pelan, tapi tusukan penisnya tepat menyentuh mulut rahimku. "Ahhhmmm... mpphh!!!" akupun mendesah, tapi dengan cepat kak Taufik menutup mulutku dengan telapak tangannya. Aku hanya bisa melotot menatapnya, meminta penjelasan. Namun dia hanya tersenyum dan terus menggerakkan pinggulnya tanpa merasa berdosa. Aku tidak bisa menghentikannya.

"Mmphhh!!!" aku melenguh tertahan dalam dekapan tangannya. Dia terus menyetubuhiku lebih cepat tanpa memikirkan ada orang disamping ruangan yang kami pakai untuk bercinta ini.

Klik! Terdengar pintu ruangan samping terbuka lagi, dan bunyi air sudah tidak terdengar lagi. Dengan cepat kak Taufik langsung membalik tubuhku menghadap WC dan membuka bongkahan pantatku. Dengan brutal dia memasukkan penisnya dari belakang ke dalam vaginaku.

Clepp, clepp, suara kelamin kami yang saling beradu lagi. Rambutku dijambaknya ke belakang dan tangan kirinya memegang pantatku dengan gemas. "Ahhh... kak! Ahhh... pelan-pelan, kak." pintaku dengan manja. Namun dia malah makin cepat menggenjot tubuhku.

"Ahhh... kak! Ahh... ahhh!!" aku mendesah sekeras mungkin tanpa peduli ada orang lain yang mendengar.

Setelah puas dengan gaya tersebut, kak Taufik pun duduk di closet dan memangkuku diatas tubuhnya. Dinaikannya rokku hingga ke perut dan dia mulai memasukan penisnya ke liang vaginaku.

"Ahhh!!" dengan sekali usaha, seluruh batangnya masuk ke dalam lubang vaginaku. Seperti biasa, mula-mula dengan lembut dia mulai menggerakkan pinggulnya ke atas bawah. "Ahhh... yes! Like this, kak! Ahh… softly! Ahhh…" desahku pelan. Namun belum sampai satu menit aku menikmatinya, dia sudah menaikkan tempo dengan sangat cepat.

"Ahhh… kak, pelan-pelan, kak! Ahhh..." mulutku memohon lembut, namun tubuhku sudah terangsang berat hingga tanpa sadar aku malah menaik-turunkan badan dengan cepat.

"Ahhh... kak! You… ahh, like… ahhh, this?" ceracauku dengan keras.

"Yes, honey. Yes, do it faster!!" pinta kak Taufik sambil meremas-remas pantatku.

Kamipun menggenjot dan menggerakkan tubuh semakin cepat. Ketika aku sudah hampir orgasme, tiba-tiba terdengar lagi suara kaki mendekat. Kali ini kudengar ada dua orang karena mereka seperti sedang membicarakan sesuatu.  Akupun langsung diam, tubuhku bagaikan dipaku di atas tubuh kak Taufik. Namun lain aku, lain pula kak Taufik. Ia tetap menggerakkan pinggulnya untuk mengguncang tubuhku. Tapi kali ini dia mengunci mulutku dengan mulutnya.

"Mppphh! Mpphhh!" desahku tertahan oleh ciumannya. Tangannya tidak tinggal diam, diremasnya pantatku dengan tangan kirinya sementara tangan kanannya memilin putingku secara bergantian.

"Mppphhh! Ahhhhh!!" kami terus saling adu kelamin dan adu lidah tanpa mempedulikan sekitar, karena tidak lama kemudian kudengar dua orang itu sudah melangkah menjauh dari kamar kecil. Kami kembali bebas.

Kak Taufik langsung melepaskan ciumannya dan kembali mencupang leherku yang jenjang. Diciuminya batang leherku sambil digigit-gigitnya kecil sehingga meninggalkan bekas. "Ahh... kak. Iya,  kak, fuck me harder! Ahhh..." aku semakin menggila karena kurasakan vaginaku mulai berkedut kencang.

"Ahhh... fuuucckk mee... ahhhh!! Ahhhh!!" akupun orgasme tak lama kemudian. Cairanku menyembur deras memenuhi lubang memekku. Namun kak Taufik tetap terus menggenjot tubuhku. Dia tampak tidak peduli dengan lorong vaginaku yang semakin basah dan membanjir. Aku yang kelelahan hanya bisa bersandar ke arah tubuhnya, mengikuti segala pergerakannya sambil sesekali mendesah atas sisa-sisa orgasme yang masih melanda.

Melihatku yang sudah lemas, kak Taufik langsung melepaskan penisnya dan menyuruhku untuk jongkok di depannya. Aku sudah mengerti maunya. Akupun jongkok dan mengelus batang penisnya yang masih tampak tegak dan basah karena terkena cairan kewanitaanku. Kupijit kepala penisnya sambil sesekali mengocok batangnya.

"Yes, honey. You get it, ahhhh..." desah kak Taufik keenakan saat penisnya kukocok dan kuciumi. Akupun mulai menjilatinya, dari ujung kepala hingga ke pangkal buah zakarnya.

"Ahhh... yess, do it now!!" desah kak Taufik. Akupun mulai memasukkan penis tersebut ke mulutku dan menjilat seluruh batangnya. Kugerakkan benda itu keluar masuk dengan cepat.

"Ahhh... baby, do it faster! Ahh... faster!" erang kak Taufik, hampir orgasme.

Dan kulakukan teknik deepthroat yang pernah dikasih tahu temanku. Kumasukkan seluruh batang penisnya sedalam mungkin. Akupun hampir tersedak, namun kak Taufik menahan kepalaku. Saat itulah, kurasakan penisnya makin membesar dan berkedut-kedut kencang.

"Mpphhh! Mmphhh!" bunyi dengusanku yang tertahan penis. Dan selanjutnya, "Ahhhhhhhh... swaloww it, ahhh... babe!!!" kak Taufik pun mengejang dan orgasme. Ia menumpahkan seluruh isi penisnya ke dalam mulutku. Aku merasa semakin sesak karena mulutku semakin penuh oleh penis dan spermanya. Dengan terpaksa aku telan semua spermanya kalau tidak ingin tersedak.

Tak lama kemudian, saat semua spermanya sudah menetes keluar, kak Taufik pun melepaskan penisnya yang mulai mengkerut mengecil. "Hahhh!!" suaranya terdengar lega seperti musafir yang mendapat minum setelah melewati gurun pasir yang sangat panas.

"Rasanya asin, kak!" gerutuku.

"Hmm, asin ya? Tapi enak kan?" tanya kak Taufik.

"Iya sih, tapi lain kali jangan dipaksa gitu dong." jawabku cemberut.

"Iya-iya, adekku sayang. Lain kali nggak kaya gini lagi kok." balas kak Taufik sambil mencubit pipiku.

Kami pun berpakaian kembali. Aku keluar lebih dahulu untuk melihat situasi, setelah kurasa aman, aku bbm kak Taufik. "Kak, kondisi aman. Buruan keluar."

Kak Taufik keluar dengan wajah yang datar, seperti tidak pernah terjadi apa-apa. Setelah keluar bioskop, kamipun menuju basement dan mencari mobil jazz merah kepunyaan kak Taufik. Dalam perjalanan pulang, kami mengobrol.

"Kak, kalo tadi kita ketauan gimana ya? Padahal tadi kan banyak orang yang masuk?" tanyaku.

"Kalo ketahuan yah paling dibawa ke security, terus kita diarak deh keliling mall, kan seru tuh. Haha!" balas kak Taufik.

Akupun mencubitnya karena agak jengkel dengan jawabannya. Dia mengantarkanku hingga depan halaman rumahku.


Setelah berminggu-minggu berhubungan dengan kak Taufik tanpa kejelasan, akupun mulai bosan dan merasa hanya dimanfaatkan saja. Tubuhku hanya diinginkan ketika dia mau. Bahkan pernah ketika sehabis melakukan seks, dia memfoto tubuh bugilku dan membagikan kepada teman-temannya. Aku merasa jengkel dan ingin memberitahunya, namun ketika kuhubungi, dia tidak membalasnya. Tapi ketika dia ingin melakukan seks denganku, dia terus menghubungiku. Dan ketika aku berkata malas, dia mengancam akan menyebar luaskan foto tersebut ke seluruh siswa di sekolah. Akupun hanya bisa menurutinya karena tidak mau reputasiku hancur di sekolah. Aku masuk kategori 10 cewek tercantik di sekolah dengan banyak prestasi. Jadi aku terpaksa mengikuti kemauannya karena dia juga orang yang kusuka.

Sama seperti siang ini, ketika aku pulang sekolah. Saat itu aku sedang ada ekskul teater dan kak Taufik juga sedang ekskul paskibra. Tiba-tiba hapeku berdering tanda bbm masuk.

"Ken, nanti kakak tunggu di depan gerbang setelah selesai ekskul. Ada yang mau kakak omongin." isi pesan kak Taufik.

Akupun berpikir sejenak karena aku tahu pasti kak Taufik ada maunya kalo menghubungiku, tapi aku juga ingin membicarakan tentang foto bugilku yang disebar ke teman-temannya. Akupun membalas bbmnya, "Oke, kak. Aku juga mau ngomong sesuatu sama kakak."

Ekskul teater pun dibubarkan karena latihan sudah selesai. Latihan hari ini cukup melelahkan juga sampai sampai bajuku basah oleh keringat, sehingga bra hitamku terlihat dari luar karena aku hanya memakai baju kaos putih polos yang ketat, sedangkan untuk bawahan, aku tetap memakai rok abu-abuku yang pendek. Aku pun langsung menuju pintu gerbang sekolah dan menghampiri kak Taufik yang sudah menunggu disana.

"Aduh, Niken, kok pakaiannya begitu sih? Gak baik tau," ucap kak Taufik sok perhatian.

"Gak papa kok, kak. Tadi abis latihan terus males ganti lagi." jawabku.

"Oh, ya udah. Yuk masuk ke mobil kakak." ajaknya.

Akupun masuk ke dalam mobil Jazz merah tersebut dan tak tahu mau dibawa kemana. Di dalam perjalanan, kami seperti orang yang tidak saling kenal. Kami hanya diam dengan pikiran masing-masing karena aku masih jengkel kepadanya. Aku hanya sibuk mengutak-atik handphoneku dan kak Taufik fokus menyetir. Tak lama kemudian, mobil pun tiba di rumah kak Taufik dan langsung dimasukkan ke garasi. Aku turun dan langsung disuruh masuk ke rumahnya.

"Duduk disini dulu ya, anggap aja rumah sendiri. Kakak mau ke kamar sebentar." Kak Taufik pun pergi ke kamarnya dan aku di ruang tamu.

Di meja terlihat ada sirup satu gelas. Mungkin memang untukku karena akupun sangat haus sekali. Tanpa pikir panjang, aku langsung menenggaknya. Tak lama kemudian, kak Taufik kembali ke ruang tamu dengan masih menggunakan baju seragam. Kamipun mengobrol sebentar. Tanpa kusadari, tubuhku semakin panas dan gerah. Aku rasa ada yang salah dengan minuman tadi. Namun aku mengabaikannya karena aku sudah tak sabar ingin menanyakan tentang foto bugilku. "Kak, aku boleh minta tolong gak?" tanyaku.

"Apa?" sahut kak Taufik.

"Fotoku jangan kasih tau siapa-siapa dong, nanti aku dikiranya cewek murahan." ucapku.

"Oh itu... iya, kakak juga mau ngomong itu. Kalo kamu mau liat file aslinya, ada di komputer kamar kakak. Kamu liat aja dulu fotonya, habis itu terserah mau dihapus atau enggak. Kakak mau ke kamar mandi dulu." jawab kak Taufik sambil meninggalkanku.

Tubuhku rasanya semakin menggila. Mungkin minuman tadi sudah dikasih obat perangsang, tapi aku tidak peduli. Aku langsung masuk ke kamarnya dan mencari file fotoku di komputer kak Taufik yang sudah menyala. Aku ingin menghapusnya dan berharap tidak ada copy-annya lagi. Namun ketika sedang mencari foto tersebut, tiba-tiba ada kedua tangan memegangi tanganku dari belakang. Ketika aku menoleh untuk mengetahui tangan siapa itu, pemiliknya langsung melumat bibirku.

"Mpphhh!!" desahku tertahan. Ternyata itu kak Taufik. Akupun langsung membalas ciumannya karena aku juga sudah sangat terangsang. Kami berciuman dengan sangat ganas dan panas. Namun setelah beberapa saat, aku kemudian melepaskan ciumannya.

"Kak, jangan sebar foto aku lagi ya. Aku mau kok ngapain aja asal rahasia kita jangan ada yang tau." aku berkata kepada kak Taufik.

"Iya, Niken sayang. Kakak janji kok gak akan sebarin lagi." balasnya singkat dan langsung menciumku lagi. Dibaliknya tubuhku dan dipeluknya dengan erat hingga kini kami saling berhadapan berpelukan dengan lidah yang saling menghisap dan membelit. Bunyi kecap lidah kami sangat jelas terdengar. Sambil tetap berciuman, kak Taufik menggendongku menuju ke ranjangnya. Aku yang sudah terangsang hanya bisa pasrah saja. Ditidurkannya aku di kasurnya yang luas tersebut. Diciuminya aku satu persatu, mulai dari kuping hingga leherku.

Aku mulai mendesah pelan. "Ahhh... Kak!" Kak Taufik terus menjelajahi tubuhku dengan mulutnya. Dibukanya kancing seragamku satu persatu. Diciuminya dadaku yang masih terbungkus oleh bra merah.

"Hmmm... kak, hmmm..." akupun terus mendesah. Lalu tangan ka taufik meremas payudaraku. Dibukanya kaitan bra yang memang berada di depan. Dan dia mulai kembali menciumi payudaraku lagi.

"Ahhhh... kak, ahhh..." Diemutnya putingku bergantian kanan dan kiri, kadang juga digigitnya kecil sampai meninggalkan bekas kemerahan. Aku yang sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, langsung saja membuka rok abu-abuku beserta celana dalamku.

Melihat hal tersebut, kak Taufik juga membuka seluruh pakaiannya dan memamerkan tubuh berototnya. Tanpa pikir panjang, dia langsung mengarahkan penisnya ke mulutku. Aku pun dengan sigap membuka bibir dan memasukkan benda itu ke dalam mulutku. Kukulum penisnya dengan penuh nafsu. Kulakukan gerakan lembut dengan lidahku sambil mataku menatap ke arah kak Taufik yang sedang merintih keenakan. Kujilat ujung kemaluannya dengan lidahku sambil kadang kugesekkan ke gigi-gigiku.

"Ahhh... yes, like this, honey! Ahh… holy shit!!" desisnya saat lama-lama kulumanku menjadi semakin cepat. Kumaju mundurkan kepalaku hingga dia merintih tak tahan. Kak Taifuk pun memegangi kepalaku dan ikut memaju mundurkan pinggulnya.

"Ahhhh... iya, terus! Bentar lagi kakak keluar!!" lenguhnya. Akupun semakin semangat memblowjobnya, hingga tak lama kemudian kurasakan lahar panas memenuhi mulutku.

"Ahhhh... yes, swallow it!!" kak Taufik tetap menahan kepalaku, mau tak mau akupun harus menelan sperma tersebut.

Aku kira semua ini akan berakhir cepat karena kak Taufik sudah orgame, namun ternyata dugaanku salah. Dia melepas kepalaku dan mengeluarkan penisnya yang terlihat masih tetap tegang. Dengan kasar, dia pun mengatur posisi untuk menyetubuhiku. Dibukanya kedua pahaku lebar-lebar dan dia mengambil posisi tepat di tengah-tengah diantara kedua pahaku. Dia siap  untuk melakukan penetrasi. Dengan sekali percobaan, seluruh batang kejantanannya langsung masuk ke dalam liang vaginaku. Ditusuknya vaginaku dengan tempo pelan untuk menyesuaikan diri.

"Ahhh… kak, ahhh… yes! Slowly!" akupun mulai mendesah pelan. Kedua tangannya meremas kedua payudaraku dan mulutnya mencupang leherku.Tubuh kami semakin menyatu dan tempo genjotan kak Taufik makin lama semakin cepat.

"Ahhh... kak, ahh... ahh... ahhh..." desahku terputus-putus mengikuti irama tusukan penisnya. Ketika sudah bosan dengan posisi ini, dia mengangkat kakiku yang jenjang ke pundaknya. Tangannya tetap meremas kedua bongkahan payudaraku.

"Niken, ahh... you're ahhh... so ahhh… sexy ahhh..." pujinya sambil terus memompa tubuhku dengan cepat. Aku yang disetubuhinya hanya bisa merem melek keenakan sambil ikut mendesah.

Saat itulah, pas lagi enak-enaknya, tiba-tiba pintu kamar kak Taufik terbuka.

"Surprise!"

Ternyata dua orang teman kak Taufik masuk dan salah satunya ada yang membawa handycam. Akupun langsung berontak dan mencoba melepaskan diri. "Apa-apan ini? Kak, lepaskan aku!!" teriakku. Namun kak Taufik malah semakin cepat memompa tubuhku dan tangannya sudah memegang kedua tanganku.

"Tenang aja, Niken. Kakak cuma mau buat kenang-kenangan kok sebelum kakak lulus." bisiknya.

Akupun sontak kaget dan langsung melototkan mataku ke arah kak Taufik. ”Kakak gila!” umpatku.

"Sst... gak usah kaya gitu. Kakak tau kok kamu juga lagi horny kan?" tuduhnya.

Ya, aku akui itu. Bahkan, bukannya berusaha kabur, aku malah pasrah dengan apa yang akan terjadi. Dan yang lebih aneh lagi, tubuhku terasa semakin horny, mungkin karena pengaruh minuman yang dikasih kak Taufik.

Melihat keadaanku yang hanya pasrah di bawah tubuh kak Taufik, teman-temannya yang memegang handycam mendekatiku dan segera merekam aksi persetubuhanku dengan kak Taufik. "Gila, Fik. Seru juga nih ya. Ini kan adek kelas yang diincar semua lelaki di sekolah kita? Kok lo bisa sih?" ucap temannya yang memegang handycam.

Kak Taufik tidak menjawabnya, dia terus fokus memompa tubuhku. Sementara teman yang satunya sudah mulai melucuti pakaiannya sendiri. Terlihat badannya yang kekar dan penisnya yang ukurannya hampir sama dengan punya kak Taufik menegang sempurna. Tanpa pikir panjang, dia langsung menghampiriku dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

Mula-mula aku menolaknya. Aku kunci mulutku agar penisnya tidak masuk. Namun kak Taufik mencubit putingku sehingga dengan refleks akupun berteriak. "Auww!!!" Dengan cepat penis tersebut didorong ke dalam mulutku. Dan saat sudah masuk, kepalaku ditahan olehnya. Dia lalu memaju mundurkan pinggulnya sehingga penisnya seperti menyetubuhi mulutku. Aku yang sudah pasrah terpaksa harus menikmatinya. Kumainkan lidahku melingkari kepala penis tersebut dan kadang kujilati lubang kencingnya.

"Ahh… you become little slut now!" kata teman kak Taufik keenakan sambil matanya merem-melek memandangiku. Sedangkan temannya yang sedang merekam adegan panas ini juga sudah telanjang bulat dan mengocok penisnya sendiri.

Kak Taufik dan temannya tiba-tiba mengentikan gerakannya. Lalu kak Taufik melepaskan penisnya dan membantuku bangun. Sekarang dia pindah ke belakang, sedangkan temannya yang penisnya tadi kukulum, pindah ke depan dan mengambil posisi tiduran. Aku mengerti apa yang diinginkan oleh mereka. Dengan perlahan, aku menaiki tubuh teman kak Taufik dan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Blessss!!!

Masuklah benda coklat panjang itu dengan sekali hentakan. Vaginaku rasanya begitu nyeri dan penuh. Tanganku segera bertumpu pada dadanya yang bidang saat aku mulai menggoyangkan tubuhku.

"Ahh... ahhhh... ahhh... ahhh..." aku mendesah, semakin lama gerakanku menjadi semakin liar. Aku seperti coboy yang lagi mengendarai kuda. Bedanya, yang ini kudanya adalah manusia dan aku bertumpu pada penisnya. Teman kak Taufik memelukku sehingga kini dada kami saling menyatu. Aku cium bibirnya dan dibalas dengan lidahnya yang memasuki rongga mulutku.

Tiba-tiba kurasakan benda tumpul menggesek lubang anusku. Aku berusaha menoleh ke belakang, namun kepalaku tetap ditahan agar ciuman kami tidak terlepas. Kurasakan benda itu mulai memasuki anusku secara perlahan. Sangat perih karena ini untuk yang pertama kalinya. Setelah ciuman kami terlepas, barukah aku tahu ternyata kak Taufik lah yang sedang berusaha memperawani lubang Anusku. Belum sempat aku memohon agar dia tidak melanjutkan, kak Taufik dengan sekali hentakan yang kencang menusukkan penisnya. Dia berhasil menerobos lubang anusku!!!

"Ngghhhhhh...!!" akupun menjerit menahan sakit, mulutku membuka membentuk huruf O.

Namun belum selesai penderitaanku, tiba-tiba sebuah penis sudah memasuki lubang mulutku, memaksaku untuk diam. "Mhhhhmpph!!!"

Ternyata teman kak Taufik yang memegang handycam yang melakukannya. Ia mengarahkan handycam-nya tepat ke wajahku. Di-zoom nya wajahku yang sedang kepayahan mengulum penisnya sambil merintih keenakan. Aku yang sudah terbawa nafsu, menatap handycam tersebut dengan wajah yang sayu. Oh tidak, inikah yang dinamakan gangbang? Sangat menyiksa namun begitu nikmat.

Mereka bertiga terus melakukan aktifitasnya. Tangan mereka pun bekerja semua. Ada yang meremas payudaraku, memukul pantatku dan memegang kepalaku. Tiba-tiba penis yang ada di mulutku kurasakan semakin membesar, mungkin akan mengeluarkan spermanya. Segera kulakukan deepthroat agar penis tersebut segera menyemburkan isinya. Namun teman kak Taufik menarik penis tersebut keluar. Diambilnya tanganku dan disuruhnya aku untuk mengocoknya. Aku pun melakukannya menghadap ke mukaku sambil kutoleh handycam dan mendesah, "Ohhh... yess, a little harder, guys! Ahh... little harder!" aku merintih kesetanan.

"Ahh… come on, faster! Ahh... kocok yang cepet! Aahhh..." pinta teman kak Taufik yang hampir menjelang orgasme. Lalu... Crooot! Crooot! Crooot! keluarlah semua isi penis tersebut, mengenai tepat di wajah serta rambutku. Aku pun terus mengocoknya sampai penis tersebut mengkerut kecil. Lalu kumasukkan lagi ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa sperma yang masih ada. Aku sudah sangat terbawa oleh nafsu dan tidak menggunakan akal sehat lagi.

Setelah itu teman kak Taufik pun mundur dan melanjutkan merekam persetubuhan dua pria dengan satu wanita. Aku yang dihimpit dua pria serta dua penis yang menusuk lubang kemaluan dan anusku, hanya bisa mendesah keenakan. Rasa perih, geli, dan nikmat bercampur menjadi satu. Setelah cukup lama, tiba-tiba kurasakan vaginaku berdenyut.

"Ahhh… come on ahh… aku udah gak kuat lagi, kak!" aku meracau seperti kesetanan. "Ahhhh… kak, I'm cuming! I'm cuming! Ahh… yess ahh… fuck! Ahhhh…" akupun orgasme untuk pertama kalinya. Tubuhku langsung lemas dan mereka juga berhenti menggoyangkan pinggulnya.

Tapi belum sempat aku beristirahat, tiba-tiba teman kak Taufik mengambil posisi di belakangku dan kak Taufik pindah ke depan. Teman kak Taufik mengambil posisi duduk dan menarik tubuhku untuk dipangkunya. Penisnya yang besar mencoba menerobos anusku lagi. Mungkin karena sudah diperawani oleh kak Taufik jadi tidak terasa terlalu perih.

"Nggghhhh!!" kami berdua melenguh saat penis dan anus kami menyatu. Dia langsung menidurkan dirinya dan diriku sehingga aku sekarang telentang di atas tubuhnya, dengan penisnya ada di dalam anusku.

Kak Taufik membuka lebar pahaku dan memasukan penisnya ke dalam vaginaku. Dengan sekali hentakan, ambles lah seluruh batang kemaluannya ke dalam vaginaku. Oh, God! Aku akan di gangbang lagi. Kedua pria tersebut menggerakan pinggulnya masing-masing. Aku hanya bisa mendesah dengan muka pasrah dan penuh sperma. Aku tatap kamera sambil menggigit bibir bawahku agar terlihat lebih menggoda.

"Ahhh... yes, ahh... fuck me harder!" aku meracau tidak jelas karena kedua penis tersebut terus menggali kedua lubangku. Tiba-tiba kak Taufik semakin mempercepat kocokannya dan kurasa dia akan segera keluar.

"Ahhh... ahhh... kakak mau keluar!" Dia terus memompa tubuhnya semakin cepat.

Akupun juga merasa akan orgasme. Kurasakan penis kak Taufik semakin membengkak dan dinding-dinding vaginaku juga mulai berdenyut kencang. "Aaahhhhhhhhhh... ahh... ahhhhhh!!" desahku panjang tanda orgasme. Kak Taufik juga keluar dan menumpahkan spermanya ke liang vaginaku. Temannya yang sedang memompa anusku pun berhenti untuk membiarkan aku untuk merasakan detik-detik orgasme yang aku alami.

Cairan kental keluar dari liang vaginaku. Air mani kak Taufik dan cairan orgasmeku meleleh bersatu keluar bagaikan sungai karena begitu banyaknya. Kak Taufik yang sudah orgasme melepaskan penisnya dan mendekatkan kembali ke wajahku. Aku langsung saja memegang batang yang sudah loyo itu dan memasukkannya ke dalam mulutku untuk membersihkan sisa-sisa spermanya yang masih ada.

Setelah sedikit istirahat, teman kak Taufik yang penisnya masih berada di anusku mulai menggerakkan pinggulnya kembali. Namun aku sudah sangat lelah hingga aku memohon untuk berhenti. "Kak, aku sudah capek. Nanti lagi ya?" pintaku dengan suara lirih.

"Tanggung, kakak juga udah mau keluar nih. Lanjutin aja dulu bentar. Sekarang kamu ganti posisi ya," sahutnya.

Aku yang sudah sangat lelah langsung berinisiatif berdiri dan membalikkan tubuhku menghadap dirinya. Dia tetap tiduran. Aku mulai menurunkan pinggulku menuju penisnya. "Nghhhhhhh!!!" Dengan mudah penisnya masuk ke lubang vaginaku. Akupun langsung menaik-turunkan tubuhku dengan cepat agar dia cepat orgasme dan mengakhiri ini semua.

"Ahhh... yes, ahhh... yess!" erangku yang sudah kesetanan. Kedua tanganku meremas kedua payudaraku sendiri untuk menambahkan nikmat yang tiada tara ini.

"Iya, ahh... begitu, ahh... Niken, ahhh... terus, ahhhh..." dia memerintahku untuk terus memompa diriku sendiri.

"Ahhh... kak, ahhh... do you like it, baby?" aku menggodanya tanpa menurunkan tempo. Tubuhku terus bergoyang naik turun menikmati persetubuhan yang sangat melelahkan ini. Vaginaku mulai berdenyut lagi. Kurasa aku hampir orgasme untuk yang kedua kalinya.

"Ngghhhh... kak, aku ahhh... mau keluar!" jeritku.

"Iya, terus goyangin badan kamu!"

"Aku keluarrrr... agghhhhhhh!!!"

"Kakak juga, ahhhhhhhhh..."

Kamipun orgasme secara bersamaan. Dia melepaskan seluruh spermanya ke dalam vaginaku sehingga ketika aku berdiri untuk melepaskan penisnya, spermanya yang bercampur dengan cairan vaginaku menetes melalui pangkal pahaku.

Setelah kurang lebih tiga jam aku disetubuhi, akupun mandi di rumah kak Taufik untuk menghilangkan bau sperma dan keringat kakak kelas yang ada di tubuhku. Setelah selesai mandi, aku pun meminta kak Taufik untuk memenuhi janjinya untuk tidak menyebarkan video tersebut. Ya, untuk terakhir kalinya aku melakukan hal ini dengan kak Taufik karena ia sudah lulus dan melanjutkan kuliah di luar negeri, sedangkan aku masih harus dua tahun lagi untuk meluluskan sekolah SMA-ku ini.