Cari di sini, Bos

Sabtu, 14 Mei 2011

Novi, Anak Baik

Novi
Novi
Aku sangat bosan di rumah karena tidak ada yang bisa kulakukan di rumah.
“hadoh, bt gue di rumah…ngapain ya yang enak?”, kataku bicara sendiri.
“gue telpon temen gue ah”, lalu aku mengambil hpku dan menelpon temanku.
Aku menunggu telponku diangkat, tapi tak diangkat-angkat oleh temanku itu. Berkali-kali aku mencoba menelpon temanku, tapi tetap tak diangkat, aku mengirim sms juga tak dibalas.
“ah,,kalo gitu gue langsung ke rumah dia aja deh,,”. aku mengganti baju rumahku dengan baju yang biasa kupakai untuk bepergian.
“Mah, mau pergi ke rumah temen dulu!”, teriakku karena ibuku sedang mandi.
“oh iya,,ati-ati ya,,”, balas ibuku.
Aku hanya pamit ke ibuku karena tentu saja ayahku sedang bekerja dan kakakku juga sedang kuliah. Aku keluar dari rumah dan mendekati ojek untuk mengantarkanku ke alamat rumah temanku. Setelah sudah deal, aku naik ke atas motor.
“neng…kok gak pegangan abang? nanti jatoh lho”.
“nggak ah”.
Aku tidak mau berpegangan ke tukang ojek itu karena aku takut jika tukang ojek itu ngerem mendadak, payudaraku yang berukuran 36 B bisa menempel ke punggungnya. Aku tidak mau itu terjadi lagi, aku berpegangan ke motor. Setelah sampai, aku membayar ongkos ke tukang ojek. Tukang ojek itu berusaha menggodaku, aku jadi illfeel dan langsung meninggalkan tukang ojek itu. Aku mengetuk pintu rumah dan memanggil nama temanku berulang kali, tapi tetap tak ada jawaban. Ketika aku berencana pulang, aku mendengar suara yang pelan. Aku menjadi penasaran dan ketika aku mencoba membuka pintu rumah temanku ternyata tidak terkunci sehingga aku bisa masuk ke dalam rumah temanku. Aku terus mendengarkan suara yang pelan sambil mencari sumber suara itu. Akhirnya, aku menemukan sumber suara itu dari dalam kamar temanku, aku menempelkan kupingku ke pintu kamar.
“oohh,,mmmhhh,,aahhh,,terusshh,,”, aku bisa mendengar suara itu sangat jelas sekarang. Suara itu ternyata adalah desahan dan aku bisa mengenali desahan itu adalah desahan temanku karena aku sangat hafal suara temanku. Aku masuk ke dalam kamar karena tidak terkunci dan melihat temanku dan seorang cowok sedang bersetubuh dengan sangat bersemangat.
“Maya”, kataku.
Mereka berdua sempat terhenti dan melihat ke arahku.
“oh Novi, gue kirahh siapahh”, kata Maya dengan nafas terengah-engah.
“neng Novi bikin kaget aja,,”.
“udahh…lanjuthh pak!”, pinta Maya ke orang yang penisnya sedang tertanam di dalam vaginanya sehingga orang itu melanjutkan memompa penisnya keluar masuk
Aku duduk di sofa yang tepat menghadap ke ranjang jadi, aku bisa melihat pemandangan Maya yang sedang keenakan. Setelah melihat dengan seksama aku bisa mengenali lelaki yang sedang asyik menggenjot penisnya ke vagina Maya. Lelaki itu bernama pak Joko, dia adalah ketua RT di komplek perumahan Maya. Pak Joko sudah berumur 47 tahun, seperti kebanyakan bapak-bapak perutnya gendut, rambutnya sudah botak, ditambah lagi mukanya jelek, tapi semenjak Maya diperkosa olehnya, Maya malah ketagihan karena pak Joko punya penis yang besar dan dia juga punya stamina yang bisa membuat gadis muda kewalahan. Melihat Maya dan pak Joko yang terlihat sangat menikmati permainan mereka, aku jadi bergairah sehingga tanpa sadar aku menutup mata dan mulai meremas-remas payudara kananku yang masih tertutup bh dan bajuku.
“ookkhh!!”, erang pak Joko.
Spontan aku membuka mata, aku melihat pak Joko sedang diam dan tubuhnya menegang yang menandakan kalau dia sedang menanam benihnya ke dalam rahim Maya sementara aku tetap meremas-remas payudaraku. 2 menit kemudian, pak Joko mencabut penisnya dari vagina Maya dan melihat aku yang sedang dalam keadaan benar-benar terangsang akibat melihat mereka berdua menyatu dalam hawa nafsu. Pak Joko tidak berkata apa-apa, malah dia mencium dan melumat habis bibir Maya. 2 menit kemudian pak Joko melepas cumbuannya dan membisikkan sesuatu ke Maya sehingga Maya langsung melihat ke arahku dan tersenyum.
Maya
Maya
“Nov…lo mau juga??”.
“ah ng…ng…nggak”, aku menghentikan aktivitasku karena malu dan aku jadi salah tingkah.
“ah lo Nov, udah biasa ama pak Joko pake malu-malu segala”.
“tau neng Novi, udah biasa ama bapak juga,,”.
“ya udah Nov,,gantiin gue dong,,”.
“tapi…”, kataku.
“tenang aja,,tadi gue ama pak Joko udah 3 ronde,,”.
“oh,,pantes aja,,tadi gue telpon gak lo angkat,,”.
“iya,,hehe,,”.
“gue gantiin lo? emang lo mau ngapain?”, tanyaku.
“gue ada urusan bentar,,gantiin gue makanya,,kasian pak Joko lagian tinggal 1 ronde terakhir,,”.
“iya deh,,”, jawabku tidak keberatan karena pak Joko hanya mampu 4 ronde, tapi setiap rondenya bisa berlangsung 30 menit lebih. Maya bangkit dari tempat tidur dan mulai memakai bajunya.
“May,,lo gak mandi ‘n bersihin vagina lo?”, tanyaku.
“ah,,gak usah,,pake minyak wangi juga cukup,,”.
“terus vagina lo?”.
“gak apa-apa, kan pejunya pak Joko gak apa-apa”.
“oh iya ya”, aku baru teringat kalau pak Joko tidak bisa membuat cewek hamil karena dia sudah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan positif mandul sehingga aku tidak khawatir pak Joko bisa membuatku hamil.
“ayo neng Novi,,sini,,”.
“pak Joko udah gak sabar ya?”, aku meledeknya.
“iya,,udah lama gak ketemu nih,,”.
“woo,,dasar!!”
Pak Joko
Pak Joko

“Dah,,pak Joko,,maen ama Novinya jangan kasar,,kasihan Novi,,”.
“iya Maya sayang,,ati-ati ya,,”, balas pak Joko.
Maya keluar dari kamar meninggalkanku dengan pak Joko.
“neng Novi,,buka bajunya dong,,bapak udah kangen pengen ngeliat body neng Novi,,hehe,,”.
“iya,,iya,,sabar dong pak,,”. Aku mulai membuka pakaianku dengan pak Joko berada di hadapanku yang melihat setiap gerakanku tanpa berkedip sekali pun. Dalam sekejap, aku sudah telanjang di hadapan pak Joko.
“nah,,gitu dong,,bapak kan jadi bisa ngeliat toket neng Novi yang mancung banget,,”.
“ah,,pak Joko bisa aja,,”.
Aku mendekati pak Joko yang sudah menungguku di atas ranjang dengan penisnya yang sudah berdiri tegak lagi.
“ayo neng…mulai yuk!!” Pak Joko mendekat kearahku yang duduk di depannya.
Dia mendorongku hingga aku tidur terlentang. Pak Joko mendekat, dia mencium bibirku, dia lumat bibirku dan kadang dia berhenti sehingga aku bisa membalas melumat bibirnya. Pak Joko sangat bernafsu melumat bibirku hingga aku agak kesulitan bernafas lalu ia menggunakan lidahnya untuk mencari lidahku. Ketika lidahku dan lidahnya bertemu, kami saling membelitkan lidah sehingga kami saling bertukar air liur. Kami berciuman seperti sepasang kekasih yang lama tidak bertemu, begitu panas dan sangat bergairah. Pak Joko melepaskan cumbuannya sehingga air liur kami yang menjadi satu bisa terlihat.
“bibir neng Novi emang manis banget, tapi bibir neng Maya lebih manis,,hehe,,”.
“heemmm…tau deh, yang sering ciuman ama Maya”, balasku.
“iya dong,,neng Novi,,bapak lanjutin ya,,”.
“silakan,,”.
Pak Joko kini memusatkan pandangan matanya ke arah payudaraku.
“neng Novi, toketnya kok mancung banget sih?”.
“ya mana Novi tau, dari sananya pak,,”.
“emang ukuran neng Novi berapa sih?”.
“36 B”.
“wuih…36 B, pantes mancung banget”.
“emang kenapa si pak?”.
“nggak kenapa-kenapa,,bapak cuma jadi gemes aja,,”.
“yee, pak Joko bisa aja nih”.
Pak Joko langsung memegang dan memencet payudaraku sehingga kedua putingku semakin mencuat ke atas, tanpa disuruh lagi dia langsung mengulum puting kiriku dan memencet serta memilin puting kananku.
“oouummhh,,”, desahku sangat pelan.
Aku tak tau harus berbuat apa dengan kedua tanganku jadi, aku menggunakan kedua tanganku untuk mengelus-elus kepala pak Joko yang sedang asik mengeksplorasi setiap senti dari kedua buah payudaraku yang putih, kenyal, besar, dan mancung. Setelah payudaraku sudah terbaluri air liurnya, pak Joko langsung membuka kedua kakiku lebar-lebar karena dia ingin menjilati vaginaku. Aku membantunya dengan melebarkan kakiku sendiri sehingga pak Joko bisa melihat vaginaku.
“wew,,memek neng Novi warnanya bagus,,”.
“ha? maksudnya?”.
“iya, warnanya merah menggoda gitu”.
“haha…bisa aja nih pak Joko, Novi jadi malu nih”.
“hehe…ya udah, bapak jilat ya!”.
Spontan, aku tersentak kaget ketika pertama kali lidah pak Joko menyentuh bibir luar vaginaku yang masih tertutup rapat.
“mmmhhh…terusshh!”, erangku keenakan.
Aku merapatkan kedua kakiku ketika pak Joko mulai menjilati rongga dalam vaginaku karena terasa begitu nikmat hingga badanku terasa ringan dan melayang-layang di langit. Tentu saja, kepala pak Joko terhimpit di antara kedua paha putihku, tapi pak Joko terus melanjutkan aktivitasnya sementara aku menggunakan tangan kiriku untuk meremas-remas kedua buah payudaraku secara bergantian dan kugunakan tangan kananku untuk memainkan klitorisku jika pak Joko sedang tidak menyentil-nyentil klitorisku dengan lidahnya. 5 menit penuh kenikmatan, akhirnya aku merasakan kejutan gelombang listrik mengalir di sekujur tubuhku sehingga tubuhku mengejang yang menandakan aku mencapai klimaks.
“ssrruupp!!!”, bunyi seruput terdengar begitu jelas ketika pak Joko menyeruput habis cairan vaginaku.
Setelah selesai, ia menepuk-nepuk pahaku agar aku melepaskan himpitanku.
“enak banget,manis”, komentar pak Joko setelah aku merenggangkan kakiku.
“makasih pak”.
“sekarang maen jilat-jilatan yuk,,”.
“ayo, siapa takut”, jawabku.
Pak Joko tidur terlentang dan aku menaiki tubuhnya dengan posisi terbalik sehingga vaginaku berada di depan wajahnya dan penisnya berada di depan wajahku. Aku mulai dengan mengemut-emut kepala penis pak Joko yang membuat tubuhnya sedikit bergetar mungkin karena geli, ngilu, dan enak campur menjadi satu. Lalu aku menjilati batangnya dari bawah ke atas 3x kemudian aku menjilatinya dari atas ke bawah 3x juga. Aku memandikan penis pak Joko hingga benar-benar basah oleh air liurku sementara aku sendiri sudah 2x orgasme karena sudah lebih dari 10 menit. Setelah itu, aku langsung bangkit dan memposisikan vaginaku tepat berada di atas penis pak Joko. Aku menurunkan tubuhku hingga penis pak Joko menjadi penghuni vaginaku. Aku mulai mengangkat dan menurunkan tubuhku agar penis pak Joko bisa keluar masuk vaginaku, selama menggerakkan tubuhku sendiri, aku membiarkan pak Joko mengendalikan tubuhku dengan memegang payudaraku. Lama juga kami bersetubuh dengan posisi ini, pak Joko mengajakku berganti posisi. Pak Joko menggenjot vaginaku dari belakang dengan aku berpegangan pada kursi.
“aahh…aahh…aahh!!”, desahku.
Tiba-tiba pak Joko menarikku turun dari bangku lalu menarik kedua tanganku ke belakang. Dia menyuruhku berjalan sehingga kami berjalan pelan mengelilingi kamar dengan penis pak Joko terus tertancap di dalam vaginaku, bahkan kadang-kadang berhenti karena pak Joko menyodokkan penisnya kuat-kuat ke dalam vaginaku yang membuatku mengerang kencang. Lalu pak Joko mendorong tubuhku hingga tubuhku menempel di dinding tepat di sebelah pintu masuk kamar Maya.
Pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku dan memasukkannya ke dalam anusku, tentu saja penis pak Joko masuk dengan mudah karena sudah berlumuran cairan vaginaku yang aku keluarkan dari beberapa orgasmeku. Sambil terus memompa penisnya, pak Joko menjilati kuping kiri dan kananku secara bergantian, kadang-kadang aku juga menolehkan kepalaku ke kiri atau ke kanan agar pak Joko bisa berperang lidah di dalam mulutku. Tiba-tiba pintu yang ada di samping kami terbuka dan Maya langsung masuk.
“Ya ampun, pak Joko belom selesai ama Novi?”.
Pak Joko menarikku menjauh dari tembok sehingga tubuhku tidak menempel lagi di tembok, lalu ia menghadap ke Maya sambil menggerakkan kedua tangannya meremas-remas kedua buah payudaraku, tangan pak Joko jadi seperti bh yang menampung kedua buah payudaraku. Dan karena pak Joko menghadap ke Maya, tentu saja aku dan Maya saling bertatapan muka.
“belum Maya sayang, abisnya memeknya neng Novi seret ‘n sempit banget, sayang kalo buru-buru”.
“oh,,yau da deh,,Maya nonton aja deh,,”.
Maya duduk di kursi sementara aku dan pak Joko kembali ke ranjang. Aku tidur terlentang membuka vaginaku untuk menerima penis pak Joko lagi. Pak Joko mendorong kakiku ke depan sehingga kakiku berada di samping kepalaku lalu dia mencoblos vaginaku. Kali ini, penis pak Joko terasa lebih masuk ke dalam vaginaku. Tidak beberapa lama kemudian, pak Joko menekan penisnya dengan sangat kuat ke dalam vaginaku dan akhirnya dia menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Sambil menunggu selesai, pak Joko menjilati seluruh wajahku hingga basah oleh air liurnya. Setelah isi penis pak Joko sudah disedot oleh vaginaku dan penis pak Joko juga sudah mulai menyusut, pak Joko mencabut penisnya dari vaginaku lalu dia duduk di depanku.
“gila,,neng Novi,,makasih,,bapak puas banget,,”.
“sama-sama pak,,”, kataku masih agak lemah.
“udah pak?”, tanya Maya.
“udah Maya sayang, bapak udah gak kuat”.
“ya udah, pak Joko pulang ya, soalnya Maya sama Novi mau jalan-jalan,,”, balas Maya.
“oke,,”.
Pak Joko memakai bajunya sementara Maya mendekatiku yang masih terbaring di atas ranjang.
“capek ya Nov??”.
“iya,,capek banget,,”.
“gimana kalo 3 ronde kayak gue,,bisa pingsan deh lo Nov,,”.
“iyaa,,lo kan udah biasa ama pak Joko,,gue sama ini kan baru 4x,,”.
“oh iya ya,,gue lupa,,”.
“bapak beruntung banget ya,,”, sela pak Joko ikut berbicara setelah memakai bajunya.
“kenapa pak?”, tanya Maya.
“iya,,bapak gak nyangka,,bisa gituan sama 2 gadis cantik, sexy, ‘n baek kayak Maya sayang ama neng Novi,,”.
“aah,,pak Joko bisa aja,,”, kataku.
“tau nih, si bapak nge gombal aja, udah sana pulang!”, kata Maya sambil mendorong pak Joko ke pintu kamar.
“iya, iya, tapi besok lagi ya”.
“iya, tapi besok ama Maya aja, Novi gak bisa”.
“yah, gak apa-apa deh, ma Maya sayang juga enak, hehe…”.
“woo dasar!!”, kata Maya.
Setelah mengantar pak Joko ke luar rumah, Maya kembali ke kamar.
“Nov…mandi yuk!!”.
“ayuuk!”. Maya langsung membuka bajunya sehingga kini kami berdua tanpa busana.
Kami langsung masuk ke kamar dan aku mulai mengeksplorasi tubuh Maya begitu juga sebaliknya khususnya daerah vagina karena kami ingin membersihkan vagina kami dari sisa-sisa sperma pak Joko. Setelah selesai, aku dan Maya keluar dari kamar mandi dengan tubuh yang sudah bersih dan wangi kembali lalu kami memakai baju kami masing-masing hingga rapih.
“jalan-jalan ke mana nih May?”.
“kemana aja yang penting asyik”.
“oke,,”.
Kami menghabiskan waktu siang hingga malam dengan berjalan-jalan ke banyak tempat.
“Nov, gue pulang duluan ya!”, kata Maya sambil naik taksi.
“o ya udah,,ati-ati ya May, daah!”.
“daah,,”. Maya masuk ke dalam taxi dan meninggalkanku.
“hadohh,,lama banget nih,,”. tiba-tiba ada taksi yang berhenti di depanku dan penumpangnya membuka kaca.
“Novi,,”.
“eh Hendrik,,”.
“ngapain Nov,,malem-malem?”.
“tadi abis jalan-jalan ama Maya,,’n sekarang lagi nunggu taksi,,”.
“oh, kalo gitu bareng gue aja”.
“ah, nggak usah, tar ngerepotin”.
“gak apa-apa, lagian lama kalo nunggu taksi,,”.
“bener gak apa-apa?”.
“bener”.
“makasih ya Ndrik,,”.
“yo…santai aje”
Aku masuk ke dalam taxi dan mengobrol dengan Hendrik sampai aku lupa memberi taukan alamat rumahku. Selain itu, aku juga tertidur karena aku sangat kelelahan gara-gara seharian berjalan-jalan dengan Maya sehingga aku tidak tau kemana Hendrik membawaku.
Hendrik
Hendrik
Ketika aku membuka mataku, aku sudah berada di dalam ruang tamu, tapi bukan ruang tamu rumahku.
“hhooamm, di mane nih gue?”, kataku sambil menguap. Hendrik muncul dengan membawa minuman.
“Nov, minum nih!”.
“makasih, tapi gue dimana?”.
“ni rumah gue,,sori banget gue bawa lo ke rumah gue,,soalnya gue gak tau alamat rumah lo,,”.
“oh iya,,gak apa-apa,,salah gue juga,,kalo gitu gue pulang dulu ya,,”.
“tapi Nov, liat udah jam 11 malem”.
“oh iya…hadoh kalo gitu gue nginep semalem boleh gak?”.
“boleh,,boleh”.
“tapi ortu lo?”.
“lagi gak ada,,”.
“oh, eh Ndrik…gue mau nelpon ibu gue dulu ya,,”.
“kalo mau pake telpon rumah gue, pake aja”.
“thanks banget ya Ndrik”.
“seph,,”.
Aku meminta izin ke orang tuaku dan bilang kalau aku menginap di rumah Maya. Untungnya, orang tuaku percaya dan mengizinkanku untuk menginap. Hendrik dan aku mengobrol sambil minum hingga jam 12 malam. Tak sengaja, aku melihat ke arah selangkangan Hendrik sehingga aku bisa melihat penis Hendrik yang cukup besar tercetak di celana jeansnya, entah kenapa membuat darah yang mengalir di dalam tubuhku menjadi panas dan membuatku penasaran ingin melihat penis Hendrik secara langsung. Tapi, tentu saja aku tidak berani meminta langsung karena aku malu. Rupanya, aku dan Hendrik sama-sama penasaran karena aku sempat melihat dia mencuri-curi pandang ke payudaraku. Tiba-tiba dia bertanya sesuatu yang mengagetkan.
“Nov, lo udah pernah gituan?”.
“he? tiba-tiba kok nanya kayak gitu,,”.
“gak…maap…maap”.
“gak apa-apa, gue udah pernah, kenapa emang?”.
“ha? gue kira lo belum pernah”.
“ya gitu deh, emang kenapa sih??”.
“gak, dari dulu gue penasaran pengen liat toket lo, boleh gak?”.
“ha? mau liat toket gue?”.
“kalo gak boleh juga gak apa-apa kok,,maap ya Nov,,”.
“emm…boleh…asal gue boleh ngeliat punya lo?”.
“ha? deal”.
“gitu baru adil,,”.
“gak nyangka,,ternyata lo cewek agresif ya Nov”.
“iya dong”.
“sekarang gue buka baju lo ye,,”.
“silakan!”.
Aku dan Hendrik saling bertatapan mata lalu dia mulai membuka kaosku. Untuk memudahkannya, aku mengangkat kedua tanganku ke atas. Tinggal bhku saja yang menutupi kedua buah payudaraku.
“kulit lo mulus amat Nov,,”.
“bisa aja lo Ndrik,,”.
“sekarang gue buka ya bh lo”. Hendrik meraih pengait bhku yang ada di belakangku. Setelah bhku terlepas, payudaraku terbebas dari bh.
“wuih Nov! toket lo emang mantep banget, mancung banget!”.
“makasih Ndrik, gantian!”.
“oke, oke, tapi lo mau bukain?”.
“enak aja, buka sendiri dong!”.
“hehe,,kirain gitu”. Hendrik membuka baju dan celananya serta celana dalamnya sehingga dia telanjang bulat di depanku.
“kok masih tidur Ndrik??”, tanyaku karena penis Hendrik terlihat masih dalam keadaan tidur.
“ya emang belom bangun”.
“yah, berarti gue gak napsuin dong,,”.
“bukannya gitu Nov, tongkol gue emang gak bangun kalo belom disentuh ama cewek,,”.
“oh…kirain gue gak napsuin,,”.
“siapa bilang, lo napsuin banget kok”.
“makasih, tapi kok lo buka semuanya?”.
“tanggung abisnya, lo juga dong!”.
“iya, iya”, jawabku.
“perlu bantuan gak?”.
“gak usah, gue sendiri aja,,”.
“okeh,,”.
Aku membuka sisa pakaian yang masih menempel di tubuhku yaitu celana jeansku dan celana dalamku, kubuka semuanya hingga tubuhku yang putih mulus terekspos jelas tanpa sehelai benang pun ke Hendrik.
“anjrit,,body lo bagus banget Nov,,”.
“ah bisa aja boongnya lo Ndrik,,body gue kan gak bagus,,”.
“gak bagus apanya,,lo bohay tau,,”.
“ah,,bisa aja,,gue jadi malu,,”.
Tiba-tiba Hendrik langsung berdiri dan memeluk tubuhku, tentu saja wajahku dengan wajah Hendrik saling berdekatan sehingga aku dan Hendrik sama-sama bisa merasakan hembusan nafas. Hendrik mendekatkan wajahnya, dia langsung melumat bibirku sambil memelukku dengan sangat erat. Aku juga memeluk Hendrik sambil membalas melumat bibirnya. Lalu dia mengajakku bermain lidah, aku menyetujuinya dengan membiarkan Hendrik memasukkan lidahnya ke rongga mulutku. Sambil memainkan lidahnya di dalam mulutku, Hendrik menurunkan kedua tangannya yang tadi ada di punggungku turun ke bawah hingga kedua tangannya berada tepat memegangi pantatku. Hendrik meremas-remas pantatku dengan gemasnya sambil sesekali menepuk-nepuk pantatku. Hendrik melepaskan cumbuannya, aku merasa begitu nikmat dicumbu oleh Hendrik.
“gile Nov,,bibir lo kok terasa manis ya?”.
“ah bisa aja,,”.
“iya bener,,lo juga jago nyipok,,”.
“hehe,,”.
“lanjut yuk di kamar gue,,”.
“oke,,”. Kami berdua berjalan masuk ke dalam kamar Hendrik. Hendrik langsung menyuruhku untuk tidur terlentang di atas ranjang, aku menuruti kemauannya dan membuka kakiku selebar-lebarnya untuk Hendrik. Hendrik langsung menempatkan kepalanya di tengah-tengah selangkanganku. Aku merasakan hembusan nafasnya yang hangat membuat sensasi tersendiri. Hendrik memulai serangan lidahnya terhadap vaginaku.
Dia menjilati dari lutut kananku terus menelusuri paha kananku hingga lidahnya menyentuh vaginaku, dia lakukan hal yang sama ke kaki kiriku. Setelah itu, barulah Hendrik menjilati daerah sekitar vaginaku berulang-ulang.
“oouummhh…ouummhh”, desahku ketika dia menyentil-nyentil serta menjilati klitorisku yang sensitif.
Lalu dia memutar-mutarkan lidahnya melingkari bibir luar vaginaku membuatku semakin melayang saja. Hendrik membuka bibir vaginaku kemudian memasukkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke dalam vaginaku, dia menggerakkan 2 jarinya keluar masuk vaginaku membuatku mendesah dan kadang aku megap-megap seperti ikan mas koki. Hendrik menghentikan aktivitasnya, tapi dia menyusupkan lidahnya ke dalam vaginaku sebagai pengganti 2 jarinya. Aku merapatkan kedua kakiku sehingga kepalanya terbenam di antara kedua pahaku. 5 menit kemudian, aku melepaskan orgasme dan cairanku langsung habis diseruput Hendrik hanya dalam beberapa detik saja. Aku meregangkan kedua kakiku agar Hendrik bisa bernafas lagi.
“Nov, cairan lo rasanya manis banget…mantep”.
Aku hanya tersenyum untuk membalasnya karena masih agak lemas sehabis orgasme tadi. Hendrik merayap ke atas tubuhku hingga wajah kami saling bertemu. Ia melumat bibirku sehingga aku bisa merasakan rasa cairanku sendiri yang menempel di bibirnya. Hendrik bangkit dari atas tubuhku dan kini dia yang tidur terlentang. Aku menaruh kepalaku di antara paha Hendrik. Tanpa disuruh, aku menjilati buah zakar Hendrik dulu, setelah itu barulah aku mulai membangunkan penisnya yang masih tertidur. Akhirnya, penis itu terbangun juga dari tidurnya dan mulai membesar di dalam mulutku. Aku gunakan semua teknik oral yang kuketaui dan kupelajari dari Maya dan Nita hingga Hendrik menggeliat-liat tidak tahan merasa kelihaianku memainkan lidahku untuk membaluri seluruh bagian penis Hendrik dengan air liurku tanpa terlewat 1 senti pun.
Aku memasukkan seluruh batang penis Hendrik dari kepalanya hingga pangkalnya ke mulutku. Aku memang menyukai jika penis laki-laki masuk sangat dalam ke mulutku, aku tak tau kenapa. Disaat penis Hendrik berada seluruhnya di dalam mulutku, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam mulutku yang membuatku tersedak, tapi aku menahan sampai-sampai ada air mata keluar dari sela mataku. Setelah selesai, aku mengeluarkan penis Hendrik sedikit demi sedikit dari mulutku dan ketika tinggal kepalanya saja, aku mengemut-emut kepala penisnya sambil menyentil-nyentil lubang kencingnya dengan lidahku. Setelah penis Hendrik sudah seutuhnya keluar dari mulutku, aku langsung menelan sperma Hendrik yang ada di dalam mulutku.
“anjrit Nov! sumpah jago banget lo ngisepin kontol gue”.
“hmm…makasih”, aku tersenyum padahal di dalam hati aku sedikit kecewa karena baru kuoral selama 10 menit saja Hendrik sudah menyemburkan spermanya ke dalam mulutku, tapi aku terus memperhatikan penisnya yang masih tetap berdiri tegak tanpa menyusut sedikit pun.
“Ndrik, kok punya lo gak lemes?”.
“iya dong…bangunnya gak gampang, tidurnya juga gak gampang dong,,”.
“hm?maksudnya?”.
“iya, tadi kan harus disentuh dulu ma lo baru tongkol gue bangun”.
“he eh…terus?”.
“nah kontol gue gak bakal lemes kalo belum 2 jam,,”.
“waw! 2 jam?”.
“iya makanya, kayaknya kita tidur jam setengah 3an deh”.
“gak apa-apa”, kataku merasa sangat gembira karena berpikir aku akan terus menerus disetubuhi Hendrik selama 2 jam ke depan.
“ayo Nov, gue pengen nyobain memek lo!”.
“oke, beres bos Hendrik”.
Aku langsung menaiki tubuh Hendrik dan menuntun penisnya ke lubang vaginaku. Senti demi senti penis Hendrik yang besar memasuki liang vaginaku hingga hilang ditelan vaginaku. Vaginaku terasa penuh sama seperti ketika penis pak Joko memasuki vaginaku. Aku langsung menggerakkan tubuhku ke atas dan ke bawah agar penis Hendrik bergerak keluar masuk vaginaku.
“mmhh,,mmhh,,mmhh,,”, desahku.
“oh,,sempit ‘n seret banget Nooovv,,!!”.
Hendrik tak tahan melihat kedua buah payudaraku yang berguncang-guncang seiring tubuhku yang bergerak naik turun sehingga dia langsung memegang payudaraku dan meremas-remas payudaraku. Malam yang dingin sama sekali tidak terasa karena aku berkeringat dan aku juga sedang larut dalam kenikmatan. Hendrik memegangi tubuhku dan kini, dia yang menggenjot penisnya dengan sangat kuat dan cepat. Tak lama kemudian, Hendrik menyemprotkan spermanya ke dalam vaginaku. Meskipun aku sudah orgasme, entah kenapa aku sangat bersemangat sekali dan meminta Hendrik untuk langsung ronde kedua. Hendrik senang melihatku sangat bersemangat sehingga dia langsung buru-buru mengganti posisinya agar dia bisa mencoblos anusku.
“Nov,,susah banget nih masuknya,,”, kata Hendrik karena dia susah payah mendorong penisnya untuk memasuki lubang anusku.
“langsung teken aja deh,,”.
“tapi kalo ntar lo kesakitan?”.
“udah,,gak apa-apa kok,,”.
“oke deh kalo gitu”.
Dia langsung mendorong penisnya ke dalam anusku sehingga terasa sakit sedikit. Tapi, setelah menunggu sebentar, malah aku yang menggerakkan pantatku mundur ke belakang supaya Hendrik tau kalau aku sudah siap. Hendrik mengerti maksudku, dia langsung memompa penisnya keluar masuk anusku. Aku menutup mataku untuk merasakan nikmatnya penis Hendrik yang keluar masuk anusku. 15 menit kemudian, Hendrik menembakkan spermanya bersamaan denganku yang mengalami orgasme. Tapi, Hendrik terus memompa penisnya meskipun sedang menyemburkan sperma sampai akhirnya penisnya berhenti memuntahkan isinya. Dia terus memompa penisnya hingga dia menyemburkan spemanya lagi ke dalam anusku untuk yang kedua kali. Lalu, dia mencabut penisnya dari anusku dan menyodorkan penisnya ke mulutku.
Aku membuka mulutku dan Hendrik mendorong penisnya masuk ke dalam mulutku hingga masuk seluruhnya. Aku menggerakkan kepalaku maju mundur, aku sama sekali tidak jijik terhadap penis Hendrik yang baru saja menghuni anusku dan kini sedang berada di dalam mulutku mungkin karena aku sedang dalam keadaan BT (Birahi Tinggi). Sperma Hendrik kuminum tak bersisa ketika ia mulai menyemburkan spermanya ke dalam mulutku. Ronde demi ronde kulalui bersama Hendrik, wajah dan kedua buah payudaraku menjadi sasaran tembak bagi Hendrik untuk menembakkan spermanya sehingga wajah serta payudaraku sangat belepotan dengan sperma jadi, aku perlu meratakannya. 2 jam berlalu, badanku terasa begitu capek seperti ingin copot rasanya karena sudah berkali-kali aku orgasme, penis Hendrik pun sudah tak sanggup berdiri tegak jadi, kami memutuskan untuk tidur bersama tanpa busana dan saling berpelukan agar tetap hangat. Dengan mudah, kami berdua tertidur setelah saling melepaskan nafsu setan kami. Kejadian malam itulah yang membuatku dan Hendrik sering melakukannya lagi karena aku sangat ketagihan dengan penisnya dan ia juga sangat ketagihan dengan sempit dan seretnya lubang vagina dan anusku dan juga teknik oralku yang top markotop katanya. Aku benar-benar tidak tahan jika seminggu saja tidak disentuh Hendrik. Aku mencari tau kapan Hendrik ulang tahun dan akhirnya aku mengetahui kapan Hendrik ulang tahun sehingga aku menyiapkan kado yang sangat spesial untuknya. Tapi, aku masih bingung dimana aku akan menaruh kado spesial untuknya. Untungnya, orang tuaku hari itu pergi sehingga aku bisa menyiapkan kado spesial di rumahku. Tiba-tiba Hendrik menelponku.
“Nov, jalan yuk!”.
“kemana?”.
“kemana kek, gue bt di rumah”.
“okeh,”, aku menyanggupinya karena aku sudah menyiapkan kado spesialnya. Kami berdua jalan-jalan dari jam 2 siang sampai 6 sore.
“Ndrik, rumah lo lagi rame?”, tanyaku sambil menunggu taksi.
“iya nih, jadi gak bisa seneng-seneng deh,,”.
“kalo gitu di rumah gue aja”.
“rumah lo lagi kosong?”
“iya”.
“wah, asyik kalo gitu, nah kebetulan,,ada taksi, yok!”, kata Hendrik sambil menyetop taxi. Kami masuk ke dalam taxi dan tidak beberapa lama kami sampai di depan rumahku.
“yuk Ndrik, masuk!”.
“yuk!”.
“ntar di dalem langsung yee,,”.
“oke tuan putri,,”.
Aku menyuruhnya duduk di ruang tamu sementara aku langsung membuka bajuku sendiri hingga tubuh putih mulusku tidak tertutup apapun lagi.
“wah, Nov, kayaknya toket lo makin mantep aja”.
“ha? emang iya ya? mungkin gara-gara sering dipijet ama lo kali?”
“iya juga kali ya”, kata Hendrik sambil mendekat ke arahku yang sudah telanjang bulat.
“eit,,tar dulu”, aku memakaikan celana dalamku ke kepala Hendrik sehingga matanya tertutup.
“ada apa si Nov?”.
“udah, pokonya ikut gue dulu, gak boleh ngintip”.
“iya”. aku memegang tangannya dan menuntun Hendrik ke kamarku.
“nah, sekarang boleh dibuka”.
“okeh,,”, setelah Hendrik membuka celana dalamku yang menutupi matanya, aku langsung bernyanyi.
“happy birthday to you…happy birthday dear Hendrik…happy birthday to you!”,
Hendrik sangat kaget dan tak bisa mengedipkan matanya karena hadiah yang kusiapkan sangat spesial. Hadiah yang tak bisa di duga, mengagetkan, dan aku yakin hadiah ini menyenangkan bagi Hendrik. Hadiahnya terbaring di atas ranjang yaitu Maya. Maya telah menyetujui untuk menjadi hadiah spesial. Hendrik tidak bisa berkedip melihat Maya yang telah dihias. Maya menghias dirinya dengan krim kue sehingga vagina dan kedua buah payudaranya tertutup krim kue.
“nih Hendrik…kue ulang taun lo!”.
“Maya?! Bener nih kue ulang taun gue?”, tanya Hendrik sangat kegirangan.
“iya bener,,gue kue ulang taun lo”, jawab Maya.
“wah…asik!!”. Hendrik langsung menuju Maya yang menjadi kue ulang tahun Hendrik. Hendrik langsung menjilati krim yang ada di kedua buah payudara Maya terlebih dulu hingga krimnya tak bersisa. Hendrik masih menjilati setiap senti payudara Maya hingga payudara 32 C yang montok milik Maya benar-benar bersih dari krim. Lalu Hendrik langsung menjilati vagina Maya yang juga ditutupi krim hingga krimnya bersih dan Maya orgasme sehingga Hendrik bisa meminum cairan vaginanya. Aku yang menyaksikan Hendrik sedang ‘memakan’ Maya menjadi terangsang sendiri sehingga aku meremas-remas payudaraku sendiri dan mengelus-elus vagina dan klitorisku.
“gila…udah kuenya enak,,minumannya juga enak,,”.
“makasih Ndrik, hari ini gue ama Novi milik lo seorang, jadi lo boleh ngapain aja ke kita”, kata Maya.
“wokeh, ini ulang taun yang paling enak yang pernah gue alamin”.
Maya mendorong Hendrik hingga Hendrik tidur terlentang, Maya langsung menjilati penis Hendrik hingga penis itu bangun dari tidurnya. Aku menyaksikan dan mengabadikan dengan video mulai dari Hendrik menyemburkan spermanya ke dalam mulut Maya hingga 2 jam kemudian lubang vagina, anus, mulut, wajah, dan payudara Maya telah belepotan sperma Hendrik.
Aku memang tidak ikut campur sebelum Hendrik selesai melampiaskan nafsunya ke teman baikku itu, setelah Maya menjilati sisa-sisa sperma yang ada di ujung kepala penis Hendrik, barulah aku maju untuk menjilati sperma yang berceceran dimana-mana di atas tubuh Maya. Aku membersihkan tubuh Maya dari sperma Hendrik hingga benar-benar bersih, lalu aku melumat bibir Maya agar kami bisa sama-sama merasakan rasa sperma Hendrik.
“nah Nov, sekarang giliran lo!”, kata Hendrik.
“okeh, siapa takut?”.
Aku melayani Hendrik dan Maya mengabadikannya seperti yang kulakukan tadi. 2 jam kemudian, tubuhku jadi belepotan sperma seperti Maya tadi dan Maya membersihkan tubuhku dengan mulutnya juga. Ronde ketiga aku dan Maya mengeroyok Hendrik sehingga tidak heran kalau penis Hendrik mondar mandir dari mulut, anusku, dan vaginaku ke mulut, anus, dan vagina Maya begitu juga sebaliknya berulang kali hingga 3 lubangku dan 3 lubang Maya belepotan sperma Hendrik. Waktu menunjukkan sudah pukul 3 dini hari. Kami bertiga sudah tidak ada tenaga lagi sehingga kami bertiga memutuskan untuk tidur, tapi sebelum tidur kami foto-foto dulu dengan pose kami berdua sedang mencium penis Hendrik dan kadang sedang menjilat kantung buah zakar Hendrik sebagai kenang-kenangan dari ulang tahun Hendrik yang takkan bisa ia lupakan. Sejak saat itu, bukan hanya aku yang ketagihan disetubuhi Hendrik, tapi Maya juga. Kadang kami bertiga main dirumahku dan rumah Hendrik jika sedang sepi, tapi paling sering di rumah Maya. Kalau aku sedang tidak bisa, Maya yang melayani Hendrik, begitu juga sebaliknya. Jika Hendrik sedang tidak bisa, aku dan Maya ke rumah pak Joko yang selalu sepi dan jika Hendrik maupun pak Joko sedang sibuk, aku dan Maya saling memuaskan diri kami berdua. Pernah rumah kami bertiga tidak kosong sehingga aku dan Maya disetubuhi di rumah pak Joko oleh Hendrik dan tentu saja oleh pak Joko juga. Pak Joko benar-benar ketagihan dengan servis kami berdua sehingga dia mengadakan pesta bersama teman-teman sekantornya yang cowok semua dengan aku dan Maya sebagai hiburan utamanya. Kami berdua lah yang membuat pak Joko sukses dalam setiap proyeknya karena kami membolehkan klien-klien pak Joko untuk menyetubuhi kami. Dan untuk Hendrik, bukan hanya aku dan Maya yang pernah disetubuhi, tapi juga Nita karena kami berdua bercerita ke Nita betapa hebatnya penis Hendrik yang bisa bertahan selama 2 jam.
Jadi, aku, Maya, dan Nita resmi menjadi tempat pemuas nafsu bagi Hendrik bahkan aku, Maya, dan Nita menyebut diri kami Hendrik’s Angels karena kami bertiga merasa ada yang kurang jika satu minggu saja tidak disentuh Hendrik. Aku mengenalkan Nita ke pak Joko sehingga Nita juga sering disetubuhi oleh teman-teman bisnis pak Joko. Teman-teman pak Joko sangat puas dan ketagihan denganku, Maya, atau Nita sehingga sering diadakan pesta seks karena itu juga banyak om-om yang memberi hadiah kepadaku, Maya, atau Nita sebagai balasan. Aku, Maya, dan Nita selalu melayani Hendrik, pak Joko dan teman-temannya dengan senang hati karena kami bertiga menjadi maniak seks. Kami bertiga hanya berharap supaya tidak hamil karena kami belum siap

Sabtu, 07 Mei 2011

Dari Sebuah FD

Santi, begitu nama samaran seorang gadis muda itu. Memiliki pengalaman pertama kali melihat film tentang hubungan seks di usia sekitar 13 tahun. Dan, Andi adalah saudara sepupunya tapi misanan, orang yang pertama kali memperkenalkan film dewasa tersebut secara tidak sengaja kepada Santi.

Waktu itu Andi berniat memberikan file-file berekstensi pdf tentang pelajaran sekolah kepada Santi. Sehingga mereka membutuhkan sebuah FD untuk mentransfer data dari komputer Andi ke komputer milik Santi di rumahnya. Kebetulan kakak Santi membawa sebuah FD, jadi Santi langsung saja meminjam kepada kakaknya.
Singkatnya, begitu Andi men-scanning FD tersebut dengan antivirus di komputernya, terlihat sepintas ada folder yang bernama ‘jangan dibuka’, ditambah lagi tampak dilayar komputer, isi dari folder tersebut terdapat film-film berdurasi pendek yang berbentuk file 3gp. Tentu saja hal tersebut memancing rasa penasaran Andi untuk melihatnya.
Melihat ikon film berjenis 3gp tersebut otomatis membuat Andi langsung berpikiran buruk. Karena biasanya film berjenis file 3gp biasanya adalah film-film dewasa yang tidak pantas dilihat oleh anak yang masih dibawah umur apalagi bagi Santi. Saat ditanya dari mana asal file-file itu, Santi yang berada disamping Andi menjawab tidak tahu menahu. Masih diliputi dengan rasa penasaran, Andi berkeinginan mencoba mengklik salah satu file tersebut setelah men-scan. Santi hanya mengamati apa yang dilakukan Andi di sebelahnya. 
Setelah proses scanning FD selesai, saatnya Andi berniat mengklik folder tersebut meskipun nama folder tersebut ‘jangan dibuka’. Dan ternyata dugaan Andi memang benar. Andi menemukan beberapa ikon file-file film 3gp berdurasi pendek dan berkapasitas kecil.
Begitu Andi mengklik salah satu film 3gp itu, tampaklah adegan film yang belum pernah Santi saksikan sebelumnya. Gadis cilik yang baru menginjak usia remaja itu otomatis tak sengaja ikut menonton suatu adegan dari sepasang aktris yang berlainan jenis kelamin yang sedang asyik bercumbu.
Entah apa yang ada di pikiran Santi ketika mendadak melihat sepasang orang dewasa berjenis kelamin berbeda yang sama-sama telanjang bulat dan asyik bergelut mesra. Yang pasti, gadis itu tampak tertegun saat menonton film dimana semua aktrisnya tidak mengenakan busana sama sekali. Boro-boro menonton film dengan aktris telanjang, melihat film yang ada adegan berciuman di mulut saja dia belum pernah. Maklumlah, Santi adalah anak orang desa yang tinggal jauh dari kota, dia sangat jarang menonton film.
Namun kali ini, si Santi mendapatkan kesempatan langsung menonton sepasang orang dewasa berlainan jenis kelamin itu saling beradu kemesraan di atas ranjang. Dari pengakuannya saat ditanya, Santi tidak pernah melihat seorang laki-laki atau wanita dewasa sedang telanjang bulat di depan matanya apalagi melihat bagaimana rupa kemaluan milik orang laki-laki yang sudah dewasa. Sehingga baru kali pertama ini Santi bisa melihat bagaimana bentuk burung milik seorang laki-laki sekaligus postur tubuh seksi dari wanita yang sudah dewasa.
Andi jadi maklum jika raut muka Santi masih tercengang ketika film tersebut mempertontonkan adegan telanjang dimana kedua matanya dapat menyaksikan langsung bentuk bagian kemaluan milik seorang laki-laki yang masih lemas sedang menjuntai ke bawah. Di sekitar kemaluan lelaki tersebut tampak pula rambutnya yang agak lebat dan berwarna agak coklat. Sesekali pen|s yang masih lemas itu terselip di balik pinggul wanitanya saat kedua insan tersebut memainkan adegan pemanasan. Kepala mereka seakan hendak menjadi satu saat asyik beradu mulut dan kedua mata mereka tampak saling terpejam seakan-akan sedang berusaha menyelami segala kenikmatan yang mereka rasakan. 
Tampak pula, kedua tangan lelakinya tidak ada hanya bergerak mengelus-elus sekujur tubuh wanitanya. Sesekali kedua tangan tersebut juga bergerak mengusap-usap dan meremas-remas lembut di bagian buah dada milik wanitanya. Selangkangan wanita tersebut juga tidak luput dari rabaan. Andi mempercepat adegan film itu karena tidak sabar ingin tahu bagaimana reaksi gadis manis di sebelahnya.
Aksi pada adegannya pun berganti. Santi sepertinya mendadak jadi panas dingin dan duduknya juga semakin tidak begitu tenang. “Iih!”, tiba-tiba gadis cilik itu langsung memalingkan kepalanya ke sekitar ketika film tersebut memperlihatkan adegan burung milik lelaki yang masih lemas itu sedikit demi sedikit mulai masuk ke dalam mulut milik wanitanya untuk diemut..
Andi sesekali mengamati secara tidak langsung bagaimana reaksi Santi. Tampaknya gadis itu mulai digelitik rasa penasarannya meskipun wajahnya masih tetap berekspresi jijik terhadap adegan yang sedang dilihatnya. Bagaimana tidak, persepsi Santi mungkin masih mengatakan bahwa kemaluan itu berfungsi untuk mengeluarkan kotoran atau air kencing. Tapi di dalam adegan tersebut, dia melihat bagaimana sang wanita sangat agresif dan tampak sangat asyik menjilati kemaluan laki-lakinya tanpa merasa jijik sedikit pun. 
Santi kembali dibuat tertegun tapi samar seketika menyaksikan kemaluan milik seorang lelaki itu berubah semakin memanjang dan tegak mengeras di dalam mulut wanitanya, berbeda jauh dengan sebelumnya yang masih lemas. Andi mulai berniat menggoda keponakannya yang manis itu,
“Loh burungnya mulai berdiri tuh San!” 
“Hiiih... iya koq bisa begitu?“ tanggapnya seraya kedua tangannya bergerak menutupi mulutnya.
Santi melihat adanya perubahan bentuk pen|s milik lelaki dewasa yang kini perlahan berubah menjadi menegang keras. Burung itu semakin membesar dan berdiri kaku saat berada di dalam kuluman mulut dan sesekali dijilati dengan lidah. Tampak disekitar kemaluan lelaki itu penuh dengan air liur mulut milik wanitanya. Pemandangan itu tentu saja mengundang hawa panas tidak hanya Andi, sekujur tubuh Santi pun sepertinya jadi mendadak menggigil dan hembusan nafasnya semakin jelas memberat. Andi berulangkali melihat kerongkongan Santi bergerak naik turun. Dia pun demikian.
Santi memalingkan kepalanya lagi, kali ini terlihat mengutak-atik hp kecilnya, entah apa yang diperbuat dengan hp tersebut. Andi berusaha membaca bahasa tubuh Santi. Tampaknya Santi masih agak kikuk atau mungkin mulai terbiasa melihat adegan menjilat kemaluan milik lelaki itu atau bisa juga masih jijik, tidak jelas. Andi kembali mempercepat film tersebut untuk melihat adegan selanjutnya yang tidak kalah panas.
“Wah sekarang gantian titit si wanitanya yang dijilatin” Pancing Andi agar Santi kembali melihat adegan mesum tersebut. Upayanya berhasil, Santi terpancing untuk menyaksikannya.
“Hmmm...” responnya singkat, kali ini tampaknya dia sangat tertarik. Kedua matanya terpaku pada adegan film tersebut.
Santi menjadi merinding kali ini setelah tadinya mendadak panas dingin. Andi sempat menangkap bahasa tubuh Santi sesaat menggeletar samar. Entah lagi-lagi Santi merasa di sekitar kemaluannya mendadak geli dan basah, bahkan mulai terasa seperti kebelet pipis. Posisinya duduknya yang awalnya bersila kini tampak gelisah dan bolak balik berusaha menyesuaikan posisi duduknya agar bisa nyaman. Kedua kakinya bergerak menutup untuk mengurangi kegelisahannya.
Tampak lidah milik lelaki di dalam film tersebut bergerak lincah menjilati seluruh permukaan kemaluan milik wanitanya, bahkan dibantu dengan kedua tangannya untuk membuka guratan vag|nanya agar semakin bebas membuat wanita itu mengerang keenakan. Santi melihat bagaimana lidah lelaki itu bergerak lincah menggeser-geser liang kewanitaan pasangannya, sesekali disertai dengan mulut yang menyedot kuat di bagian klitorisnya.
“Hmmm..” gumamnya Santi lagi.
“Pasti geli banget tuh” kata Andi setengah berbisik.
Santi semakin dibuat gelisah tapi kedua matanya seakan susah untuk dialihkan dari rasa penasarannya yang sudah terlanjur tinggi ketika melihat berbagai aksi di dalam film dewasa yang mesum tersebut. Kedua mata Santi benar-benar terpaku menyaksikan dengan seksama adegan film tersebut. Setelah semua sisi permukaan kemaluan wanita itu dibuat basah dan mengerang puas karena jilatan lidah, Sang lelaki kemudian beranjak melepaskan jilatan lidahnya. Mulutnya kini bergerak menciumi seluruh kulit tubuh pasangannya dengan lembut mulai dari arah kemaluan hingga merambat semakin ke atas. Lelaki itu pun bergerak menggagahi perempuannya yang sudah berposisi telentang dengan kedua kakinya terbuka bebas mengangkang memperlihatkan kemaluannya. Santi mungkin membatin, apa yang hendak dilakukan sang lelaki tersebut?, Andi menduga-duga.
Pertanyaan dari rasa penasarannya seketika itu langsung saja terjawab. Sang lelaki merangkak naik dengan perlahan hingga tepat di atas tubuh wanitanya, kemaluannya yang tampak menegang keras dan besar itu langsung disambut lembut salah satu tangan milik pasangannya. Kemudian, dengan gerakan perlahan, sang lelaki menurunkan pinggulnya sedikit seakan-akan menuruti tangan pasangannya yang mengarahkan pen|snya untuk menempel di vag|nanya yang bebas terbuka. Santi semakin berdebar-debar menyaksikan adegan tersebut. Dia sepertinya tidak ingin kehilangan adegan di mana rasa penasarannya terhadap pen|s milik lelaki itu untuk diapakan oleh sang wanita ketika tangannya tampak menarik pelan batang pen|s tersebut. Perlahan tapi pasti dan seakan tidak percaya dengan apa yang dia lihat saat itu, rasa penasarannya kembali terjawab, pen|s milik lelaki itu dituntun ke arah selangkangan milik wanitanya. 
“Glekh!”
Santi kembali menelan air liurnya sendiri membasahi kerongkongannya yang seakan-akan terus mengering.
aahhh...” terdengar desahan pendek ekspresi nikmat dari mulut wanitanya pada saat bagian ujung pen|s milik lelaki itu mulai menyentuh permukaan vag|na miliknya, kemudian berlanjut dengan lenguhan yang agak panjang, “Ouuuhhh..”. Santi menyaksikan detik demi detik bagaimana pen|s lelaki dewasa itu perlahan bergerak menekan-nekan dan terus mendesak hingga membelesak masuk penuh ke dalam liang di selangkangan milik wanitanya. 
Santi tampaknya terlihat agak terperangah. Dia tidak pernah sedikitpun mengira pada awalnya jika seluruh batang pen|s milik lelaki dewasa yang sangat panjang dan besar itu dapat masuk seluruhnya ke dalam liang vag|na milik wanitanya yang terlihat sempit.
“Iiihhh..” gumam Santi saat melihatnya.
Tampak burung milik lelaki itu kini digunakan untuk mengaduk-aduk dan mengoyak-oyak seluruh liang bagian dalam kewanitaan pasangannya itu.
“Iiihh...” gumamnya lagi ketika Santi melihat adegannya berlanjut dengan aksi gerakan maju mundur pinggul lelakinya yang mulai menggenjoti liang vag|na wanitanya dengan batang pen|snya yang sudah menancap. Gadis yang masih imut itu menyaksikan dengan jelas bagaimana adegan kemaluan lelakinya bergerak keluar masuk di liang vag|na milik pasangannya tanpa henti. Dari aksi tersebut terdengar jelas iringan suara desahan wanitanya yang tengah menikmati genjotan pen|s milik lelaki diatas tubuhnya. Dengan jarak yang sangat dekat antara kamera dan kemaluan kedua insan yang sedang bergelut panas tersebut, Santi bisa melihat jika batang pen|s lelaki itu tampak basah dan sedikit berbusa. 
“Itu apanya Mas?” Tanyanya penasaran pada Andi. 
“oh itu adalah akibat dari cairan pelicin milik kemaluan wanitanya yang keluar dan tergesek-gesek burung cowoknya, seperti orang klo nyuci baju gitu digesek-gesek bisa keluar busanya” Jawabnya setengah asal.
Kemudian, mendadak Andi menyudahi film tersebut tanpa menunggu usainya setelah melihat hasil transfer file-file pelajaran yang dibutuhkan Santi telah selesai. Begitulah asal mula bagaimana Santi kali pertama dalam hidupnya bisa melihat tontonan film dewasa. Malamnya Santi tidur dirumah Andi karena keesokan paginya Andi sudah berjanji mengajak Santi jalan-jalan ke kota.
Andi semalaman masih betah duduk di depan komputernya hingga tiba pada waktu dini hari. Andi tidak menyadari jika Santi ternyata terbangun diam-diam. Mungkin telinganya menangkap suara-suara saat si Andi sedang mengetik atau terganggu akibat suara dari adegan film dewasa yang kembali diputarnya setelah menyelesaikan kerjaannya. Dari atas ranjangnya, Santi diam-diam mengamati apa yang dilakukan Andi dihadapan komputernya. Ketika sedang asyik-asyiknya menonton, si Andi dikejutkan dengan suara Santi. 
“Film apa itu Mas?” tanya Santi setengah berbisik.
“Oh! Anu, ini film seperti tadi malam...” jawabnya setengah terperanjat.
Andi bukannya langsung menutup film tersebut tapi malah membiarkan film tersebut terus berputar dan tentu saja si Santi menjadi ikut menyaksikan dari atas ranjangnya. Kali ini si Andi menonton film dengan aktris dari Rusia. Tampak seorang gadis sedang dicumbu oleh seorang pria paruh baya. Dengan gerakan pelan, gadis itu hendak menduduki pinggul pria paruh baya yang burungnya sudah berdiri ke atas alias siap tempur.



“Burungnya mau ditindih tuh San” Kata Andi pada Santi.

“He ehm” jawab Santi lirih mengiyakan.
Keduanya pun terdiam menyaksikan adegan panas yang sedang berputar. Dengan gerakan lembut sembari mendesah-desah lirih, sang aktris dalam film tersebut berposisi jongkok dan berusaha memasukkan batang kemaluan prianya ke dalam liang vag|nanya. Santi bisa melihat dengan jelas bagaimana batang kemaluan milik pria tersebut mulai tenggelam sedikit demi sedikit seiring genjotan pinggul aktrisnya yang menekan ke bawah. Dalam hitungan beberapa detik, kedua mata Santi melihat batang kemaluan prianya sudah masuk seluruhnya ke dalam liang vag|na aktris wanitanya. Kemudian wanita tersebut bergerak liar menggoyang-goyangkan pinggulnya, menggesek-gesekkan selangkangannya, seakan-akan ingin cepat-cepat memuaskan rasa gatal di daerah kewanitaannya yang sudah basah. Sedangkan aktor prianya, tampak pasrah menikmati sensasi nikmat dari hasil goyangan pasangannya yang tampak liar, kedua tangannya menyibukkan diri dengan meremas-remas buah dada, sambil sesekali merangkul tubuh wanita itu dengan erat.
Suara erangan aktris wanitanya semakin kencang diiringi dengan gerakan menggoyangnya yang bertambah liar dan agresif. Pikiran Santi sudah tidak mampu memahami sensasi nikmat yang mungkin dirasakan oleh kedua pemain film tersebut.
“Enak tah Mas, digituin?” tanya Santi diliputi rasa penasaran.
“Klo nglihat di sini seh keknya keenakan banget, San” jawab Andi. “Apalagi klo ngelihat itu... titit wanitanya dimasukin burung prianya, habis gitu burung prianya digoyang-goyang ga karuan di dalam selangkangan wanitanya”, tambah Andi berusaha memanas-manasi.
Entah bagaimana perasaan Santi ketika menyaksikan adegan sangat panas dan menggugah hawa birahi itu ditambah dengan penjelasan Andi yang terkesan memancing. Yang pasti perasaan Andi senang dengan keberadaan Santi di rumahnya, apalagi bisa memancing rasa penasaran gadis muda yang baru menginjak usia remaja itu.
Adegan pun berganti, kini posisi wanita di dalam film itu menungging dengan posisi merangkak, sedangkan lelakinya mendorong-dorongkan burungnya dari belakang sambil kedua tangannya memegangi pantat wanitanya seakan-akan tidak mau jika pantat tersebut jadi terlempar. Santi menyaksikan bagaimana kemaluan pria tersebut mengaduk-aduk vag|na wanita itu. Suara erangan wanita itu terdengar kencang mengiringi gerakan pen|s prianya. Saking kuatnya dorongan pinggul prianya, sampai membuat wanitanya menengadahkan kepalanya ke atas. Tak berapa lama sedikit demi sedikit tumpuan tangan wanitanya mulai terlihat melemah hingga membuat tubuhnya ambruk tertelungkup di atas ranjang, sedangkan pantatnya masih menungging berusaha bertahan menerima kenikmatan gempuran pinggul prianya yang masih tetap bersemangat menyodokkan burungnya. 
Lama kelamaan, wanita tersebut sepertinya sudah tidak kuat menahan nikmatnya gempuran sodokkan burung prianya hingga membuat pinggulnya ikutan tertelungkup. Tapi sang pria tampaknya terus mengejar kenikmatannya, dia tidak peduli dengan posisi wanitanya yang sudah tertelungkup, pinggulnya masih saja terus menekan-nekan ke dalam pantat wanitanya hingga tubuh prianya ikut tertelungkup menindih tubuh wanitanya. 
Santi kini melihat tubuh wanitanya ditindihi sang pria dari belakang, tampak pantat pria itu terus bergerak-gerak menggenjot dan menggoyang pantat wanitanya ke segala arah. Santi menjadi ikut geli melihat pemandangan tersebut. Pikirannya menjadi membayangkan betapa gelinya selangkangan dia seandainya digoyangi seperti itu. Tangan kanannya segera menyambar guling di sampingnya kemudian dipeluknya erat-erat.
“Hhhhnnggg...” gumam Santi menggeliat seperti hendak melemaskan otot-otot tubuhnya yang kaku sembari memeluk kemudian menindih guling yang berada disampingnya.
“Ouhh... aawwhhh... oouuh...” terdengar suara erangan wanita yang semakin kencang terdengar dari film tersebut.
Telinga Andi mendengar suara ranjang yang ditempati Santi agak menderit-derit samar. Andi membatin, sepertinya Santi sedang gelisah. Sejenak Andi berpura-pura melihat sekitar tapi sebenarnya untuk memperhatikan keadaan Santi. Andi melihat kedua mata Santi masih tetap menyaksikan film tersebut dengan posisi tertelungkup sambil menindih gulingnya. Samar-samar tampak bahwa pantat milik gadis itu bergerak-gerak samar menekan gulingnya seakan-akan sedang berusaha menyelami sensasi adegan yang sedang dia lihat. Sesaat kemudian Andi mendengar hembusan nafas yang memberat dari arah Santi. Sepertinya Santi sedang diliputi perasaan yang membuatnya gelisah. Andi menduga kali ini Santi pasti sedang merasakan pengalaman sensasi baru, yakni perasaan yang diliputi gejolak gairah birahi.
Posisi Santi semakin tidak tenang, dia tidak menyadari jika pinggulnya yang bergerak menggoyangi gulingnya sendiri itu bisa menimbulkan suara derit ranjang yang dapat terdengar di telinga Andi. Tidak berselang lama kemudian Santi bergerak menumpukan kedua sikunya, agar goyangan dan tekanan pantatnya semakin terasa menggeseki selangkangannya di guling yang ditindihnya.
Adegan di film itu berganti posisi, kini mereka saling menindih dengan poisi berhadapan. Wanitanya telentang dengan kedua kakinya yang mengangkang lebar sedangkan prianya menindih tubuh wanitanya dengan telungkup. Kemaluan pemain film yang berlainan jenis itu tampak kembali menyambung dengan erat. Santi baru kali ini menikmati gairahnya. Tampak gadis itu semakin asyik menyelami setiap adegan pemandangan di dalam film tersebut tanpa peduli dengan Andi di dekatnya. Suara derit kasur yang ditempati Santi semakin jelas dan frekuensi deritannya semakin banyak daripada sebelumnya, tanda bahwa Santi juga diliputi hawa birahi dan berusaha memuaskan rasa geli di bagian kemaluannya.
Gairah di dalam diri Santi semakin menjadi-jadi. Gadis cilik itu kian semangat berusaha menyelami kenikmatan yang mungkin dirasakan oleh sepasang pemain di dalam film itu. Semakin lama menyelami, semakin sering menemukan berbagai perasaan geli dan nikmat yang silih berganti di dalam dirinya. Hal itu membimbing Santi semakin ingin memuaskan rasa geli yang menguasainya. Andi memaklumi apa yang dirasakan Santi. Dia membiarkan Santi berusaha mencari kepuasan dari dalam dirinya sendiri tanpa berniat mengganggu.
Santi semakin keranjingan akibat rasa kegelian karena menyaksikan adegan dimana sodokan kemaluan milik lelakinya semakin lama semakin cepat hingga membuat wanitanya semakin mengerang-erang tidak karuan. Tampak di selangkangan wanita tersebut batang pen|s itu bergerak maju mundur mengaduk-aduk. Meskipun begitu, sangat jelas terlihat jika wanita itu juga keranjingan, pinggul wanita itu juga ikut bergerak-gerak mengiringi sodokan pen|s. Jika dibuat slow-motion maka tampak jelas terlihat kedua pinggul mereka sama-sama saling bergerak maju mundur sengaja ditubrukkan, sehingga membuat seluruh batang pen|s itu bolak-balik masuk penuh hingga hanya tersisa pangkal dan buah pelirnya.
Tak ingin Santi cepat-cepat mencapai kepuasannya, Andi mendadak berinisiatif menutup filmnya diganti dengan film dewasa yang lain. Andi mengerti benar dari derit suara ranjang, jika film itu diteruskan, kemungkinan besar kegelisahan raga Santi akan terpuaskan dan Santi akan merasa jenuh sesaat. Tidak ingin terjadi seperti itu, Andi mengganti film lainnya, tentu saja kenikmatan yang dirasakan Santi harus dimulai dari awal lagi.
Begitu Andi mengganti filmnya, terdengar Santi spontan menggeliatkan badannya. Benar dugaan Andi, tekanan kegelisahan Santi sepertinya tidak jadi terpuaskan bahkan kembali seperti awal. Andi seakan-akan bisa mengendalikan nafsu Santi, atau mungkin malah merusak konsentrasinya.
Menggoda Santi, tidak membuat Andi luput dari serangan pengaruh birahi sendiri. Andi sudah dari tadi merasakan batang kemaluannya tegak mengeras dan ngilu akibat terganjal celana pendeknya. Semakin tegang batang kemaluannya membuat semakin terasa desakan nafsu yang bergejolak di dalam dirinya. Andi mulai dibayangi pikiran nakal terhadap Santi. Ingin sekali dia bisa menikmati gairah birahinya bersama dengan gadis muda yang baru menginjak usia remaja itu. Sesekali muncul niatan untuk mencari-cari kesempatan menggoda Santi.
Tetapi Andi tidak ingin mengambil resiko besar jika niatan isengnya berbuah petaka. Dengan susah payah dia berusaha untuk mengendalikan kesadarannya agar selalu sadar di dalam situasinya. Meskipun diliputi hasrat birahi yang sudah tinggi, Andi tetap berusaha menunjukkan sikap seperti biasa saja.
Hari sudah mulai menjelang subuh, suara kokok ayam mulai terdengar bersahutan. Mata Andi semakin terasa berat untuk dipaksa tetap membuka. Hingga akhirnya, kesadarannya pun menghilang secara tiba-tiba. Sedangkan film yang dia tonton belum ditutup, hanya tinggal seorang gadis muda yang baru menginjak usia remaja itu yang berkesempatan menonton film-film dewasa. 
Merasa tontonannya bolak-balik kembali berputar seperti awalnya dan melihat Andi sudah terlelap, Santi memberanikan diri turun dari ranjangnya menuju komputer Andi untuk mengganti filmnya. Rasa penasarannya terhadap film dewasa itu membuat dirinya bergejolak penuh gairah yang sangat asing tapi nikmat.
Dilihatnya Andi sudah tertidur pulas dengan tertelungkup di sampingnya, tapi tak berselang lama dia menggigau dan mengganti posisinya telentang. Kedua mata Santi otomatis menangkap adanya pemandangan gundukan aneh yang bentuknya memanjang di bagian bawah perut Andi, tentu tak lain adalah burung Andi sendiri. Santi sesaat dibuat tertegun saat melihatnya. Tapi perhatiannya beralih ke komputer Andi.
Kedua tangan Santi mendadak bergerak sangat cekatan hal itu terjadi karena terdorong oleh nafsu. Santi melihat-lihat seluruh daftar judul film-film dewasa yang ada di komputer Andi dengan leluasa. Rasa penasarannya yang tinggi itu tidak mampu dia tahan untuk segera dipuaskan. Suasana yang sangat sepi itu sangat mendukung bagi Santi untuk melihat misteri dari film dewasa yang baru kali ini dia saksikan. Sementara itu, daftar film yang ada dikomputer Andi terbilang lumayan lengkap. Mulai dari film lesbian, beastility, hingga kartun dewasa semuanya tersedia lengkap. 
Sesekali Santi melihat ke arah Andi yang masih tertidur lelap di sampingnya. Dia juga sesekali melirik ke arah gundukan memanjang di bawah perut milik Andi. Karena sudah dikuasai hawa nafsu dan rasa penasaran yang tinggi, sesaat timbul keinginan di kepala Santi untuk mencoba memegang burung Andi yang masih tertutup celana kolor pendeknya. Awalnya ragu takut Andi terbangun, tapi akibat rasa penasarannya terlalu tinggi akhirnya Santi pun tiba-tiba nekad.
Sambil menikmati adegan mesum film dewasa yang dia tonton, tangan kanannya nekad meraba-raba celana kolor yang dikenakan Andi. Jari-jemari tangan kanannya yang mungil itu dapat segera menemukan adanya sebuah gundukan memanjang di balik celana kolor Andi. Santi merasa beruntung ketika mendapati Andi ternyata tidak mengenakan celana dalam saat itu sehingga tangannya dengan jelas dapat merasakan batang kemaluan milik Andi yang sudah mengeras di balik celana.
Masih penasaran, Santi semakin berani, gadis itu nekad menelusupkan tangan kanannya masuk ke dalam celana Andi yang agak kendor melalui salah satu celah di paha Andi. Dengan mudah, Santi menemukan sebuah benda yang sudah menegang dan keras yang tak lain adalah kemaluan Andi. Dibelai-belainya benda itu untuk memuaskan rasa penasarannya bagaimana sensasi ketika memegang burung milik seorang laki-laki dewasa.
Santi semakin bergairah, terasa celana dalamnya semakin membasah. Bahkan gadis muda itu semakin gemas dengan burung Andi yang terasa berkedut-kedut. Ditambah tontonan film yang mengadegankan mengulumi kemaluan milik lelaki, Santi menjadi tergoda untuk menirunya. Hasrat birahinya sudah menggelapkan kesadaran Santi akan situasinya. Dengan sigap, celana kolor Andi sedikit diturunkan hingga terlihat batang burungnya tanpa takut sepupunya itu terbangun. Sejenak dia amati burung Andi yang tampak menegang dan besar itu. Kemudian, sleepppp.... Santi nekad memasukkan burung tersebut ke dalam mulutnya yang masih mungil.
Entah apa yang dirasakan Santi saat berhasil mengulum burung Andi, yang pasti mulutnya yang mungil itu seakan tidak pernah puas menikmati tegangnya burung Andi saat di dalam mulutnya. Sambil sesekali menyaksikan film di depannya, Santi mengulum burung Andi seperti yang ada di dalam film tersebut. 
Andi mendadak kembali sadar dari tidurnya, terasa ada sesuatu yang sangat nikmat sedang menjalar di seluruh batang kemaluannya, hangat, lembut, dan basah. Andi terkejut karena ulah Santi, tapi karena rasanya sangat enak, Andi berpura-pura masih tertidur lelap. Santi tidak menyadari jika Andi sebenarnya terbangun dari tidurnya. Saking enjoy-nya, Santi terus saja mengemuti dan menghisap-isap burung Andi seraya terus menonton film dewasanya. 
Andi pun tak ingin melewatkan kesempatannya untuk memuaskan rasa penasarannya terhadap Santi. Sejak awal Andi sangat penasaran bagaimana rasanya kemaluan seorang gadis muda yang baru menginjak remaja itu jika sudah terbakar nafsu birahi. Dengan perlahan, berpura-pura seperti orang sedang menggeliat, tangan kanan Andi bergerak menelusup langsung ke dalam rok Santi yang agak tersingkap. Tanpa dibimbing, jari jemari tangan Andi sudah berhasil meraba-raba sekitar selangkangan Santi.
Beruntung bagi Andi, dijumpai celana dalam milik gadis mungil itu rupanya sudah miring dan tampak longgar. Kebetulan, pikir Andi, jari-jemarinya tidak menemui kesulitan menjelajahi sekitar selangkangan Santi. Hingga akhirnya, tak sampai hitungan menit kemaluan Santi telah tergapai oleh jari telunjuk Andi.
Awalnya Santi agak kaget, tapi karena saudaranya itu bereaksi menyenangkan dirinya, maka Santi membiarkan jari-jemari Andi bergerak leluasa menyentuh segala sisi selangkangannya hingga termasuk menjamahi bagian kemaluannya.
“Ahh..!” desah Santi saat merasakan jemari Andi telah sampai di kemaluannya. Antara terkejut karena baru pertama kali terdapat tangan milik orang lain menjamah bagian vitalnya, juga keenakan karena organ vitalnya ternyata sedang dibelai-belai lembut.
Andi hanya bisa tersenyum di dalam hati, pria itu tidak berani membuka mata karena takut Santi menjadi malu. Hanya saja dia tidak pernah menyangka sebelumnya jika kemaluan seorang gadis yang baru menginjak usia remaja itu bisa sangat becek gara-gara nafsu birahinya memuncak akibat film dewasa. Tidak hanya itu, burungnya pun ikut terkena imbas akibatnya.
Tidak hanya penasaran dengan organ vital milik gadis sangat belia itu, Andi juga penasaran dengan wujud dada milik Santi. Dengan masih berpura-pura tidur, tangan kirinya bergerak perlahan menelusup masuk menggerayangi kulit pinggang Santi yang putih mulus dan halus itu.
Awalnya agak terganggu saat tangan kiri Andi mulai bergerak mengusap pinggangnya, namun karena muncul sensasi enak, maka Santi membiarkan pinggangnya dijamah. Gadis itu merasakan keenakan berulangkali saat pinggangnya dibelai-belai Andi. Santi yang baru kali ini digempur perasaan nikmat di segala sisi, membuat dirinya seakan-akan tersihir untuk terus menikmatinya tanpa penolakan. Bahkan membuatnya semakin semangat memainkan burung Andi sembari menikmati sensasi yang dirasakannya.
Gairahnya semakin memuncak saja manakala Andi mampu membuainya ke dalam kenikmatan yang semakin dalam. Diiringi dengan sentuhan jari di bagian klitorisnya dan juga usapan-usapan lembut di sekitar pinggang hingga punggungnya membuat Santi bereaksi seperti penari ular yang menari-nari secara erotis. Rabaan demi rabaan tangan Andi seakan-akan mampu menyihir kesadaran Santi agar terus terbuai ke dalam dunia birahi. 
Rasa penasaran Andi untuk merasakan bentuk wujud dan kekenyalan payudara milik seorang gadis yang masih sangat belia seperti Santi tak berselang lama berhasil terpuaskan. Meskipun Andi tidak dapat melihatnya secara langsung, akan tetapi dia dapat merasakan bagaimana bentuk dan rasa kekenyalan payudara milik gadis muda itu melalui usapan jari jemari dan telapak tangan kirinya.



Andi merasakan dengan seksama bagian payudara Santi. Melalui jari-jemarinya yang bergerak lincah bak menari-nari, dia berusaha mencari-cari putingnya. Andi menemukan bagian tersebut seakan hendak mencuat keluar dari tempatnya saking terangsangnya gadis itu. Andi juga segera mengetahui kisar besaran bulatan payudara Santi. Gadis yang baru memasuki usia remaja itu memiliki bulatan buah dada hanya sebesar setengah belahan bola tenis, tapi kekenyalannya sudah cukup dapat dirasakan dengan jelas.

Adapun sensasi sentuhan tangan Andi di sekitar dadanya menimbulkan perasaan geli bercampur nyaman, sehingga membuat Santi semakin pasrah dan tidak lagi merasa risih manakala seluruh tubuhnya dijamah hendak diusap-usap oleh Andi. Bahkan saking gelinya memaksa Santi seringkali menggelinjang kegelian. Tidak hanya itu, gempuran jari telunjuk Andi yang sedari tadi bergerak-gerak lincah di klitoris Santi semakin membuatnya takluk terbuai kenikmatan. Andi semakin gemas manakala hingga terdengar suara seperti decakan-decakan akibat saking basahnya vag|na Santi yang terus di-jawil jari Andi. Berulangkali Santi terpaksa dibuat menggelinjang sembari mendesah berat saat kegeliannya memuncak berulang-ulang tak tertahan di sekitar selangkangannya.
Gadis belia itu semakin tidak sadarkan diri larut di dalam lautan kenikmatan. Sesekali dia melihat adegan film yang masih berjalan, sesekali pula mengocok-ngocok kemaluan Andi saat dirinya dibuat kegelian yang amat sangat. Mendadak Santi berinisiatif mengubah posisinya.
Suara kokok ayam semakin jelas. Tampaknya hari semakin menjelang pagi. Meski demikian di dalam kamar Andi seakan-akan hanya terdengar desahan-desahan nafas berat yang saling bersahutan dari kedua insan yang sudah dikuasai hasrat birahi. Santi tampaknya semakin dipengaruhi oleh adegan-adegan panas yang dimainkan di dalam film itu. Keinginannya meniru seperti di dalam adegan panas itu semakin kuat dan semakin mengganggu pikirannya. Rasa penasarannya untuk bisa menikmati apa yang dinamakan hubungan seksual semakin tinggi, Santi sudah tidak lagi memperhatikan usianya yang masih sangat belia dalam hal ini. Maka semuanya tergantung dari Andi.
Sambil sesekali melihat ke arah film di komputer Andi, Santi memposisikan dirinya hendak menindih Andi. Namun sejenak dia sedikit ragu. Melihat situasi seperti itu, Andi mengerti jika Santi masih terdapat rasa malu-malu. Sehingga segera dibimbingnya secara perlahan dengan menggunakan kedua tangannya untuk menuntun tubuh Santi agar tidak ragu-ragu lagi memenuhi hasrat penasarannya. Santi menjadi agak tenang dan merasa kembali bersemangat. Tanpa ragu-ragu seperti yang dia lihat di film dewasa itu, Santi melucuti celana dalamnya sendiri. Setelah itu giliran menurunkan celana kolor Andi hingga ke tengah pahanya.
Sesaat Santi kembali terpaku. Dia menjadi sedikit deg-degan begitu melihat burung Andi yang bentuknya sudah sangat besar dan memanjang kaku. Tapi hasratnya juga sudah amat tinggi untuk segera menikmati bagaimana rasanya menempelkan kemaluannya yang sudah gatal di sekujur burung milik Andi itu.
Begitu melihat wajah Andi yang masih terpejam, Santi nekad cepat-cepat ingin merasakannya. Dengan segera, kaki kanannya diangkat untuk bisa duduk di atas tubuh Andi yang tengah telentang. Kemaluannya yang sudah sangat basah itu cepat-cepat disandarkannya tepat di mana burung Andi tengah berdiri kaku.
“Ouh..” Baik Andi dan Santi sama-sama spontan melenguh. Keduanya sama-sama dibuat terkejut saat masing-masing kemaluannya mulai bertemu menempel erat. Santi sengaja tepat mendudukkan pantatnya di atas burung Andi. Perasaan nikmat baru yang muncul semakin bertambah, rasanya semakin menggoda hati, membuat keduanya semakin betah berlama-lama dalam bercumbu.
Ketika kedua kemaluan yang berlainan jenis itu saling bersentuhan, nikmat yang dirasakan oleh keduanya bisa jadi berbeda. Santi didorong perasaan penasaran yang sangat kuat di dalam dirinya untuk menikmati sensasi burung milik seorang laki-laki di kemaluannya. Sedangkan Andi sendiri begitu penasaran dengan vag|na gadis cilik itu yang sudah sangat basah.
Karena masih pertama dalam hidupnya, Santi seperti takut-takut menjajaki kenikmatannya. Perlahan tapi pasti selangkangannya yang kini sudah beradu dengan burung Andi mulai digerak-gerakkan dengan cara menggesek-gesek maju mundur. Otomatis vag|nanya yang sudah basah itu semakin jelas menerima gelitikan-gelitikan akibat pergesekan dengan sekujur burung Andi yang keras itu.
Serangkaian sensasi nikmat yang tak terkira timbul seiring dengan gesekan vag|nanya di sekujur batang burung milik Andi. Semakin lama Santi bertambah keranjingan dengan kenikmatannya, membuatnya menjadi tak sadarkan diri apabila bibir kemaluannya kini semakin terkuak membelah. Keadaan itu menambah geli saja di bagian permukaan vag|nanya. Lenguhan-lenguhan manja pun semakin kerap terdengar di telinga Andi, yang juga berakibat semakin memancing rasa gemasnya kepada Santi.
Sedangkan apa yang dirasakan Andi meskipun berbeda, akan tetapi kenikmatannya tak kalah tingginya. Di sekujur batang burungnya yang sangat menegang keras itu seakan-akan sedang diurut-urut dengan menggunakan suatu benda lunak yang sangat licin dan hangat. Rasanya klenyir-klenyir menggelikan.
Santi semakin tak sadarkan dirinya. Pinggulnya seakan-akan tak mampu lagi menahan beban seluruhnya dari pundaknya. Agar keseimbangannya terjaga, kedua tangan Santi langsung menumpu di dada Andi yang agak bidang itu. Sedangkan Andi meresponnya dengan memainkan kembali kedua tangannya menelusup nakal di balik kaos Santi. Kedua tangannya tidak menemui kesulitan yang berarti saat berusaha menjelajahi dada Santi. Kedua payudara milik Santi pun kembali dia temukan, penutup dada milik Santi yang sudah tidak beraturan posisinya sangat membantu Andi menemukan sepasang gundukan payudara ranum yang besarnya masih setengah bola tenis itu.
Begitu merasa bagian dadanya seakan ditahan oleh kedua tangan Andi, Santi merasa beban tubuhnya terkurangi sehingga semakin leluasa dia memusatkan gairahnya di bagian selangkangannya. Santi tidak pernah mengira sebelumnya apabila kenikmatan yang begitu tinggi ini bisa dia rasakan sekarang ini. Kedua matanya yang indah itu tidak lagi melihat film yang masih memutarkan adegan-adegan panasnya, melainkan sudah terpejam karena asyik meresapi berbagai sensasi enak yang dirasakannya.
Sedangkan Andi tidak kalah keranjingannya akibat permainan panas itu. Lelaki itu menikmati merdunya suara lenguhan kecil yang keluar dari bibir mungil milik Santi. Suara itu seakan-akan mampu menyihirnya agar terus mau memberikan kenikmatan yang tiada henti kepada Santi. Rintihan-rintihan manja itu seakan berharap kenikmatannya tidak akan putus hingga puncaknya.
Andi merasakan geli yang tak henti-hentinya manakala sekujur burungnya terus digeseki selangkangan Santi yang sudah membanjir. Sedangkan Santi sendiri dapat merasakan sensasi puncak kenikmatan pertamanya bakal segera muncul. Goyangan-goyangan pinggulnya semakin dipercepat, sedangkan jari jemari di kedua tangannya yang bertumpu di dada Andi semakin menegang agak mencengkeram. Lenguhan-lenguhan di bibirnya berubah menjadi rintihan-rintihan manja yang semakin cepat, nafasnya tampak semakin sengal dan putus-putus tidak beraturan. Suara decak yang diakibatkan oleh gesekan vag|nanya semakin jelas. 
Andi melihat gerakan Santi keseluruhannya bagaikan seekor cacing yang sangat kepanasan di dalam penggorengan yang bara. Tubuhnya meliuk-liuk dengan sendirinya seiring dengan irama kenikmatan yang dirasakannya. Lelaki itu semakin gemas saja dengan gaya Santi yang semakin liar dan bersemangat. Tak pernah dia sangka jika pada hari itu dirinya bisa melihat seorang gadis yang masih berusia sangat belia sedang dikuasai hasrat birahi yang begitu besar. Rambutnya yang tadinya rapi sepinggang kini tampak berantakan tidak berupa, meski demikian di mata Andi malah memunculkan kesan sensual yang dapat menambah gairahnya. Belum lagi energi-energi liar yang entah bersumber dari mana yang dapat membuat tubuh gadis muda itu bergerak erotis tidak berpola. Peluh keringat yang tampak berkilat-kilat di sekitar tengkuk leher hingga dahi Santi menambah kesan di persepsi Andi bahwa gadis muda yang awalnya lugu dan polos itu kini benar-benar bermetamorfosis menjadi gadis yang sangat menggairahkan. 
Terasa pula di kedua telapak tangan Andi yang sedari tadi sibuk menjamahi buah dada milik gadis belia tersebut bercampur dengan peluh keringatnya mengakibatkan remasan-remasannya menjadi licin.
Hingga tak lama kemudian….
“Aakhh… aakkhh… akkhhh..” 
Terdengar beberapa kali lengkingan panjang dari mulut mungil Santi dan diiringi dengan kelejotan tubuhnya yang mengejang-ngejang kaku. Kedua kakinya yang sedari tadi mengangkang terbuka bebas, kini mendadak mengapit. Santi menjepitkan kedua pangkal pahanya kuat-kuat di pinggang Andi sembari berkelojotan. Sedangkan Andi hanya tampak sedikit kebingungan melihat reaksi mendadak Santi yang tiba-tiba berkelojotan tidak keruan. Ternyata setelah diamati seksama, Santi mengalami apa yang dinakan orgasme. Puncak kepuasan birahi pertama dalam hidupnya.
Seusai mengejang-ngejang beberapa saat, Andi melihat tubuh Santi sepertinya menjadi sedikit lemas. Dengan penuh perhatian, kedua tangan Andi bergerak membimbing pundak Santi dengan perlahan agar gadis itu bisa menenangkan diri sejenak di atas tubuhnya dengan posisi menelungkup. Santi terpaksa tidak malu-malu atau menolak bahkan dia sadar bahwa kebutuhan saat ini seusai orgasme pertamanya adalah istirahat. 
“Keringatmu keluar banyak Dik..” kata Andi setengah berbisik sembari mengelus-elus punggung gadis itu.
“He ehm…” Santi menjawab seadanya.
“Mas singkap dikit yah biar sedikit ga kepanasan” tawar Andi penuh perhatian.
Santi tidak menjawab secara langsung tawaran Andi, dia hanya menggumam lirih dan menganggukkan kepalanya samar tanda setuju. Mendapat persetujuan dari gadis manis yang masih belia itu, maka dengan segera kedua tangannya bergerak sigap sedikit demi sedikit menyibakkan kaosnya ke atas agar punggungnya terbuka bebas dengan maksud agar gadis itu tidak kegerahan.
Sambil mengelus-elus lembut punggung Santi, Andi menikmati sensasi membasuh peluh-peluh keringat yang keluar di sekujur punggung Santi. Andi merasakan kehangatan dan licinnya punggung Santi yang melalui usapan demi usapan di sekujur tubuh gadis itu. Rambut hitam sepinggul panjangnya milik gadis itu pun disibakkan Andi agar tidak menutupi sekujur punggungnya yang putih mulus itu. Santi mendadak lega begitu merasakan hawa segar seakan-akan meniup tubuhnya yang terasa masih kegerahan.
Seperti masih di dalam mimpi, Andi sebelumnya tidak pernah menyangka akan terjadi hal sedemikian ini. Meskipun belum sampai pada hubungan intim yang sesungguhnya, tapi bisa dikatakan hubungan yang mereka lakukan tadi sudah sangat intim mengingat status mereka berdua adalah saudara sepupu misanan. Belum lagi usia Santi yang masih terhitung begitu belia dan terpaut jauh di bawah umur Andi sendiri.
Rasa kantuk Andi mendadak hilang. Ia tidak ingin melewatkan momen langka ini lewat begitu saja. Semua usaha akan dia lakukan agar membuat Santi jadi merasa betah dengannya. Rambutnya yang tampak acak-acakan dirapikan oleh Andri dengan jari-jemarinya secara bergantian. Ketika mengamati wajah sayu Santi sesaat, Andi mendadak kagum terhadap gadis itu. Bukan karena apa, melainkan tatanan rambutnya yang acak-acakkan dan basah akibat bercampur dengan peluh keringatnya itu membuat wajah Santi tampak lebih matang daripada usia sesungguhnya. Andi mendadak tergetar sendiri di dalam dadanya manakala melihat wajah sayu Santi yang menggemaskan itu.
Kemaluan milik Andi masih terasa gagah menantang. Tetap dalam keadaan menegang keras di tengah-tengah himpitan selangkangan Santi. Jika Andi sedikit melakukan gerakan untuk berniat menghilangkan penat, Santi malah merespon langsung dengan lenguhan. Gadis berwajah manis dan imut itu ternyata masih merasakan sisa-sisa kepekaan di bagian kemaluannya akibat kepuasan pertamanya yang sudah didapat tadi, sehingga jika ada gerakan sedikit saja maka memunculkan sensasi geli yang amat sangat.
Sementara itu kepala Santi terlunglai di samping pundak kiri Andi. Gadis itu sengaja menghadapkan wajahnya ke arah Andi. Tampak di bagian kedua pipinya terpancar rona kemerahan. Dengusan nafasnya masih agak memberat menyapu leher Andi. Sedangkan degub jantungnya masih kencang tetapi sudah tidak sekencang tadi.
Tidak cukup sebatas mengusap-usap punggung dan rambut milik gadis itu. Andi berinisiatif sesekali mengurut-urut punggung Santi, dari bahu hingga ke pinggul. Hal itu dia lakukan agar nafas Santi kembali normal.Tapi, yang terjadi mungkin tidaklah seperti yang dia bayangkan. Gerakan mengurut-urut punggung gadis itu malah membuatnya kembali menggeliat. 
Kedua telapak Andi yang mengurut-urut memang agak besar untuk seukuran punggung Santi. Ketika Telapak tangan Andi bergerak-gerak mengurut dari leher ke pinggul Santi, otomatis kedua jempol Andi juga turut mengurut kedua sisi tubuh Santi. Sedangkan di kedua bagian sisi samping tubuh Santi merupakan bagian yang bisa terbilang peka dan dapat merangsang seorang wanita dengan cepat. 
“Ouhngg…” Lenguh Santi saat merasakan kedua jempol Andi tak sengaja ikut mengurut di bagian samping payudaranya hingga turun ke pinggang sehingga kembali memunculkan sensasi geli yang menggoda.
Mendapati Santi kembali melenguh saat kedua telapak tangannya bergerak mengurut, membuat Andi kegirangan. Dengan begitu ada besar kemungkinan Santi kembali terangsang. 
“Ada yang terasa sakitkah?” tanya Andi pura-pura.
Santi hanya menggeleng. 
Tubuh Santi kembali dibuat menggeliat berulangkali seiring dengan pijatan tangan Andi yang mengurut di sekujur punggungnya. Geliatan tubuh Santi meski sedikit saja, otomatis sudah menimbulkan gesekan di bagian selangkangan mereka berdua yang masih belum terlepas. Akibatnya sensasi-sensasi geli kini mulai sedikit demi sedikit muncul kembali. Baik Andi maupun Santi sesaat sama-sama menggeliat keenakan jadinya.
Sementara itu, lambat laun Santi dan Andi kembali tersadar bahwasannya film dewasa yang semalam ditonton ternyata masih terputar. Volume suara memang agak mengencang ketika filmnya memasuki adegan hubungan seksual yang intim. Suara yang agak mengencang itu keluar dari mulut wanitanya yang sedang mengerang-erang keenakan. 
Seperti memuat mantra sihir, suara dari film tersebut membuat Andi dan Santi secara bersamaan kembali menoleh ke arah layar komputer yang tak jauh dari mereka berdua. 
Entah apa yang tiba-tiba muncul di benak Santi saat melihat adegan tersebut, Andi hanya bisa menduga-duga tidak jelas. Sedangkan dirinya sendiri dalam situasi harap-harap cemas, antara muncul hasrat melanjutkan permainan ke tingkat yang lebih dalam atau menyudahi ini semua. Dalam keadaan seperti itu, Andi hanya bisa bersikap pasif. Seakan-akan hanya tinggal menunggu takdir akan dibawa ke mana nasibnya setelah itu. Semuanya diserahkan kepada Santi sendiri.
Di benak Santi, sepertinya juga tak kalah bimbangnya dengan Andi. Gadis manis itu diliputi berbagai macam perasaan yang tak tentu meski kedua matanya terpaku kembali menyaksikan adegan mesum itu. Di satu sisi terdapat dorongan kuat berupa rasa penasaran dan birahi ragawi untuk menikmati hubungan seksual secara langsung, di sisi lain terdapat kekhawatiran akan hal-hal yang muncul tidak terduga setelah mereka berhubungan seksual. Meskipun sebelumnya tidak pernah mempelajari tentang hubungan seksual manusia, Santi merasa tentu ada sebab dan akibat jika melakukannya. Keduanya tampaknya sibuk diliputi kebimbangan-kebimbangan yang membingungkan.



Sementara belum ada yang memutuskan atau tidak ada yang memulai gerakan, kedua mata mereka sama-sama terpaku melihat adegan panas yang ada di layar komputer. Tampak di dalam adegan itu memperlihatkan reaksi dari wanitanya yang begitu panas. Kedua matanya memejam, sedangkan mulutnya merekah dan tak henti-hentinya mengeluarkan suara erangan-erangan akibat kenikmatan yang tiada tara. Tekanan demi tekanan dari pinggul prianya yang begitu kuat dan liar itu seakan-akan mengungkapkan betapa gemas dan nikmatnya bersetubuh dengan pasangannya itu. Setiap kali pen|snya bergerak menusuk ke dalam liang vag|na berakibat mulut wanitanya mengerang-erang keenakan.

Pemandangan itu cukup menggoda birahi Santi dan Andi. Sejenak mereka menjadi lupa akan kebimbangan-kebimbangan yang tadinya sempat bersemayam di kepala mereka masing-masing.
Semakin lama menyaksikan adegan itu membuat nafas keduanya mulai kembali memberat. Dengusan nafas Santi kembali terdengar kuat di telinga Andi, sebaliknya pen|s Andi yang memang sedari tadi masih tegang, kini malah tambah menjadi-jadi hingga berkedut-kedut menggelitik permukaan vag|na Santi yang sudah membelah lebar.
Entah siapa yang memulai duluan bergerak. Keduanya seperti kompakan sama-sama mulai menggeliat. Santi perlahan-lahan kembali membuka jepitan pangkal pahanya agak lebar kemudian dengan sengaja menggoyang-goyangkan pinggulnya di atas pen|s Andi. Untuk menanggapi aksinya, tanpa merasa canggung Andi langsung mencoba melucuti seluruh pakaian yang masih dikenakan Santi. 
Santi malah menurut apa yang hendak dilakukan Andi. Gadis itu kembali mengangkat bahunya dan berposisi kembali seperti semula, menduduki selangkangan Andi. Tanpa diperintah segera diangkat kedua tangannya sendiri untuk memudahkan Andi melepaskan kaos beserta BH kecilnya. Tak membutuhkan waktu yang lama tubuh bagian atas Santi kini sudah terbebas dari segala macam penutup. Terpampanglah dengan jelas di kedua mata Andi secara langsung bagaimana bentuk badan Santi yang ternyata sangat proporsi baik dari lekuknya maupun bentuk isinya. Andi spontan mengagumi keindahan tubuh gadis yang masih terbilang remaja yang sangat muda itu. Tidak tampak tubuh yang kekanak-kanakan kecuali lekukan tubuh milik seorang gadis yang tengah tumbuh dan ranum-ranumnya.
Begitu selesai melepaskan baju milik Santi, kali ini dia berusaha melepaskan bajunya sendiri yang sedari tadi masih melekat di tubuhnya. Santi tidak canggung-canggung lagi di hadapan Andi, gadis manis itu turut ikut membantu melucuti pakainnya. Merasa agak 
terganggu dengan roknya, Santi segera membuang roknya entah ke arah mana. Memanfaatkan momen itu, Andi juga memelorotkan celana kolornya hingga terlepas dari ujung kakinya. Jadilah mereka berdua kini sama-sama bugil polos dengan tempo waktu yang sangat cepat. 
Baru pertama kali dalam keadaan bugil di depan pria dewasa, Santi agaknya canggung juga. Tapi kecanggungan itu tidaklah lama, karena Andi langsung beraksi memeluk Santi dengan lembut. Bahkan spontan memberikan pujian kepada Santi ketika menarik kembali tubuh Santi ke pangkuannya.
“Ternyata kamu adalah gadis yang sangat mempesona…” puji Andi.
Santi tidak berani menanggapi, mungkin lebih tepatnya dia bingung mau ditanggapi dengan kata-kata seperti apa. Maklumlah gadis seusia Santi bisa dibilang mungkin masih kekurangan kosakata dalam hal rayuan. Karena bingung menjawab seperti apa, Santi cepat-cepat membuang wajahnya ke atas bahu Andi, sedangkan kedua tangannya memeluk erat melingkari leher Andi.
Melihat Santi menjadi kikuk dibuatnya, spontan Andi langsung mengusap-usap punggung rampingnya sekaligus membelai-belai rambut panjangnya. Dengan berposisi duduk sembari kedua kakinya dibuat mengangkang agak lebar sebisa mungkin agar membuat Santi merasa nyaman saat berada di pangkuannya. Santi sendiri semakin merapatkan posisinya ke dalam pangkuan Andi.
Begitu posisi mereka sudah sedemikian rapatnya saling memeluk. Sensasi-sensasi nyaman pun muncul di keduanya, apalagi ditambah dengan posisi masing-masing selangkangan mereka yang membuka mengangkang otomatis membuat mereka berdua kembali merinding keenakan akibat menempelnya kembali kulit kemaluan mereka.
Santi kali ini dapat merasakan dengan jelas keberadaan rambut-rambut kemaluan di sekitar selangkangan Andi. Rasanya yang agak kasar membuat area kemaluannya berulangkali mengelinjang. Meskipun begitu, gadis itu merasakan adanya sensasi yang menyenangkan saat selangkangannya bergesekan dengan rambut-rambut kemaluan milik Andi. Karena demikian membuatnya semakin keranjingan bergoyang-goyang.
Andi sesaat tersenyum melihat reaksi Santi di pangkuannya. Andi menyadari kalau Santi sebenarnya merasa geli, meskipun begitu tetap membuat Santi tidak kehilangan gairahnya, bahkan lambat laun nanti menjadi-jadi.
Di tengah luapan birahi yang kembali menguasai pikiran, Andi tidak lagi menganggap Santi sebagai anak kecil kemarin sore. Segera diluncurkannya kecupan demi kecupan di beberapa tempat yang sekiranya mampu menambah gairah seksual gadis itu. Santi yang masih belum berpengalaman dalam hal mencium dengan bibirnya hanya bersikap pasif menerima perlakuan Andi.
Bertubi-tubi kecupan lembut bibir Andi mendarat di beberapa bagian tubuh Santi. Sensasi yang ditimbulkannya pun turut bergabung dengan sensasi-sensasi nikmat yang dirasakannya di bagian selangkangannya. Dengan setengah gemas kepada Santi, Andi tidak bisa menahan diri untuk mengecupi sekujur leher Santi yang kecil itu. Sesekali dia goda gadis itu dengan jilatan-jilatan hangat dari lidahnya yang menari-nari di daun telinga dan sekitarnya. Rasa asin yang terasa dari keringat Santi, dipersepsikan begitu menyenangkan di hati Andi. Sehingga membuat Andi semakin aktif terhadap Santi.
Santi sendiri sampai dibuat kerepotan menghadapi serbuan nikmat yang datang bertubi-tubi tiada henti. Terutama di bagian leher dan telinganya, berulangkali dia oleng kesana kemari menghindari rasa geli yang amat sangat akibat ulah lidah Andi. Namun meskipun begitu bukan berarti maksud Santi menolak perlakuan Andi, melainkan dia masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi menerima sensasi-sensasi tajam itu semua. Sebaliknya, Andi sendiri semakin bertambah gemas saat Santi berusaha menghindari serangan lidahnya sembari tertawa mengikik manja. Dari jauh seakan-akan gerakan mereka sedang beradu kepala.
Sesekali Andi sampai harus memegangi tengkuk Santi dengan tangannya sendiri agar jilatannya berhasil hingga mengenai sasaran. Sesekali pula dibiarkan lolos. Sementara itu saat tubuh Santi yang sibuk meliuk-liuk dengan maksud berusaha menahan Andi agar tidak lama-lama saat mengecup di satu area saja, menimbulkan sensasi enak tersendiri bagi Andi. Gesekan-gesekan mesra antar kulit mereka membuat Andi semakin keranjingan. Belum lagi dia merasakan di bagian dadanya menerima himpitan dari sepasang bongkahan benda kenyal payudara Santi. Birahi Andi semakin panas saja dibuatnya.
Puas menciumi sekujur lehernya, Andi ingin segera melakukan hal lainnya terhadap Santi. Dibuatnya Santi berposisi telentang. Gadis itu sendiri pasrah begitu saja menuruti apa yang dilakukan Andi terhadapnya sembari bertanya-tanya apa yang dilakukan Andi selanjutnya. Tidak lama kemudian teka-teki itu pun terjawab. Begitu Santi berposisi telentang pasrah, sesaat kemudian Andi langsung menyerbu bagian payudara Santi dengan menggunakan lidahnya. Sapuan demi sapuan ujung lidah Andi direspon dengan tertawa kegelian hingga bersuara agak mengencang. Andi tidak menyangka jika Santi dapat dibuatnya sampai tertawa mengikik agak keras, oleh karena itu kebuasannya pun perlu dikurangi. 
Puas menjilati kekenyalan payudara yang kencang milik Santi sampai membuat gadis itu melonjak memberontak-berontak manja di pelukannya, kemudian Andi kembali menatap wajah Santi. Tanpa mengeluarkan kata-kata apapun, Andi berusaha meyakinkan kembali apa yang tengah mereka berdua lakukan. Tidak ingin setelah pelampiasan birahi mendadak ini menjadi penyesalan yang mendalam di antara mereka berdua. Oleh karena itu Andi memberikan isyarat dengan cara menyundul-nyundulkan ujung kemaluannya di tengah tengah selangkangan milik Santi yang kini terasa banjir kembali. Mendapat perlakuan sedemikian rupa, Santi menjadi gemas. 
Gadis itu masih belum menyadari akan maksud hati Andi. Sedangkan hasratnya sendiri sudah menggebu-gebu ingin cepat-cepat merasakan bagaimana indahnya kenikmatan seperti di dalam film-film yang dia tonton sebelumnya. Berulangkali sundulan ujung pen|s Andi tepat menyentuh liang vag|nanya yang masih sempit itu. Namun tetap tidak ada tanda-tanda untuk segera dilesakkan ke dalam. Hingga akhirnya Santi tak sengaja menggumam..
“Hngg…”
Gemas diperlakukan seperti itu, Santi mengambil inisiatif memeluk punggung Andi. Dengan begitu dia agak lebih mudah merangsek balik ujung pen|s milik Andi yang berulangkali hanya menyundul-nyundul kewanitaannya. Ditunggunya ujung pen|s Andi menyundul kembali. Ketika terasa ada yang kembali menyundul, ditepatkannya liang kewanitaannya sendiri sembari menekan balik tepat di ujung pen|s Andi. 
Begitu merasakan sundulan pen|s Andi tepat membentur liang vag|na Santi, mendadak muncul sensasi nikmat aneh lainnya. Ketika ujung pen|s Andi membentur liang vag|nanya, serontak sekujur tubuhnya bagai menerima sengatan ribuan lebah pembawa nikmat. Hal itu membuat birahi Santi menjadi semakin gusar dan raganya keranjingan. Begitu selanjutnya sampai beberapa kali terdengar suara decakan akibat vag|na Santi yang sangat banjir itu tercelup ujung pen|s Andi.
Berulang-ulang hanya merasakan sentuhan sesaat, membuat Santi bertambah gusar. Gadis kecil itu nekad memaksa Andi untuk berganti posisi. Tanpa mengeluarkan sepatah kata apapun, isyarat Santi dapat dimengerti Andi. Andi sendiri memutuskan untuk mengalah saja. Menuruti apa yang dikehendaki Santi.
Karena saking gemasnya diperlakukan seperti tadi, Santi yang awalnya tidak begitu agresif kini berubah 180 derajat. Sekujur leher Andi mendapatkan serangan ganas berupa kecupan-kecupan liar tidak berpola dari Santi. Tidak cukup hanya kecupan, sesekali gigitan menghiasi di sela-sela bentuk serbuan lain darinya. Diperlakukan seperti itu, Andi malah kegelian. Lama-lama Andi dapat memahami jika Santi telah dibuatnya menjadi begitu gemas karenanya. Tentu saja Andi tidak memberontak, bahkan pasrah saja dia digigit mesra oleh Santi.
Serbuan demi serbuan dari Santi membuat posisi mereka berdua berubah. Kali ini giliran Andi yang telentang pasrah. Kedua kakinya agak mengangkang lebar. Sedangkan kedua tangannya sengaja ditahan oleh Santi agar tidak banyak bergerak. Sebenarnya dengan mudah saja Andi dapat membalikkan keadaan ketika kedua tangannya ditahan menjadi tumpuan Santi, tapi niatan itu tidak dia lakukan karena dia sendiri memutuskan pasrah terhadap gadis cilik di hadapannya. 
Merasa yakin lawannya tidak bergerak memberontak, Santi melepaskan tumpuan tangannya yang tadinya digunakan untuk menahan kedua tangan Andi agar tidak banyak bergerak. Gadis manis itu secara perlahan menelungkupkan tubuhnya di atas tubuh Andi, kali ini menggunakan kedua sikunya yang diletakkan di samping kanan kiri pinggang Andi untuk menahan beban tubuhnya agar imbang. Andi hanya mengamati ulah gadis manis itu. Terasa payudara milik Santi kini menekan dadanya, nafasnya terasa begitu memburu.
Begitu posisinya dirasakan nyaman untuk melancarkan aksinya, Santi mulai bertindak. Sambil setengah terengah-engah Santi berusaha mencari-cari ujung pen|s Andi dengan menggunakan gerakan pinggulnya yang bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri. Tidak susah menemukannya. Setelah tahu dimana dan bagaimana posisi ujung pen|s Andi, Santi mulai mengoyang-goyangkan pantatnya bergerak mundur. Gadis manis itu berusaha menepatkan liang vag|nanya tepat di ujung pen|s Andi. 
Setelah yakin dengan ancer-ancer batang pen|s Andi, dengan perlahan-lahan digerakkannya pantat Santi hingga selangkangannya tepat menyentuh kepala pen|s Andi. Andi tidak banyak melakukan gerakan sehingga membuat Santi merasa lebih mudah mendorong-dorongkan liang selangkangannya tepat mengenai ujung pen|s Andi.
Sedikit demi sedikit usaha Santi agaknya mendapat hasil. Gadis muda yang tengah dikuasai rasa penasaran yang amat tinggi itu mulai dapat merasakan liang kewanitaannya mulai tersentuh ujung pen|s Andi dengan tepat. Ketegangan pen|s Andi yang begitu keras itu sangat membantu Santi untuk menepatkan kemaluannya sendiri. Begitu ujung pen|s Andi sudah menempel di tengah liang vag|na Santi, pinggul Santi bergerak-gerak menekan, berusaha menancapkan diri di batang pen|s Andi.
Sedikit demi sedikit usaha Santi membuahkan hasil. Awalnya masih terasa sangat nikmat bagaimana ujung pen|s Andi sedikit membelesak masuk ke dalam tubuh Santi. Semakin lama sensasinya nikmatnya bercampur dengan nyeri-nyeri enak, karena pen|s Andi tampaknya bisa dibilang lumayan besar dan panjang. vag|na Santi tentunya membutuhkan waktu untuk beradaptasi menampung kepala pen|s Andi agar bisa masuk.
“Oh..uh.. oh..” desahan nafas pendek-pendek Santi mengiringi tiap usahanya menekan-nekan ujung pen|s Andi agar bisa segera masuk di liang vag|nanya.
Lama-lama Andi sendiri tidak kuat juga menahan birahinya sendiri. Sedikit demi sedikit pinggulnya juga ikut bergerak-gerak berlawanan dengan arah tekanan pinggul Santi. Akibatnya malah membuat Santi mengerang-ngerang seperti kesakitan.
“Apakah terasa sakit?” tanya Andi untuk memastikan.
“engga… enakh kugh.. mass.. euhng..” jawab Santi lirih seraya tetap mengerang-erang.
Melihat bibir Santi yang setengah menganga karena mengerang lirih, Andi gemas. Perlahan-lahan dihampiri bibir Santi, hingga…cluppph! 
Mulut Santi kini dikulum Andi. Santi menyambutnya dengan mesra seperti di film-film yang pernah dilihatnya. Lidah mereka berdua tampak saling menyambut. Bibir mereka sesekali berganti saling menjepit dan menghisap, sesekali pula dibuka untuk saling memasukkan lidahnya di rongga lawannya begitu seterusnya.
Sementara itu, lambat laun tak terasa permukaan liang vag|na Santi yang masih perawan itu mulai melonggar akibat menerima desakan-desakan kepala pen|s milik Andi berulang-ulang. Santi pun bertambah keranjingan karena selama ini masih belum terasa apa-apa selain nikmat yang amat sangat, apalagi dilumuri dengan cairan birahinya. Semakin nikmat saja pergesekan kulit kemaluan mereka.
Semakin terlena dengan aksi mereka berdua, Andi semakin larut menikmatinya. Kedua tangannya kini bergerak memeluk punggung Santi yang ramping itu sembari sesekali ikut bergerak menekan tubuh Santi agar lebih kuat terdorong kebawah. Sementara itu, pinggulnya sendiri digerakkan mengangkat ke depannya pada saat yang bersamaan.
“Ouh…!” pekik Santi pendek.
Agaknya gadis itu merasakan sesuatu yang aneh. Kali ini terasa bagai terkena duri di bagian agak dalam liang vag|nanya. Andi mengira kalau-kalau selaput dara Santi sudah mulai tersentuh kemaluannya di dalam sana. Walaupun kali ini kenikmatannya sedikit demi sedikit berganti dengan rasa pedih tampaknya Santi bukanlah seorang gadis yang mudah menyerah atau takut. Gadis itu tetap nekad berusaha memenuhi keinginan birahinya tercapai hingga rasa penasarannya terpuaskan.
Begitu rasa pedihnya semakin jelas kentara, Andi mendadak tidak tega terhadapnya. Sehingga cepat-cepat dia bermaksud menarik ujung pen|snya keluar. Tapi begitu pen|snya berhasil keluar, Santi malah kembali menancapkan liang vag|nanya di ujung pen|s Andi. Andi dibuat bingung jadinya.



Santi yang bersikukuh ingin melepaskan keperawanannya saat ini juga kembali mencoba. Andi akhirnya berpikiran masa bodoh dengan urusan nanti, yang penting Santi tidak merasa keberatan apabila dirinya sudah tidak perawan lagi di usia yang belia ini. Andi langsung berbalik mengangkat Santi kemudian diletakkannya telentang. Sesaat kemaluan mereka berdua yang sempat terlepas mendadak karena berganti posisi itu kembali disatukan oleh Andi. Santi tiba-tiba tersenyum girang. Andi membalasnya bukan dengan senyuman melainkan kuluman di mulutnya.

“Ouhhmmm uhhmmm…”
Sembari menikmati mulut Santi yang mungil dan berbibir tipis itu, pantat Andi beraksi mencoba memaju-mundurkan sekujur batang pen|snya di dalam liang kewanitaan Santi. vag|na yang begitu sempit itu memberikan kenikmatan yang luar biasa bagi Andi, sebaliknya Santi malah meringis-ringis.
Sebisa mungkin Andi bersikap lembut dan hati-hati agar Santi tidak begitu banyak merasa kesakitan. Andi mencoba memaju mundurkan batang pen|snya dengan penuh kelembutan dan kesabaran. Selain untuk mengadaptasikan vag|na Santi sendiri agar bisa menampung diameter pen|s Andi, sekaligus juga mencoba menembus selaput dara kesucian Santi. 
Berulangkali Andi mendesak-desakkan batang pen|snya, berulangkali pula Santi meringis kesakitan. Namun, lama kelamaan Andi merasakan adanya suatu perbedaan di liang vag|na Santi. Mendadak terasa seperti vag|na Santi kali ini lebih banyak mengeluarkan cairan pelicinnya. Seiring dengan hal itu, sedikit demi sedikit cengkeraman otot-otot vag|na Santi yang masih sempit itu semakin terasa hingga ke batas tengah batang pen|snya.
Santi tanpa sadar sedari tadi ternyata memeluk erat-erat tubuh Andi bahkan mencengkeramnya kuat-kuat, tapi ketika Andi sedikit menarik kembali pen|snya membuat Santi sedikit bernafas lega dan mengendorkan cengkeramannya. 
Tapi begitu kepala pen|snya hendak keluar dari liang vag|na Santi, mendadak Andi memasukkan kembali perlahan-lahan batang pen|snya, sleeppphh
Mendadak lenguhan panjang keluar dari bibir Santi, “Oouhhh….!”
Kepala gadis belia itu sontak menengadah sembari kedua matanya terpejam kuat-kuat seiring dengan lenguhannya. Otot-otot tubuhnya meregang kaku begitu merasakan suatu benda tumpul bergerak meluncur jauh ke dalam tubuhnya. 
Andi sangat menikmati setiap proses penjebolan dinding keperawanan Santi. Terasa di sekujur kemaluannya kini seperti dilumuri cairan pelicin lebih banyak lagi di vag|na Santi, sehingga Andi merasa lebih mudah memasukkan pen|snya lebih dalam lagi.
Andi merasakan adanya perbedaan jelas kali ini. vag|na Santi agaknya sudah mampu menerima 2/3 besar panjang batang pen|snya. Sehingga denyut-denyut atau remasan-remasan otot vag|na Santi terasa menjalar di sebagian besar batang pen|snya.
Andi merasakan remasan-remasan tersebut sangat kuat dan begitu nikmat. Sehingga saking nikmatnya membuat Andi jadi keranjingan memaju-mundurkan pen|snya secara perlahan. Sementara Santi tidak kuat menahan air matanya yang mendadak keluar dengan sendirinya akibat merasakan sesuatu yang perih.
Melihat gadis di hadapannya seperti menangis, Andi menghentikan gerakannya lalu bertanya dengan berbisik, 
“Apakah sakit?” tanya Andi setengah khawatir.
Santi hanya menjawab dengan sedikit anggukan kepala.
“Mau sudahan?” tawar Andi untuk mengakhirinya.
Santi tidak menjawab dan tidak menampakkan isyarat apa-apa saat Andi mengutarakan tawarannya. Gadis muda itu membatin apabila yang dilakukannya sudah kepalang tanggung, sedangkan hari sudah menjelang pagi. Karena itu antara menahan perih dan besarnya rasa penasaran selalu datang silih berganti membingungkan kepalanya.
Melihat wajah Santi yang tidak mengisyaratkan jawaban apa-apa, Andi tidak ambil pusing lama-lama, dia mengartikan diamnya Santi sebagai jawaban untuk melanjutkan permainanya. Kemudian, ditariknya sekali lagi kemaluannya yang tengah terjepit di vag|na Santi hingga tersisa ujung pen|snya saja, lalu kembali dimasukkan kuat-kuat.Sleeeppppphhh
Ternyata usaha kali ini tidak sesulit sebelumnya. Liang vag|na Santi terasa seakan-akan lebih lebar daripada sebelumnya. Hal ini diketahui setelah vag|na Santi sudah bisa menampung hampir keseluruhan batang pen|s Andi yang begitu besar dan panjang. 
“Ooouukhhh!!!” lenguhan Santi pada kali ini agak berbeda intonasinya dibandingkan sebelumnya. Begitu ia merasakan desakan pen|s Andi yang kembali datang, rasa perih di dalam vag|nanya ternyata sudah berkurang dan malah lebih banyak bercampur rasa nikmat. Maka, ia pun tanpa sadar mengeluarkan suara lenguhan dengan nada yang mengisyaratkan keenakan.
Andi sepintas melihat di vag|na Santi sudah mampu menampung lebih dari 4/5 panjang pen|s Andi, berarti yang tersisa kali ini hanya sedikit sekali. Hasilnya, betapa nikmatnya yang dirasakan oleh Andi saat sebagian besar kemaluannya sudah berhasil masuk menancap di dalam liang vag|na yang masih sangat muda itu. Santi yang masih berusia 14 tahun itu sudah memberikan keperawanannya kepada Andi yang usianya lebih dari 25 tahun.
Meskipun kali ini vag|nanya sudah dapat merasakan nikmat, akan tetapi dirinya seperti sudah kehilangan banyak tenaga. Hal itu dikarenakan pada saat sebelumnya Santi benar-benar mengerahkan banyak energinya hanya untuk menahan rasa perih yang dideritanya. Sehingga kali ini dia tampak pasif dengan menyerahkan dirinya sepenuhnya kepada Andi dalam memuaskan hasrat birahi raganya.
Andi serasa bermimpi melihat kenyataan yang dialaminya ini. Bagaimana tidak, sebelumnya dia tidak pernah berpikiran untuk menyetubuhi seorang gadis yang masih baru beranjak remaja itu. Tapi kali ini, berangkat dari niatan untuk memberikan file-file pelajaran sekolah berupa pdf dengan meminjam flashdisk milik kakak Santi yang ternyata terdapat file-file film dewasa berdurasi pendek, membuat mereka berdua menjadi terlibat di dalam pergulatan birahi.
Kembali pada Andi yang masih setengah tertegun dengan apa yang dilakukannya saat itu. Tapi, karena sudah terlanjur kepalang basah, bagaimana lagi kalau tidak menikmatinya sekalian. Andi dapat merasakan jika di batang pen|snya masih diremas-remas dengan begitu kuat oleh dinding-dinding otot kewanitaan Santi. Saking kuatnya remasan-remasan itu di sekujur pen|snya hingga dapat membuat Andi sendiri tampak kewalahan. Sangat jelas dirasakannya, jepitan vag|na Santi yang sangat kuat itu benar-benar memaksa pen|s Andi untuk segera mengeluarkan isinya. Oleh sebab itu, Andi tidak berani untuk melakukan gerakan apapun sementara waktu. Bergerak sedikit saja hanya menambah cepat datangnya puncak kepuasannya.
Andi benar-benar berada di situasi yang dilematis. Ditahan sekuat apapun hasratnya agar tidak cepat-cepat mencapai orgasme sepertinya masih kalah dibandingkan dengan remasan-remasan vag|na Santi yang sedari tadi terus menggodanya. Di dalam tubuh Santi, ia merasakan batang pen|snya bagai diurut-urut dengan menggunakan energi-energi kenikmatan yang datang terus-menerus dan bertubi-tubi. Tidak hanya itu, sempit dan licinnya liang vag|na Santi akibat dipenuhi dengan cairan kewanitaan yang bercampur dengan darah keperawanannya membuat sensasi nikmatnya begitu tinggi. Berbagai sensasi yang muncul mewarnai persepsi pikiran Andi dalam membawakan suatu keindahan. Keindahan itu tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata.
Sepertihalnya yang dialami oleh Santi. Gadis yang baru menginjak usia remaja itu mengalami sesuatu yang tak jauh indahnya seperti yang dialami oleh Andi. Meskipun pada awalnya memang sempat merasakan perih yang amat sangat saat organ pribadi Andi tengah mendalami dirinya, Santi kini merasakan sensasi-sensasi yang sukar dijelaskan dengan kata-kata. vag|nanya yang terasa penuh karena terganjal seluruhnya oleh Andi membuat gadis itu serasa di dunia lain. Betapa tidak, berbagai perasaan muncul silih berganti, membuat degub jantungnya semakin kuat memompa. Suatu perasaan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.
Keheningan di pagi buta itu terpecahkan dengan suara peraduan nafas berat dari kedua insan yang saling bertindihan. Tidak banyak yang bisa mereka perbuat kecuali hanya untuk memuaskan hasrat birahi masing-masing. Tubuhnya yang terhimpit oleh tindihan Andi memunculkan kehangatan tersendiri bagi dirinya. Peluh keringat mereka yang tengah bercampur akibat kedua tubuh yang saling menempel erat memberikan sensasi geli yang sangat nikmat bila dirasakan. Apalagi juga dirasakannya terdapat kedutan-kedutan yang berasal dari kerasnya kemaluan Andi, memaksanya harus memacu nafas yang sangat dalam sekaligus kencang. Keadaan itu masih belum apa-apa, karena keduanya masih saling terpaku dalam diam. Sama-sama tidak banyak bergerak.
Santi memberanikan diri menatap wajah Andi seakan-akan sedang bertanya mengapa tidak segera beraksi. Sedangkan Andi sendiri memang sengaja tidak banyak bergerak dulu untuk sementara waktu agar bisa meredam gejolak orgasme yang sedang diujung tanduk. Tatapan kedua mata indah Santi yang penuh tanda tanya itu kemudian dijawab oleh Andi dengan sebuah usapan lembut di wajah gadis itu. Kemudian disusul dengan gerakan bibir Andi yang tampaknya bergerak perlahan menghampiri bibir Santi dan dikulumnya bibir mungil milik Santi.
uhmmny…. Mhhh…”
Spontan Santi memejamkan kedua matanya seakan-akan tengah meresapi ciuman lelakinya itu. Seperti mendapatkan energi baru, Santi kini bisa menggerakkan kedua tangannya untuk memeluk tengkuk dan punggung Andi. Gadis itu semakin mempererat pergumulan tubuh mereka berdua.
Mendapati respon yang sedemikian rupa, Andi ternyata gelagapan sendiri. Dia tidak menyangka apabila ciumannya itu ternyata berimbas tidak kecil. Baru beberapa saat mengulum bibir Santi, segera meledaklah kemaluannya mengeluarkan segala isinya.
Serrr… serrrr….serrrrr…. 
Pertahanan Andi jebol, dia sudah tidak kuat lagi menahan geli yang semakin memuncak akibat Santi melakukan gerakan menggeliat memeluk dirinya. Usahanya yang sedari tadi menahan diri agar tidak segera orgasme, ternyata tidak berhasil hanya karena ciuman kecil di bibir Santi. Dia tidak menyangka geliatan lembut dan suara kuluman bibir Santi membuat dirinya menerima sensasi bagai disengat jutaan kenikmatan sehingga dengan mudahnya memaksa Andi mendapatkan orgasme pertamanya. Beberapa kali desiran sperma dia keluarkan ke dalam vag|na Santi. 
Sementara itu, Santi kembali sedikit dibuat terkejut. Dia masih belum mengerti apa yang sedang terjadi pada Andi. Secara tiba-tiba di dalam liang vag|nanya terasa sangat jelas sesuatu tengah menyembur hingga beberapa kali dengan semburan yang amat kuat. Sontak hawa panas dari semburan itu pun bagai menyeruak di seluruh liang vag|nanya melumuri setiap dinding vag|nanya.
Merasa lagi-lagi sudah lanjur kepalang basah, lelaki itu pun meneruskan kulumannya di mulut Santi. Dia nikmati pula saat-saat orgasmenya itu tiba. Saat pen|snya mendadak mengeluarkan seluruh sperma yang dibawanya, liang vag|na Santi spontan merespon seperti turut membantu memeras seluruh isinya hingga tetes terakhir. Perasaan itu pun membawanya seperti berada di dunia lain yang penuh dengan keindahan. Sekujur tubuhnya langsung berkelojotan untuk beberapa saat.
Seperti sebuah efek yang menjalar. vag|na Santi yang memang berubah lebih peka karena sedang terisi penuh seluruhnya oleh batang pen|s Andi yang besar dan panjang itu ternyata juga sedang menanti puncak kepuasannya di ujung tanduk. Semburan kuat cairan panas dari dalam pen|s disertai dengan kelojotan tubuhnya di atas tubuh Santi tak sengaja ikut menggesek-gesekkan kemaluan mereka yang tengah beradu, hal itu juga menambah Santi spontatn melenguhkan suara tanda puncak kepuasaannya kembali datang menghampiri dirinya. 
“Oouukhh…. Masss…” lenguh Santi memanja saat dirinya kembali menerima puncak kenikmatannya.
Selang beberapa menit setelah sama-sama meraih kepuasan birahinya, Andi masih merasakan batang pen|snya masih belum loyo meskipun sudah menyemburkan seluruh spermanya ke dalam liang kewanitaan gadis itu. Sedangkan Santi sendiri terlihat masih hanya bisa pasrah di dalam pelukannya. Wajahnya tampak dipenuhi dengan peluh keringat, kedua pipinya yang lesung itu pun sudah demikian merona, sedangkan rambutnya yang hitam itu sudah sangat lusuh dan basah, semuanya menambah kesan di mata Andi tampak sensual dan menggairahkan. Apalagi memang dasarnya si Santi itu adalah gadis yang sangat manis. Semakin senang saja Andi bisa menikmati saat-saat indah pertamanya dengan gadis belia itu. Andi sendiri mau ga mau sedikit merasa tenang apabila dia harus menerima tanggungjawab apabila Santi sampai hamil akibat perbuatan mereka kali ini. Selain memiliki wajah yang cukup cantik dan sangat manis, Santi sendiri sehari-hari dikenal sebagai seorang gadis yang penurut terhadapnya maupun kepada kedua orangtuanya. Jika memang demikian tidaklah rugi apabila di kemudian hari nasibnya harus memperistri gadis belia itu, sebaliknya Andi sangat senang. Jarang sekali dia menemui karakter seperti Santi di lingkungannya.
Kembali kepada keadaan mereka berdua yang masih saling bertumpang tindih. Merasa puncak kenikmatannya sudah berangsur-angsur berlalu, Andi masih ingin menikmati hubungan seksual mereka untuk yang kedua kalinya.
“Dik Santi… masih kuat kan?” bisik Andi bertanya dengan mesra.
“he ehm..” jawab santi dengan deheman. 
Tanpa bertanya lebih jauh, segera Andi mengambil langkah kuda-kuda bersiap-siap melanjutkan pergumulan selanjutnya. Sedangkan Santi tanpa bisa berbuat apa-apa hanya bisa pasrah.
Ditariknya sedikit pinggulnya lalu didorongnya kembali secara perlahan-lahan, Andi melakukan gerakan memompa batang pen|snya. Gerakan Andi itu langsung diiringi dengan desahan demi desahan mulut Santi. Rongga kewanitaan Santi kembali menerima sodokan demi sodokan benda tumpul. Santi kali ini merasakan adanya perubahan sensasi nikmat yang lebih dalam. Rasa perih di dalam kemaluannya sudah berlalu berganti dengan rasa nikmat yang sedikit bercampur ngilu, hal demikian ini membuatnya menjadi lebih liar dan mengerang-ngerang lebih kencang.
“Ouh… aaahhh.. ouuhh… ahhhh…”
Andi semakin bersemangat melihat lawan mainnya menjadi keranjingan dan tampak lebih menggila daripada sebelumnya. Sodokan demi sodokan pen|snya mampu membuat gadis itu menggeliat tidak karuan sampai-sampai leher jenjang nan putih milik gadis itu tampak jelas di kedua mata Andi akibat kepalanya yang dibuat menengadah. Punggung ramping gadis itu pun sampai melengkung saking keenakannya. Semakin cepat gerakan memompa Andi, semakin sering pula kepala Santi bergerak oleng ke kanan dan ke kiri bergantian. Santi tidak pernah menyangka sebelumnya apabila kenikmatan dari proses hubungan seksual berbeda jenis itu mampu membuatnya seperti orang kesurupan. Kenikmatan demi kenikmatan yang mengorek seluruh liang vag|nanya memaksanya harus bernafas putus-putus, begitu pun degub jantungnya yang semakin kencang karena menahan geli yang begitu dalam.
Saking tingginya kenikmatan yang dia rasakan, gadis itu sesekali ingin melepaskan diri dari pelukan Andi, tapi di sisi lain dia sendiri sedemikian keranjingannya tidak ingin kehilangan kenikmatan yang tengah merasuki dirinya. Begitu seterusnya yang dia rasakan. 
Sementara itu, Andi benar-benar meresapi bagaimana nikmatnya liang vag|na milik gadis yang baru menginjak usia remaja itu. Dengan kemaluannya yang sudah matang itu, liang kewanitaan Santi yang tadinya masih sempit kini berubah agak melonggar. Gesekan demi gesekan dari sodokan sekujur pen|s Andi, memaksa vag|na Santi terus mengeluarkan cairan kewanitaannya. Bahkan sudah beberapa kali Santi mendapatkan puncak kepuasannya datang. Ujung pen|s Andi yang kerap menekan-nekan kuat dan berulang-ulang di bagian terdalam liang vag|nanya membuat Santi harus gelagapan dan itulah yang membuat gadis muda itu sampai orgasme berkali-kali.
Jika didengarkan dengan seksama, bisa-bisa erangan dan lenguhan Santi terdengar sampai luar kamar mereka apalagi saat itu memang sepi-sepinya. Tapi beruntunglah, di rumah Andi tidak ada orang lagi selain dirinya. Sehingga erangan-erangan Santi dibiarkan bebas keluar mengekspresikan apa yang tengah dirasakannya.
Entah tidak terhitung, sudah menerima berapa tusukan dan desakan kali ini di dalam liang vag|na Santi. Semakin lama desakan dan tarikan pen|s Andi semakin cepat berulang-ulang mengoyak-oyak liang vag|na Santi. Lambat-laun vag|nanya Santi sendiri semakin jelas bisa merasakan apabila ketegangan pen|s Andi semakin keras. Tanda puncak kenikmatan Andi sudah semakin dekat menghampiri. Dan benar, tidak berselang lama kemudian, Andi melenguh dengan sendirinya sembari diikuti kelojotan tubuhnya sesaat setelah menyemprotkan sperma untuk yang kedua kalinya.
Setelah itu Andi pun mendadak lemas lunglai di atas tubuh Santi. Sadar jika gadis yang sedang ditindihnya itu terhitung masih kecil, Andi segera melepaskan pelukannya dan merebah di samping Santi. Tampak hembusan nafas mereka berdua masih kencang meskipun berangsur-angsur normal. Saking letihnya mereka berdua, hanya hitungan beberapa detik keduanya pun langsung kompak terlelap.
Hanya tidur selama 2 jam saja, pagi itu. Andi cepat-cepat membangunkan Santi yang masih nyenyak tidur untuk segera mandi. Karena mereka ada acara jalan-jalan bareng bersama keluarga lainnya ke pelabuhan. Untuk menghindari kecurigaan, Santi sengaja bareng Andi naik motor ke pelabuhan, tidak sama-sama naik mobil yang sudah ada. Meskipun hari itu sangat melelahkan bagi mereka berdua. Santi masih sempat-sempatnya mengakui sendiri kepada Andi kalau dia menjadi sangat suka dengan perlakuannya di malam itu. Dengan demikian Andi menjadi merasa lega dan hilanglah segala ketakutannya jika Santi trauma, yang ternyata malah ketagihan. Andi berangan-angan, tinggal menunggu waktu saja jika harus memperistri Santi mengingat usianya masih begitu muda. Untuk urusan hubungan seksual mereka itu gampang setiap malam minggu jika Santi berkunjung ke rumah neneknya, tentu tidak lupa gadis itu lebih memilih tidur di rumah Andi dengan alasan jika tidur di rumah neneknya seringkali tidak bisa nyenyak karena selalu ramai.
Dan betapa beruntungnya bagi Andi, dia berkesempatan menikmati hubungan seksual dengan seorang gadis yang masih berusia menjelang remaja yang cantik. Hubungan dengan Santi benar-benar Andi pelihara. Dia sampai mengerti secara detil bagaimana wujud perubahan tubuh Santi sejak beranjak remaja hingga sudah dewasa, sejak dari tubuh kecil hingga menjadi seksi, sejak masih berstatus sepupu hingga kini menjadi istri sah. Santi dinikahi Andi di usia ke 21.