Cari di sini, Bos

Senin, 17 September 2012

Kisah Andi


Kisah ini diinspirasi oleh pengalaman pribadi. Bagi yang mau berbagi pengalaman pribadi, silahkan PM saya. Dilarang mencopy cerita ini tanpa izin saya dan menyebut sumbernya. Selamat menikmat cerita yang dibagi beberapa seri ini.

EPISODE 1

Namaku Andi. Aku lahir, besar, dan tinggal di Bandung.

Aku selalu bersyukur kepadaNya, meski umurku baru 29 tahun tapi aku telah dikaruniai berbagai anugerah. Aku telah mapan dengan pekerjaan yg baik dan penghasilan yang memadai. Rumah yg luas di perumahan elit Alamanda dan mobil bagus keluaran terbaru menjadi salah satu bukti kemapananku.

Anugerah lain yang tak henti hentinya aku syukuri adalah isteriku yang cantik. Clara namanya. Rara, biasa dipanggil. Umurnya terpaut 8 tahun denganku, atau tepatnya 21 tahun. Mengingat saat ini ia masih menyelesaikan kuliah di sebuah PTN ternama di Bandung, kami memutuskan untuk menunda mempunyai anak sampai istriku lulus kuliah.

Awal perkenalanku dengan Rara terjadi tanpa sengaja. Januari satu setengah tahun yang lalu, saat itu aku tengah memburu buku buku kebudayaan kesukaanku di sebuah toko buku ternama di mal Paris Van Java. Entah bagaimana kejadiannya, saat aku sedang membaca sekilas buku yg mau kubeli, tas buku belanjaanku yang mulai penuh tiba tiba terjatuh.

"Aduh...!" Ternyata tas belanjaanku menimpa kaki seorang gadis.

"Aduh maaf Mbak tidak sengaja," aku terkaget dan segera minta maaf. Sejenak aku termanggu menatap sosok gadis luar biasa cantik di hadapanku. Mantanya yg sipit tapi bening tak mampu disimbunyikan di balik kacamatanya yg mungil. Rambutnya yang lurus tergerai, hidungnya yg bangir, kulitnya yang putih mulus, plus postur tubuhnya yg begitu proporsional.

"Oh ngga apa apa Mas, mungkin salahku juga tadi tidak lihat lihat," jawabnya bijak.

Setelah berbincang beberapa saat, akhirnya kuberanikan diri dgn santun utk meminta no hp nya. Syukurlah Rara memberikannya.

Sepanjang jalan pulang ingatanku tak pernah lepas dari sosok gadis yg begitu mempesona itu. Sesampai di rumah aku pun langsung meneleponnya. Setelah beberapa kali hubungan lewat telepon, aku mulai tahu bahwa kecantikannya itu menurun dari dara sunda-manado-china yang mengalir dlm tubuhnya. Ibunya sunda-manado sedangkan ayahnya keturunan Tionghoa. Rara kost di Bandung karena kedua orangtuanya tinggal di Manado.

Hubunganku dgn Rara makin akrab seiring dgn janjian kami utk bertemu kembali. Genap pada usia perkenalan kami yg menginjak bulan kedua, aku memberanikan diri utk mengungkapkan perasaanku pdnya bahwa aku jatuh cinta. Gayung bersambut, ia menerimanya.

Selama pacaran kami menjaga agar hubungan kami tidak keluar dari jalur agama yg kami yakini. Aku hanya pernah mengesun pipinya, tdk lebih.

Aku sampaikan pdanya bahwa aku serius dgn hubunganku padanya. Aku tdk mau berlama lama pacaran. Genap di bulan ke 6, akhirnya kami melangsungkan pernikahan. Meskipun awalnya orangtuanya agak berat krn Rara masih kuliah, namun akhirnya mereka merestui setelah melihat keseriusanku, terlebih aku telah mapan.

Sampai akhirnya, malam pertama tiba di sebuah hotel menawan di kawasan Dago.

"Ra.."
"Iya A.." Setelah perkenalanku dulu, Rara memanggilku Aa tidak lagi Mas karena aku dari bandung.

"Aa senang sekali krn kini kita jd suami istri. Kita hrs jaga sama sama agar kita tidak pernah terpisah sampai kakek nenek.."

"Iya Aa sayang..." Sebelum Rara melanjutkan perkataannya, kututup matanya lembut dgn jariku. Lalu bibirku tak tahan lagi utk segera melumat bibirnya. Bibirnya terasa begitu hangat dan kenyal.

"Aahhh.." Rara mulai mengerang. Itulah ciuman pertama kami. Lalu mulai kumainkan lindahku bertemu dengan lidahnya. Kadang sedikit kugigit bibirnya. Ciuman kami bertambah liar. Rara pun mulai melakukan hal yang sama.

Pada saat yg sama tanganku mulai mengarah ke arah dadanya. Dari luar baju aku mulai meraba payudaranya. Kuelus dgn lembut. Meski dalamnya masih pakai bra tapi kurasakan pasti payudaranya yg seukuran mangkuk itu masih begitu kenyal tanda blm pernah diraba.

"Ahhh..." Rara kembali mengerang. Kont*lku yang dari tadi mulai berdiri di balik celana semakin mengeras.

"Bole aa buka bajunya sayang?"
"Iya Aa.."

Akupun mulai melepas bajunya. Kini atasannya tinggal tersisa bra. Luar biasa, tubuh istriku begitu putih mulus. Aku sudah benar benar tak tahan. Langsung kulucuti saja branya.

Dlm posisi duduk di pinggir ranjang, kulihat dua gunung payudara yg begitu indah. Pentilnya yang kecil memerah membuatku tak tahan utk melumatnya. Sungguh luar biasa. Kujilati pentinya. Sementara tanganku yang kiri memijit mijit payudara kirinya, benar benar kenyal. Tangan Rara dengan erat mencengkeram kepalaku tanda ia semakin terbuai kenikmatan yang menjalari seluruh tubuhnya.

Aku pun semakin tak tahan. Kubimbing tangan kanan Rara utk membuka resleting celanaku. Lalu tersembullah kont*lku yang sudah berdiri keras. Rara mulai mengelus dan mengocok, sungguh nikmat tiada tara. Aku melayang seakang dibawa ke langit ketujuh.

"Ra, bole kont*lnya diemut?"
"Iya sayang.." Rara lalu menekuk kaki di depanku dan mulai mengulum batang kemaluanku.

"Ahhhhh... Enak banget sayang..." Rintihku pelan tertahan.

Rara semakin ganas mengulum dan menjilat kont*lku. Tangankupun tak mau diam sambil meremas kedua payudaranya yng sungguh kenyal.

Akupun semakin tak tahan. Lalu aku segera melucuti seluruh pakaianku. Aku bugil. Dan kubimbing Rara untuk rebah di kasur. Kubuka celana dan cd nya. Untuk pertama kalinya kulihat mem*knya.

Ya Tuhan, indah sekali mem*knya. Bentuknya yang mungil, ditumbuhi bulu bulu halus yg belum begitu banyak.

Segera saja aku rebah di depan mem*knya dan mulai kujilati. Kubuka kedua kakinya, lalu kujulurkan lidahku utk mencari iti*nya. Dan sembulan daging kecil itu pun kutemukan.

"Aahhh... Geli bgt sayang.." Rintih Rara. Mem*knya makin membasa tanda ia makin terangsang. Begitupun aku yang sudah tak tahan.

"Sekarang ya sayang kumasukkan kont*lku?" Pintaku.
"Iya A.."

Tanpa basa basi lagi aku segera menyerang mem*k Rara dengan kont*lku yang sudah mengeras sekeras baja... Blesss....

"Ahhh.. Pelan pelan sayang.."

Rara sepertinya sedikit ngilu karena untuk pertama kalinya mem*knya dimasukin kont*l. Aku mulai memompa kont*lku keluar masuk secara perlahan, dan Rara mulai menikmati. Rasa ngilu itu hilang diganti kenikmatan yang tak terbandingkan. Dinding dinding vagina Rara mulai memilin milin kont*lku menimbulkan efek kenikmatan yang luar biasa.

"Aku sudah ga tahan sayang.." Bisik Rara.
"Aa juga..." Ujarku dengan nafas memburu.

Dan cairan kenikmatan itu makin terdesak ke ujung batang kemaluanku. Mengingat saat itu Rara sedang masa subur sementara kami berkomitmen untuk jangan dulu punya anak, maka segera kutarik kont*lku dan crotttt.... Crottt... Air mani yg begitu banyak tumpah di payudara Rara.

Pada saat yg sama cairan vagina membanjiri kemaluan Rara tanda ia juga mengalami orgasme.

Setelah membersihkan air pejuh, kamipun saling berpelukan. Sedikit bercak darah tergambar di kasur tanda keperawanan Rara kureguk dengan indah malam itu. Malam itu kami terus bercinta hingga 3 kali dlm berbagai posisi.

****


Lima bulan lepas dari pernikahanku, hubungan dengan Rara semakin harnonis saja. Apalagi dia juga memiliki libido yang tinggi. Hampir tiap hari kami berhubungan badan. Kalau sedang masa subur kutumpahkan air maniku di luar atau pake kondom, sedangkan kalau sdg tidak masa subur kusemprotkan air maniku di dalam vaginanya.

Hampir semua tempat di rumahku sudah pernah dijadikan tenpat bercinta. Kalau tempatnya di luar kamar, kami pastikan dulu pembantu kami, Sari, gadis manis berusia 16 tahun asal Tasik itu sudah tidur atau sedang di luar rumah. Tak hanya di ruang tamu atau dapur, kami pun sering bercinta di taman belakang dgn berbagai posisi, kadang sambil berdiri atau duduk di sofa.

Sampai kemudian Rara mengutarakan maksudnya bahwa dua adik perempuannya yg ada di Manado sebentar lagi akan masuk SMP dan SMA. Icha umur 12 tahun dan Cinta umur 15 tahun. Rara menuturkan niat baiknya utk membantu orangtua agar kedua adiknya itu melanjutkan sekolah di Bandung dan tinggal di rumah kami serta seluruh biaya hidupnya termasuk sekolah kami tanggung.

Akupun tdk keberatan. Membantu orangtua tentu hal mulia. Terlebih aku anak tunggal dan cukup mampu utk melakukan itu.

Sebulan kemudian Icha dan Cinta datang. Mereka gadis remaja yg tak kalah cantik dari kakaknya. Sesuai umurnya Icha masih kecil sedangkan Cinta badannya mulai tumbuh.

Akupun menyekolahkan mereka ke sekolah sekolah terbaik di kota Bandung. Hingga kini kami tumbuh menjadi keluarga yg indah. Meski mereka adik ipar, aku sangat sayang pada mereka.

"Udah pulang Cha?" Tanyaku siang itu. Kulihat icha di ruang tengah sedang nonton tv dgn masih pakai pakaian seragam.

"Udah Kak, kok kakak udah pulang kerja?"
"Iya sudah beberapa hari ini kakak lembur terus jd hari ini kaka pulang cepet pengen istirahat. Sari ke mana?
"Sedang belanja kak disuruh kak Rara. Kak Rara sendiri sedang kuliah sampai sore.

Lalu kuhampiri Icha duduk di sofa ruang tengah. Deg!! Tiba tiba jantungku berdegup kencang ketika kulihat paha mulus Icha di sampingku. Icha sepertinya tak sadar rok SMP nya tersingkap sampai 10 cm di atas lutut. Kulitnya putih mulus seperti kakanya.

"Tuhan jgn biarkan aku berpikir macam macam, dia adikku, dia jg msh sangat kecil" ucapku dlm hati. Namun mata ini tak mampu kutahan terlebih dari sela sela kancing bajunya akupun meliahat sekilas atasan payudara dari balik bra nya. Kubayangkan bayudaranya baru tumbuh, masih kecik, seukuran kepalan tangan. Tanpa dikomando, kont*lku di balik celana mulai mengeras.

"Kenapa kak kok kaya ngelamun?" Tanya Icha membuyarkan khayalanku.
"Ah nggak, cape aja" sergahku.

Akupun segera bergegas ke dalam kamar dan kuputuskan utk masturbasi sambil membayangkan mem*k Icha yg kuyakin masih sangat kecil dan imut.

***
Sejak saat itu aku jadi merasa bersalah karena telah berpikir sesuatu yg seharusnya tak boleh kupikirkan. Apalagi aku ingat Rara yg begitu baik dan tak ada cacat sedikitpun di mataku. Namun pikiran nakal itu tak sepenuhnya dapat kulepaskan. Aku suka berkhayal bagaimana bercinta dengan gadis mungil cantik berumur 12 tahun yg dia adalah adik iparku sendiri.

Dan kesempatan itu datang tanpa diduga. Rara istriku pamit 3 hari akan kuliah lapangan ke pangandaran. Otakku sontak berpikir macam macam.
Hari pertama istriku kuliah lapangan, aku mulai makin mengakrabkan diri dgn icha. Kami ngobrol macam macam termasuk masalah masalah pribadinya. Kubilang padanya agar jangan dulu pacaran, fokus pada sekolah dulu. Icha pun mengiyakan sambil bilang dia sayang padaku dan berterima kasih karena telah membiayai hidup dan sekolahnya dgn penuh kasih sayang.

Hari kedua aku sengaja tidak masuk kantor. Alasan ke kantor ga masalah karena ku sudah menduduki posisi yg cukup tinggi hingga dgn mudah dpt mengatur waktuku.

Hari itu Cinta akan pulang sore karena harus les dulu. Sari pembantuku agak siangan kusuruh belanja berbagai kebutuhan hingga sore. Sementara Icha seperti biasa sekolah hingga siang.

Aku sendiri tinggal di rumah. Ketika Icha bertanya kubilang aku sedang kurang enak badan hingga ga ke kantor.

Sambil menunggu Icha pulang sekolah, aku terus memikirkan dirinya. Aku msh terbayang pahanya yg putih mulus dan payudaranya yg kubayangkan masih sangat kecil. Tanpa sadar tanganku kembali meraih kont*lku dan mengocoknya hingga air pejuhku keluar cukup banyak. Lalu aku pun tiduran di sofa ruang tengah sampai tertidur.

"Kak, bangun.. Ada tamu," dgn lembut Icha membangunkanku. Rupanya dia udh pulang.

"Oh icha. Kakak ketiduran nih abis lemes. Tamu siapa?"
"Gatau kak." Setelah kudatangi ternyata tamunya adalah suruhan pak RT utk minta sumbangan. Setelah aku berikan uang secukupnya ia pun pergi.

Aku pun kembali ke ruang tengah. Kulihat Icha sedang membuka sepatu di sofa, dan degggg...! Hatiku langsung berdegup kencang ketika tanpa sengaja kaki icha agak mengangkang, roknya agak tersingap. Dan yg membuatku tercengang dari kejauhan aku melihat sekilas CD nya warna merah menyala. Aku segera merapikan celanaku, takut burungku yg mulai bangun kelihatan membesar.

Aku segera bergegas duduk di samping icha. Aku pun berbincang sejenak ttg aktivitas sekolahnya hari ini.

"Katanya kakak ga enak badan? Udah baikan? Udah makan obat?"
"Ga makan obat cha, kakak cuma pegel pegel kecapean, udah baikan kok"
"Syukurlah kak. Mau icha pijitin biar agak enakan?"

Wah, kesempatan, pikirku. "Boleh cha klo icha ga keberatan."

Segera saja icha naik ke atas sofa di belakangku. Ia mulai memijit pundakku. Tanpa sengaja payudara yg masih mungil itu menggesek gesek punggunggu. Sambil memejamkan mata aku menikmati sensasi yg luar biasa itu. Aku sudah benar benar tak ingat bahwa dia adalah adik iparku sendiri.

Dan aku makin tak tahan.

"Cha.." Ujarku sambil memegang tangannya yg sedang memijit. Kutarik sedikit dan kini kami sudah berhadapan di ata sofa.

"Ada apa kak?"
"Bole kakak jujur ga? Biarpun masih kecil, kamu ini cantik sekali.. Ga kalah sama kakakmu. Kakak sayang sekali sama kamu."
"Ah kakak bisa aja. Icha jg sayang bgt ama kakak. Emang bener icha cantik?" Ujarnya dgn muka memerah.


"Bener cha, kmu cantik banget.. Kalau icha sayang kakak, boleh ga ngesun kamu tanda sayang," ujarku dengan tetep memegang kedua tangannya.

"Ah kakak, icha malu kali kak, icha kan ga pernah kaya gitu."
"Ga usah malu cha, kan ga ada orang."
"Mhmmm iya deh kak..."

Tanpa menunggu lama aku segera mengesun pipinya. Aku semakin diliputi nafsu birahi yg luar biasa. Akal sehatku sudah hilang entah ke mana. Aku tak tahan untuk menggeser bibirku dari pipi ke bibirnya. Dan mulai kujilat bibirnya yg kecil tipis dgn lidahku. Rasanya sungguh nikmat tiada tara.

"Kak apa ini kak, kok sampai bibir? Icha malu..." Tanya icha mencoba menghentikan ciuman.
"Ga papa sayang ga usah malu. Tutup aja mata icha dan nikmati apa yang terjadi".

Aku kembali melumat bibirnya yang kecil ranum. Kali ini icha mulai memberikan reaksi. Ia mulai menyedot bibirku. Aku segera menimpali dengan menjulurkan lidah dan ia pun membalasnya. Lidah kami salih beradu.

"Shhhh...." Icha mulai merasakan sensasi dari ciuman kami.

Aku bimbing tangannya utk memeluk pinggangku dan kupeluk pula pinggangnya hingga kami berciuman sambil berpelukan.

Birahiku makin menjadi jadi. Gadis kecil ini telah mengubahku menjadi singa yang lapar. Aku mulai ga tahan untuk membuka kancing baju seragamnya. Dan ternyata icha ga berontak. Kulepaskan bajunya. Kulepas branya. Pemandangan yg sungguh indah kini terhidang di depan mataku. Sepasang payudara kecil yang baru tumbuh dgn puting kecilnya yg coklat memerah. Segera saja kujilati.

"Aahhh.. Geli kak..." Icha makin terbuai dgn sensasi yg kuberikan.

Sejenak kubuka saja seluruh pakaianku, senjataku yang sudah keras langsung mendongak ke atas. Icha terlihat sedikit kaget. Mungkin baru kali ini ia melihat kemaluan laki laki yg sedang ereksi. Entah terinspirasi oleh aksiku saat mengulum putingnya, dan ia merasakan itu sungguh nikmat, tiba ia mendekati dadaku dan mulai menjilat putingku. Sungguh kenikmatan yg tiaada tara.

"Terus sayang... Enak sekali..." Ujarku sambil mengerang. Sembari itu aku mulai mengarahkan tangn mungil icha utk mulai mengelus dan mengocok kont*lku. Kenikmatan itu makin menjadi jadi.

Segera kurebahkan icha di atas sofa. Dan kulucuti rok seragamnya. CD merah menyala itu kini di hadapanku dan kini mulai kubuka.

Kini aku menikmati pemandangan yg sungguh langka. Mem*k yg msh kecil yg belum ditumbuhi bulu sedikitpun.

Sejenak akal sehatku menyergap. Aku tak tega memasukkan kont*lku yg besar ini ke dlm mem*k yg masih kecil itu. Takut tdk masuk atau menimbulkan sakit.

"Kenapa kak kok jadi melamun?"
"Mhmmm ngga cha. Kakak ingin masukin kont*l kakak ke mem*k kamu tapi ga tega takit kamu sakit.."
"Ga pp kak. Icha sayang kakak.. Lakukan kak.." Sebuah jawaban tak terduga keluar dari mulut icha.

Akan sehat yg sempat singgah itu seketika sirna. Aku mulai mengarahkan batang kejantananku ke vaginanya. Saat kepala kont*lku menyentuh bibir vaginanya, kurasakan vaginanya sudah sangat basah, tanda Icha sudah begitu terangsang.

Lalu kumasukkan kont*lku dgn perlahan dan slebbb...
"Ahhh.... Teruskan kak..." Rintih icha semakin tak bisa menahan diri.

Meskipun terasa begitu sempit akhirnya aku bisa memasukkan seluruh kont*lku dengan sempurna. Setelah itu aku semakin memacu memompa kont*lku dengan cepat. Keringat mengucur deras.

Setelah beberapa lama, "kak icha pengen pipis..." Rupanya icha sudah mau puncak orgasme. Begitu pula aku. Dan benar saja icha sudah pada puncak orgasme. Dinding vaginanya berdenyut denyut keras, air vaginanya membanjir. Aku pun segera menarik kont*lku dan menumpahkan air pejuh di payudaranya. Kulihat sekilas di kont*lku ada sedikit bercak darah tanda malam itu aku merenggut kegadisan adik iparku sendiri yg masih berusia 12 tahun.

Kami saling berpelukan sambil aku merenung terjerat kenikmatan sekaligus rasa bersalah karena telah memerawani icha.

"Kak jangan menyesal. Icha ga sedih kok. Icha malah senang sudah menyenangkan kakak dan ini juga pengalaman paling indah buat icha....." Sepertinya icha membaca pikiranku. Kami pun berpelukan semakin erat.

Waktu semakin sore. Kami pun segera membereskan ruang tengah agar tdk ada yg curiga. Lalu kami mandi bareng dengan syahdu. Tak lupa di kamar mandi kami sempat bercinta cepat sambil berdiri. Sungguh pengalaman yg sangat indah.

Kamipun kembali ke ruang tamu. Tak lama kemudian Cinta datang sambil menolek ke adiknya.

"Wah cha keliatannya cerah sekali. Abis dapet hadiah ya dari kak andy?"
"Iya dong!"
"Hadiahnya apa tuh?
"Ada deh... Pokoknya special..."
"Uhhh pelit ga ngasi tau.." Ujar cinta sambil pergi ke kamarnya. Dari belakang kulihat jelas bentuk pinggul Cinta yg begitu indah.

Tak lama berselang, Sari datang dengan barang belanjaannya yg begitu banyak. Aku ikut membantunya. Saat membantu aku tak henti memandang Sari. Semakin kulihat, aku semakin menyadari bahwa Sari terbilang cantik. Walaupun kulitnya tak seputih Rara, Icha, atau Cinta, tetapi kulit Sari juga mulus. Hidungnya mancung, matanya besar bening. Dan yang paling bikin penasaran adalah payudaranya yg besar. Entah ukurannya berapa, yg pasti cukup untuk menjepit kont*lku hingga keluar.


****
Malamnya aku melamun. Setelah petualanganku dgn Icha aku jd terinspirasi utk melakukan hal serupa dgn Sari dan Cinta. Namun tinggal sehari besok aku tanpa isteriku. Bagaimana caranya bisa bercinta dgn dua orang dlm satu hari? Itupun belum tentu mereka mau. Lalu aku berpikir, mengapa malam ini aku tdk mencoba Cinta, dan besok Sari.

Malam itu sudah pukul 21.00. Lalu aku mencoba sms Cinta.
"Sudah tidur cin?"
"Belum kak lagi ngerjain PR matematik, susah bgt nih. Kakak mau bantu?"
"Ok. Kakak ke situ ya?"
"Ok kak."

Saat berharap, kesempatan itu datang. Barangkali itu kalimat yang cocok untuk disebutkan. Segera aku bergegas ke kamar Cinta. Ia sedang khusus di meja belajarnya, kuhampiri dia. Akupun berdiri di sampingnya.

Cinta memakai celana pendek biru dan kaos putih dengan bagian bagian leher yang cukup lebar. Otomatis belahan dadanya yang putih indah terlihat dari atas karena aku berdiri. Namun sebelum aku sempat menikmati lebih jauh, Cinta keburu memberondongku dengan berbagai pertanyaan tentang PR Matematikanya. Beruntung aku jago ilmu yang satu ini. Ternyata benar, matematika itu benar-benar bermanfaat, salah satunya untuk merayu adik iparku ini.

Setelah selesai buka bimbel dadakan, kata kata nakal tak mampu kutahan lagi.
“Cin, indah sekali....”
“Apa yang indah kak?”
“Belahan dadamu.....”
“Ih Kakak nakal.....”
“Biarin... kamu juga nakal....”
“Apanya Cinta yang nakal?” 
“Mhmmm.... jujur aja deh, kamu udah pernah bercinta kan?” Aku berkata sekenanya. Tapi sejujurnya feelingku mengatakan memang Cinta sudah tidak perawan lagi.

Dikatakan demikian, Cinta terlihat kaget. Dia diam sejenak.
“Mhmm... kok kakak tahu?” akhirnya dia menjawab.
“Feeling kakak kuat Cin. Kalau boleh kakak tahu dengan siapa kamu pernah melakukan itu?”
“Tapi cinta mohon kakak jangan katakan sama Kak Rara yah. Cinta melakukannya dengan pacar cinta.. hanya satu orang itu kak, tidak kurang tidak lebih...”

“oh gitu yah.. tenang aja kakak ga akan bilang sama Rara. Tapi boleh tidak kakak minta satu permintaan padamu Cin?”
“Permintaan apa kak?”
“Boleh ga kakak minta bercinta dengan kamu?”

Cinta kembali terkaget.
“Kakakku sayang, bukannya Cinta ga mau tapi kakak kan udah punya Kak Rara. Lagian saat ini Cinta nggak tega ntar malah mikirin pacar Cinta. Jadi untuk sekarang tidak ya kak, entah kalau nanti... Tapi kalau kakak ingin sesuatu yang tak terlupakan dari Cinta, Cinta punya sesuatu yang spesial untuk kakak...”
“Apa tuh Cin?”
“Cinta emutin barangnya kakak sampai keluar...”

Nggak ada rotan, akar pun jadi. Aku tak bisa menjawab, hanya tersenyum.
Tanpa dikomando, Cinta langsung menarik tanganku dan menundukkanku di kursi. Ia sendiri segera berlutut di depanku dan membuka resleting celanaku. Ia buka celana dan celana dalamku hingga lutut. Aku yang sedari tadi sudah berfantasi bersetubuh dengan adikku, jelas saja ketika celanaku dibuka senjatahu langsung tegak berdiri. Cinta segera menyentuhnya dengan lembut dan mengulumnya.

“Duh enak Cin....” erangku. Cinta hanya melihatku sambil tersenyum dan terus melanjutkan aksinya. Aku benar-benar dibuat melayang.

“Cin, kakak penasaran dengan payudaramu... Boleh kakak menyentuhnya?” pintaku dengan menghiba. 
“Iya kak, tapi jangan minta lebih ya..”

Tanpa menjawab apapun tanganku segera menyelusuh ke dalam kaosnya dan mencari-cari puncak keindahan payudara bernama pentil. Ah benar saja, pentil Cinta juga masih kecil, dikelilingi payudara yang kenyal. Ingin aku segera mengulumnya, tapi aku tak berani takut Cinta merasa tersinggung. Lagi pula aku tidak mau melakukan hal, selama yang kuajak itu tidak menyukai atau menikmatinya. Bukankah kenikmatan sempurna itu terjadi kedua-duanya merasakan kenikmatan serupa?

Di saat aku sedang mereguk kenikmatan yang diberikan Cinta, tanpa kami sadari pintu kamar Cinta sedikit terbuka. Dan saat itu Sari yang baru beres-beres di dapur menuju ke peraduannya, melintasi kamar Cinta. Tanpa sengaja ia melihat apa yang sedang kami lakukan. Sejenak Sari terlihat begitu kaget.


“Ya Tuhan, apa yang sedang dilakukan Pak Andi dan Neng Cinta?” pikirnya. Sari lantas menjadi gemetar terjebak antara rasa kaget dan gairah yang dimunculkan dari adegan yang tersaji di depan matanya. Dan tanpa ia sadari, gelas yang tengah ia pegang terjatuh. Beruntung gelas itu terbuat dari sejenis kaca yang sangat kuat kuat hingga tidak sampai jatuh.

Glentrangggg...............
Aku yang tengah terbuai nikmat langsung terperanjat.
“Siapa tuh?” ucapku.
“Maaf Pak ini Sari.. Maaf Pak Sari tidak sengaja lewat..” Kulihat Sari dibalik pintu dengan tubuh gemetar dan muka pucat.

“Sudah gak apa-apa, kamu jangan takut Sar. Sudah deh masuk saja,” ucapku. Cinta yang dari tadi sedang melakukan aksinya berhenti sejenak. Ia juga terihat kaget, tak menyangka aksi kepada kakaknya bakal terlihat orang lain.

“Apa yang terpikirkan di benakmu Sar saat meliat tadi? Jawab jujur sar, aku ga akan marah.”
“Mhmm.... maaf Pak, maaf sari pak...”
“Iya aku maafkan. Asal kamu jangan bilang apapun ke istriku ya.”
“Iya pak, sari janji gak akan bilang-bilang ke siapapun.”
“ok makasih sar. Terus apa yang kamu pikirkan tadi?”
“Mhmmm... terus terang saja sari kaget pak, bukannya yang tadi itu harusnya dilakukan dengan Bu Rara, tapi ini dengan neng Cinta. Tapi sari juga penasaran....” ungkapnya jujur.
“Penasaran kenapa Sar?”
“penasaran akhirnya seperti apa....”
“Memang sari belum pernah melakukan yang seperti ini?”
“Belum...” jawabnya singkat.

“kalau aku meminta melakukan itu dengan sari boleh nggak?” pintaku, segera saja ke tujuan, kadung sudah ketahuan. Sari terlihat kaget dan sejenak termenung. Aku tahu, permintaan yang tidak memaksa itu bukanlah sesuatu yang tidak sopan bagi Sari. Aku merasa, aku sudah sangat baik kepada Sari. Aku sering memberinya uang karena dia sudah bekerja sangat baik di rumahku. Akupun tidak pernah memposisikan dia sebagai pembantu karena sudah kuanggak saudaraku sendiri. Kuyakin dengan pasti, kebaikanku itu dirasakan dengan baik pula oleh sari.

“Sari tidak tahu bagaimana Pak... tapi sari akan melakukan apa yang bisa membuat bahagia.. Bapak sudah baik sekali sama Sari.”
“makasih banyak sari... boleh dibuka bajumu sekarang? Tapi tolong pintu kamarnya ditutup dulu dan dikunci...” pintaku.

“kak, aku lanjutin yah...” sementara itu Cinta meminta melanjutan aksinya. Aku mengangguk sambil tersenyum. Cinta segera melanjutkan aksinya. kont*lku yang tadi sempat sedikit mengkerut kini tegak kembali. Sementara itu Sari kembali ke arahku dan mulai melucuti pakaiannya. Tanpa kuduga sari langsung melucuti seluruh pakaiannya hingga bugil. Dan ternyata benar, meskipun kulit sari tidak seputih Rara, Cinta, atau Icha tapi tubuhnya benar-benar mulus. Mulus alami... susunya yang bikin penasaran kini tersaji dihadapanku. Benar-benar berukuran jumbo. Aku segera memanggil sari untuk berdiri di sampingku dan langsung kuemut payudaranya. Sementara tanganku yang kiri menjelajahi susu sari yang sebelahnya dengan lembut..

Nafas sari seperti tertahan, ia mulai dirasuki kenikmatan.
“Shhhhhhh.............” desahnya. Tangannya mulai mencengram kepalaku.

Akupun tak tahan untuk segera melumat bibirnya. Kutarik sari agak membungkuk karena aku posisi duduk. Dan langsung saja kulumat bibirnya. Sementara Cinta terus saja mengulum kont*lku tanpa lelah. Dua kenikmatan yang membuatku kelojotan tak tentu arah..

Kini satu-satunya yang belum kulakukan adalah menyerah lubang kenikmatan sari dengan rudalku. Aku meminta izin pada Cinta untuk melakukan itu, dan iya mengangguk sambil tersenyum. Segera aku berdiri dan gantian Sari yang duduk di kursi. Belahan mem*knya kini terlihat jelas karena kakinya dibuat mengangkang. Langsung saja kuserang dengan senjataku. Sementara Cinta kini dalam posisi berdiri dan melumat bibirku.

“sakit pak...” erang sari.
“sebentar sayang... aku pelan-pelan, nanti juga enak....” dengan perlahan aku masukkan kont*lku ke dalam mem*k sari. Sementara Cinta sekarang mengulum pentil dadaku.

“iya pak enak pak... terus pak....” sari rupanya mulai merasakan sisi kenikmatan. Kini aku tak ragu untuk menggenjot kont*lku lebih kencang.

“aduh pak.... aduhh.... ahhhhhhhhhhhhhhhhhh............” rupanya Sari orgasme duluan. Dan akupun semakin tak tahan. Segera kucabut batang kemaluanku. Sari dan Cinta pun kusuruh berlutut didepanku. Dan cotttttt.... cort......... air pejuhku yang begitu banyak melumuri muka Cinta dan Sari. Aku pun merasakan kenikmatan luar biasa yang akhirnya berimbas pada rasa lemas yang luar biasa. Sekilas kulihat bercak darah di kursi belajar Cinta. Sari benar benar masih perawan. Setelah Icha adik iparku, kini kurenggut pula kegadisan Sari pembantuku.

Kami bertiga saling berpelukan. Sementara pikiranku melayang, apa yang akan terjadi besok, sehari sebelum istriku pulang, sementara seluruh isi rumahku, Icha, Sari, dan Cinta telah kureguki kenikmaaannya, meskipun Cinta belum sampai pada bersetubuh karena ia belum sampai hati pada pacarnya.


Hari ini hari Sabtu. Pagi yang indah sekaligus menyenangkan karena sabtu artinya aku libur kerja. Sedangkan kedua adik iparku Icha dan Rara tetap sekolah. Kini di rumahku hanya tinggal Sari. Mungkin ia tengah sibuk di dapur.

Besok Minggu, istriku yang cantik Rara bakal pulang ke rumah. Meski dalam dua hari ini aku telah melakukan petualangan seks dengan adik iparku Icha dan Cinta serta pembantuku Sari, namun itu tidak menghapus kerinduanku pada istriku. Justru, entah mengapa, semua kejadian itu membuatku malah semakin membuatku menggebu-gebu bertemu dengan isteriku.

Karena sudah tak tahan dengan rasa rindu segera aku ambil hp ku dan kutelepon isteriku.
"Hal sayang... apa kabar aku kangen banget nih.... gimana kuliah lapangannya lancar? besok jadi kan pulang?"
"Waduh suamiku sayang... ampe bertubi tubi nih pertanyaannya. Iya sayang, aku juga kangen banget.... kuliah lapangannya lancar... iya dong besok pulang... udah ga tahan nih...."
"hayo nggak tahan apa....?" tanyaku menggoda.
"ngga tahan pengen segera melahap kont*lmu sayang..."
"hehehe.... aku juga sama pengen segera menghujam mem*kmu..." ucapku segera.

"oh ya sayang... aku lupa, hari ini mamahku mau dateng dari Mando, beliau ada urusan dengan Tante Shanti sekalian mau ke klinik kecantikan langganannya di Bandung," ucap Rara. Tante Shati adalah adik ibunya Rara alias mertuaku, Mamah Dina.
"Oh gitu.. ya sudah aku di rumah kok hari ini, nanti aku suruh Sari untuk menyiapkan makanan buat mamah."
"Ok sayang, aku sudah bilang ke mamah, aku baru pulang besok. Tapi kamu ga usah cape jemput kok, mamah pake travel dari Cengkareng langsung dianter ke rumah," ucap Rara.
"Ok sayang. Ya udah cepet pulang yah.... aku kangeeennnnn banget...... hati-hati di pangandaran dan besok waktu pulang... muachhhhhh...."
"Muachhhhhhh.........." jawab Rara.

Selepas menelepon, sejenak pikiranku dirasuki rasa bersalah. Dalam dua hari ini aku telah menghianati kepercayaan istriku, ia yang begitu menyayangiku. Sungguh, aku juga sangat mencintainya. Tapi alih-alih aku berniat menghentikan petualanganku, pikiranku justru berimajinasi semakin liar. Bagaimana jika aku mampu mereguk kenikmatan vagina yang lebih mungil dari Icha? Bagaimana jika aku mampu mereguk kenikmatan vagina vagina lainnya yang tentunya akan berbeda bentuk dan kenikmatannya? Bagaimana jika......

“Kring..... kring........” lamunanku buyar saat bel rumahku berbunyi. Aku segera bergegas ke ruang depan untuk membuka pintu. 
“Halo Andi, apa kabar?”
“Eh mamah, silahkan masuk mam. Udah dikasih tau Rara kan, rara baru datang besok?”
“Iya An, mamah udah tau kok.”

Ternyata yang datang mertuaku, Mamah Dina. Hari itu mamah tampil begitu cantik dengan balutan baju casual. Bawahannya kuning selutut, sedangkan atasannya kaos casual warna putih. Kaos putih yang agak transparan menyebabkan bra di dalamnya selintas membayang terlihat.

Meskipun usianya mencapai hampir 39 tahun, tapi mertuaku ini masih tetap cantik. Paduan sunda-manado memang luar biasa. Kulitnya putih mulus seperti anak-anaknya. Rambutnya sengaja dipotong sepundak sehingga terkesan segar. Toketnya terlihat berukuran sedang, tapi aku belum bisa memastikan apakah masih cukup kenyal atau tidak, tapi dari luar bentuknya tetap indah.

“An, mamah laper nih belum makan. Ada makanan kan?”
“ada dong mam, udah disiapin spesial tuh ama sari. Andi juga kebetulan belum makan juga, kita makan bareng ya mam”
“hayu..” ucap mertuaku.

Kami pun segera bergegas ke ruang makan. Tidak berhadap-hadapan, aku dan mertuaku duduk bersebelahan.

“udah dua hari ya rara pergi. Kesepian dong An kamu di rumah sendirian?”
“mhmmm begitu lah mam. Tapi ngga juga sih mam, kan ada icha dan cinta. Mereka rame-rame kalau ngobrol.”

Sambil ngobrol aku curi-curi pandang ke arah mertuaku. Entah jin apa yang merasuk pikiranku, kecantikannya telah membuatku berimajinasi untuk melakukan sesuatu seperti terhadap anak-anaknya. Vagina rara yang indah sudah kunikmati berulang kali, demikian pula dengan vagina mungil milik Icha. Kini giliran kunikmati vagina ibunya... pikirku. Tapi bagaimana caranya agar semuanya berjalan halus dan lancar dan mertuaku tidak tersinggung? Aku sungguh penasaran di antara rok kuningnya itu kuyakin tersimpan bukit kemaluan yang diliputi bulu bulu lebat yang akan mampu mengilik dan menggelikan kont*lku.

Otakku mulai diliputi birahi hingga tak mampu lagi menyusun strategi. Dengan refleksku aku mendekatkan kursi makanku hingga kini benar benar berimpit dengan kursi mertuaku. Aku yang duduk di sebelah kanan, sedangkan tangan kiriku langsung kuhunggapkan di atas rok mertuaku. Kuletakkan dengan sangat halus sehingga tidak mengagetkan mertuaku. lalu pelan-pelan kunaikturunkan dengan lembut sehingga menyerupai elusan yang berulang secara ritmis. Dan kini mertuaku mulai menyadari ada sesuatu yang terjadi di atas pahanya.

“eh ada apa nih An?”
“mamah cantik sekali mam.... boleh andi melakukan ini?”
“melakukan apa?”
“mengelus paha mamah yang indah....”
“aduh kamu bercanda yah?? Aku ini mertuamu An, jangan aneh-aneh!”
“iya, mamah memang mertuaku, dan mertuaku ini cantik sekali.....” ucapku merayu.
“udah deh jangan gombal, hentikan!”


Alih-alih aku menghentikan aksiku, aku justru memperas elusanku hingga kini yang terjadi bukan lagi mengelus tapi memijit-mijit paha mertuaku. tiba-tiba tangan kanan mertuaku hinggap di tangan kiriku yang sedang beraksi itu, tapi ia bukannya menghentikan aksiku melainkan memegang tangannku itu.

“aduh... gimana nih An...” ucap mertuaku dengan wajah mulai tak karuan.
“tenang aja mam... nikmati aja... andi ga akan bilang siapa-siapa… bole yah mam aku singkapkan sedikit roknya…?” bisikku

Mertuaku tidak menolak dan tidak mengiyakan. Masih dalam posisi semula duduk di kursi makan, di bawah meja makan tanganku mulai menyingkapkan rok mertuaku. Kini aku dapat mengelus dan menyentuh pahanya tanpa penghalan. Kuelus dan kupijit perlahan-lahahan. 

“Shhhhh…. An…. Gimana ntar rara dan adiknynya….”
“tenang mamah mereka tidak ada… mereka tidak akan tau…”
“Sari di mana?”
“ia sedang sibuk setrika baju gak akan tau….” Ucapku sok tahu. Padahal aku tidak tau apa yg sedang dikerjakan sari. Tapi aku tak peduli dia akan melihat aksiku kali ini atau tidak, toh dia juga sudah tau kelakuanku dan juga membutuhkan kenikmatan dariku. Dan benar saja di balik dinding ruang makan diam-diam sari sedang menyaksikan apa yang sedang kami lakukan.

Tanganku bergerak semakin nakal. Kini ia mulai menyentuh vagina mertuaku dari luar cd.
“ahhhh…. Geli sayang……….” Mertuaku mengerang pelan.
“iya mamah… nikmati aja…..” ucapku. Sembari itu, tangan kananku membimbing tangan kiri mertuaku untuk membuka resleting celananku.
“kocokin ya mah….” Pintaku berbisik.
“iya an…..” 

Kont*lku yang besar menyebul dari balik cd. Dengan cekatan mamahku mulai mengocoknya. Birahi yang semakin memuncak kini menjelma menjadi kenikmatan yang perlahan lahan semakin mengacak ngajak urat uratku.

“mam bolehkah aku masukkan kont*lku ke mem*k mamah?”
“di mana an?”
“di sini aja mam sambil berdiri…” pintaku.

Tanpa perlu menunggu jawaban aku langsung menarik tangan mamaku. Dan segera kusandarkan tubuh mamahku di dinding ruang makan. Lalu kulucuti rok dan cd nya. Dan benar sekali… vagina mertuaku ditumbuhi bulu yang begitu lebat sehingga lubangnya pun hampir tak kelihatan. 

Aku mulai memainkan bulu bulu itu dengan perlahan sambil kucari di mana lubangnya.

“duh an… enak sekali….. tapi ini dosa an…. Mamah ga sampai hati sama anak anak” mertuaku meracau bimbang di antara kenikmatan yang kuberikan sambil memejamkan matanya.

“manusia ini tidak sempurna mam… tak lepas dari dosa… nikmati saja mam,” ucapku sekenanya sambil tanganku terus mencari dinding vagina mertuaku. Dan kini kelentitnya sudah kutemukan dan segera kuelus elus perlahan.

“shhhh….. ahhhh…… enak sekali an…….”
Sepetinya mertuaku semakin diliputi kenikmatan, aku pun tak tahan untuk menunda terlalu lama menghujamkan senjataku ke vagina mertuaku. Segera kulucuti celanaku dan pelahan mulai kucentuhkan ke bibir vagina mertuaku. Sementara itu sari yang sedang mengintip kejadian itu mulai terangsang. Ia mulai meraba vaginanya sendiri dengan tangannya.

“burungmu besar sekali an… beda sekali dengan punya mertua lelakimu….” Puji mertuaku.
Sambil tersenyum aku segera memperdalam penetrasi kont*lku. Aku mulai maju mundurkan pantatku samakin lama semakin kencang. Sementara tanganku menggenggam erat tangan mertuaku. Kulumat keras bibir mertuaku, kusedot, kukulum. Sementara kont*l tak henti hentinya menghujam..

“ahhhh… shhh……..” mertuaku terus mengerang. Sari yang tengah masturbasi juga makin mempercepat gesekan tangannya di kelentit sendiri.

“annn terus an….” Pinta mertuaku….
Aku terus menghujam vagina mertuaku. Sesekali bibirku yang tengah berciuman kualihkan semtara ke susu mertuaku. Ternyata toket meruaku masih cukup kenyal untuk seukuran umurnya.
“an… mamah ga tahannnn… an… mamah mau orgasme…ahh…. An…… ga tahan…..” mertuaku meracau tak karuan.
“mamah dulu klimaks yah… ntar andi keluarin di luar aja…”
“jangan an,,,, ah,,,, keluarin di dalam aja…. Mamah udah disteril kok ga akan hamilll….”

Ah sungguh kebetulan pikirku. Kini aku bisa klimaks bersama sama dan kutumahkan seluruh pejuhku di vagina mertuaku..

“Annnnn…. Ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh………………………..”
“mamahhhh… shhhhhhh…………………..”

Crot….crotttt… crottttttttt……………… air pejuhku yang begitu banyak meluburi vagina mertuaku….
Kami pun saling berpelukan.
“enak sakali an… makasi yah….” Bisik mamah
“iya mamah… andi juga enak banget……. Makasih mamah…” bisikku.

Sari yang dari tadi mengintip juga sudah tak tahan. Ia mempercepat gerakan masturbasinya. Dan serrrrr……. Dinding-dinding vaginanya meluber basah dan bersenyut kencang tandanya sudah mencapai puncak 
kenikmatan. Ia segera merapikan cd nya dan kembali ke kamar untuk menyetrika.


Setelah dibuai percintaan yang dahsyat, aku dan mamah Dina segera merapikan pakaian.
"An, mamah istirahat dulu ya di kamar, cape banget nih pengen tidur, baru dateng langsung diserang kamu pula," ujar mertuaku sambil berkedip manja.
"Iya mamah, istirahat yang banyak ya. Jangan khawatir Andi ga akan bicara ke siapapun tentang kejadian tadi," ucapku.

Mertuaku segera bergegas ke kamar tamu yg sudah siap dihuni setelah dibersihkan sari. Saat itu jam sudah menunjukkan pukul 10.30 pagi. Aku kemudian pergi ke halaman belakang utk melihat kolam ikan kesukaanku. Aku melintasi dapur. Kulihat Sari pembantuku dengan seorang gadis cilik.

"Eh Sar siapa tuh?"
"Eh iya Pak, ini ada keponakan Sari, baru dateng mampir, belum sempet bilang ke Bapak."

Gadis cilik itu bernama Dini. Ia anak dari kakak perempuan Sari. Umurnya baru 12 tahun. Dini baru lulus SD dan tidak melanjutkan sekolah karena orangtuanya hidup pas-pasan.

"Ya sudah Dini tinggal di sini aja Sar. Kan bisa bantu bantu kamu," ucapku.
"Aduh Sari jadi malu. Baru saja sari mau mengakatakn itu tapi rupanya Bapak sudah tau apa yg mau Sari katakan."
"Baguslah kalau begitu," ucapku.

Kuperhatikan sejenak Dini. Tubuhnya masih kecil masih kanak kanak. Toketnya baru sedikit menyembul dari kaosnya. Kubayangkan payudaranya itu memang masih kecil, baru tumbuh. Tapi kecantikan Dini sudah terpancar, lebih cantik dari Sari. Bibirnya yang tipis, hidunya bangir, bulu matanya lentik. Terlebih saat itu ia pake rok. Benar benar khas kanak kanak, tapi menggemaskan.

"Eh Sar kenalin sini dong keponakanmu," seruku. Sari kemudian menghampiriku bersama Dini.

"Aku Om Andi, siapa namamu gadis cantik?" Tanyaku.
"Namaku Dini om," ujarnya singkat.
"Namanya kaya sinetron ya..hehe" ucapku berguyon dengan harapan suasana menjadi nyaman. 
"Dini tinggal di rumah om aja ya bantu bantu kak sari," tambahku. Dini memang memanggil Sari dengan sebutan kakak.
"Iya om, dini juga mau minta ijin tinggal di rumah om. Kata kak sari om andi itu baikkkkk banget..." Ujar ujar dini tersenyum.
"Iya dong om baik.. Tapi Dini juga ga boleh nakal yah dan selalu menuruti kata-kata om," pintaku.
"Iya om, Dini janji akan selalu menuruti kata kata om," tegasnya.

"Ya udah dini kan baru datang. Sekarang ga usah kerja, istirahat dulu di kamar sari. Kabetulan rumah om masih ada kamar kosong tapi belum dibersihkan. Nanti kalau sudah dibersihkan kamu tinggal di situ aja ya," pintaku.
"Iya om" jawab dini singkat. Sepintas kuamati kembali dadanya. Kubayangkan toketnya memang masih benar benar mungkil, lebih mungil dari payudara Icha. Membayangkan itu, perlahan tapi pasti kont*lku mulai bangun dari tidurnya.

Segera aku dan Sari mengantar Dini ke kamar sari. Sesampainya di kamar, kupanggil sari mendekat dan aku mulai berbincang dengannya dengan perlahan takut didengar Dini.
"Sar, Dini cantik banget yah..." Ucapku membuka pembicaraan, sedangkan Dini sedang asik di sudut kamar yg lain.
"Iya dong siapa dulu dong tantenya.." Ucap sari tersenyum. Terus terang saja pikiran ngeresku mulai mengembang. Meski tadi aku baru menyetubuhi mertuaku tapi hari ini aku ingin bersetubuh sepuas puasnya sebelum istriku datang.

"Sar, boleh ga aku melakukan sesuatu seperti yg aku lakukan padamu dengan Dini?" Aku mulai memberikan pertanyaan dgn pertanyaan yg paling halus agar sari tdk tersinggung. Sari terdiam sesaat, sepertinya agak terkaget juga tak menyangka aku akan meminta itu.

"Mhmm gimana ya pak. Bukannya sari tidak mau tapi Dini masih sangat kecil. Umurnya baru 12, belum saatnya. Memangnya bapak belum cukup yah dengan bu rara, icha, sari atau bu dina barusan?"

Sejenak aku tersentak kaget ternyata sari tahu persetubuhanku dengan mertuaku.
"Jangan kaget pak, tadi sari memang tidak sengaja melihat. Tenang pak, sari ga akan bilang siapa siapa," rupanya sari membaca pikiranku.

"Makasih Sar, terus bagaimana dengan Dini tadi?"
"Ya udah gimana Bapak aja. Tapi jangan ada paksaan sedikit pun dan Sari harus tetap di sini," akhirnya Sari menjawab setelah lama terdiam. Aku pun tersenyum sambil menganggukkan kepala. Aku pun menyuruh Sari untuk mengunci kamar pintu takut mertuaku terbangun.

"Din, sini dong duduk dekat om."
"Ada apa om?" Dini menghamiriku. Duduk disebalah kananku, sementara sari di sebelah kiriku. Rasanya aku ingin segera menyetubuhi gadis cilik yang cantik itu, tapi semua harus berjalan dengan baik dan tak boleh ada paksaan. Harus sama sama rela dan menikmati.

"Mhmm.. Ga apa apa Din. Tadi kan dini bilang dini akan menuruti semua kata kata om, bener ga tuh?"
"Bener dong om. Dini akan menuruti semua kata kata om."
"Kalau om pengen kamu buka baku boleh ga?"
"Ihhh mo ngapain om?"
"Tuh kan... Katanya mo nuruti kata kata om"
"Iya om tapi mo ngapain?"
"Dini kan cantik banget, om penasaran aja pengen liat dada kamu pasti indah banget..."

Suasana terdiam sejenak.
"Iya deh om, dini udah janji. Tapi om aja yang bukain."
Hatiku bersorek. Aku melihat Sari sejenak. Ia tersenyum sambil mengangguk. Aku pun segera membuka kaos sari. Ternyata meskipun masih kecil Dini sudah pake bra.

"Om bukain branya ya Din"
"Iya om" jawab dini lirih.


Aku segera membuka bra nya. Kini pemandangan yang menakjubkan tersaji di depan mataku. Benar saja toket Dini masih sangat kecil tapi sudah tumbuh. Pentilnya masih sangat mungil. Ingin aku segera menyentuhnya tapi harus minta ijin dulu.

"Din bolehnya om menyentuh payudaramu?"
"Katanya tadi cuma liat aja om. Emang enak gitu om kalau disentuh?"
"Kamu pejamin mata aja Din dan coba rasakan," ujarku dengan nafas mulai memburu. 

Tanpa bilang ya atau tidak, dini memejamkan matanya, itu tanda persetujuan. Aku segera menyentuh susunya. Susunya sungguh sangat kencang. Aku mulai menyentuhnya dan memilin putingnya. 

"Enak ga Din?"
"Geli om... Shhhmmm" rupanya dini mulai menikmati. Meskipun masih kecil tapi secara naluri dia bisa merasakan itu adalah kenikmatan.

Segera kudekatkan mukaku dengan payudaranya lalu mulai kujilati payudara kecil itu. Lidahku kumainkan berputar di atas putingnya. Sejenak kugigit lembut putingnya untuk menambah sensasi. Dini pun semakin disergap kenikmatan.

"Ahhh.... Tambah geli ommm..." Erangnya.

Sari yang dari tadi memperhatikan adegan panas ini mulai tak tahan. Ia kemudian bersimpuh di depanku dan mulai membuka resleting celanaku. Konto*lku yang dari tadi disergap birahi langsung tegak berdiri. Tanpa dikomando sari mulai mengulum batang kemaluanku. Aku yg sedang asik mengulum pentil Dini tak kuasa menahan nikmat. Sejenak aku menghentikan kulumanku itu.

"Ahhhhhhh......" Desisku. 

Pegal dengan posisi duduk aku membawa Dini rebah di kasur. Lalu aku kembali menyerangnya dengan jilatan di toket. Tak kurasakan ia mengulum kembali senjataku. Rupanya ia sedang melakukan aksi lain. Ia melucuti rok Dini beserta cd nya. Aku pun menghentikan aksi jilatku ingin melihat mem*knya Dini. Sungguh panorama yg indah. Mem*knya mungil belum ditumbuhi satu bulu pun. Belahannya begitu halus dan alami.

"Mem*kmu indah sekali Din..." Ucapku berburu nafsu.
“iya om, tapi Dini mau diapain?”
Tanpa aku memiliki kesempatan untuk menjawab, justru Sari yang menyambar menjawab duluan. 
“Rasakan aja Din, kakak ada sesuatu yang spesial buat kamu...”

Sari lalu mendekatkan wajahnya ke mem*k Dini. Ia mulai menjilati kemaluan Dini yang mungil itu. Sepertinya Sari sengaja merangsang Dini sekuat-kuatnya agar pada saatnya kont*lku dapat masuk lebih mudah ke lubang kenikmatan Dini yang pasti masih sangat sempit itu.

“Ahhhh kakak.... diapain kak... vagina Dini jadi bedenyut-denyut....” erang Dini. Sepertinya ia semakin diselimuti kenikmatan yang makin memuncak. Dini dalam hal ini lebih bersikap pasif karena ia belum berpengalaman. Aku sendiri makin tak kuat menahan birahi yang makin menjadi jadi. Konto*lku sudah berdenyut denyut ga karuan. Segera saja aku pergi ke belakang sari. Dan kupelorotkan celananya. Lalu kusodok kemaluannya dari belakang. Sementara Sari sendiri tetap asik menjilati mem*ek Dini.

“aghhh... aghhh.....” nafas sari megap-megap saat kont*lku mulai masuk menggeseki dinding-dinding kemaluannya. Sari merasakan kenikmatan sambil tetap bekerja merangsang Dini sekuat tenaga. Aku sendiri terus memaju mundurkan tongkolku semakin kencang. Cairan kenikmatan semakin terdesak ke ujung kemaluan.

“saarrrr.... aku sudah ga tahan... sebentar lagi sarr.....” erangku.
“aku juga pak, terus pak.... gesek terus cepat pak... kita keluar bareng....” rintih Sari.

Dan crotttt... crotttt.t....... tanpa terasa aku ejakulasi di dalam memiaw sari. Nikmat yang luar biasa menyelusup di dalam jiwaku. Aku pun terkulai sejenak.
“Maaf Sar, aku tak sengaja keluar di dalam....”
“nggak apa-apa pak, sari lagi ngga masa subur kok...”

Setelah istirahat sesaat, aku bertanya pada Dini.
“eh, kalau Dini udah menstruasi belum?” tanyaku.
“belum om, kenapa emang?”
“nggak apa apa, ya udah sekarang aku bantuin ya kerjaan Sari ke Dini..” ujarku pada Sari. Luar biasa memang, Dini belum mens, artinya selain dia memang masih kecil, aku pun bebas mengeluarkan pejuhku di dalam mem*knya karena tidak akan hamil.

Lalu aku segera mendekatkan wajahku ke mem*k Dini. Mulai kujilati sedikit demi sedikit. Permukaan vaginanya begitu halus dan licin. Kumasukkan sedikit lidahku ke dalam lubang kenikmatannya, lalu kuputar putar. 

“ahhh.... om... enakkk.......” Dini makin tak bisa menyembunyikan kenikmatan yang direguknya. Pada saat yang bersamaan Sari tak mau tinggal diam. Ia membersihkan sisa air pejuhku yang tersisa di batang kemaluan. Setelah bersih ia mulai mengulumnya. Senjataku yang tadi mengerut kecil setelah mereguk kenikmatan, sedikit demi sedikit mulai bangkit kembali. Aku sendiri kini mulai mengalihkan jilatanku kembali ke toket Dini yang mungil itu.

“Din, boleh ya om masukin kont*l om ke mem*k Dini?” aku berbisik perlahan.
“tapi om ntar Dini hamil?”
“Ga akan Din, kamu kan belum mestruasi, jadi ga akan hamil...” terangku.
“Tapi om katanya sakit kalau dimasukin?”
“Ga akan Din, dijilati aja udah enak apalagi kalau dimasukin...” terangku lagi meyakinkan.

Tanpa menunggu jawaban, aku mulai melepaskan batang kemaluanku dari hisapan Sari. Kini mulai kuarahkan ke mem*k Dini yang supermungil itu. Sangat perlahan aku masukan sedikit demi sedikit. Benar saja, sungguh susah memasukannya. Tapi kurasakan memiaw Dini sudah basah. Ini satu modal agar kont*lku bisa menyelusup. 

“sakit Din?”
“nggak om.. terus aja masukin pelan-pelan....”
Kini tongkolku sudah setengah masuk ke mem*k Dini.
“Sakit Din?” tanyaku lagi.
“nggak om, terus saja masukin....”

Ajaib, Dini yang kupikir akan merasakan sakit ternyata tidak. Ia begitu pandai merasakan kenikmatan yang baru pertama dialaminya. Kini konto*lku sudah masuk semua. Mulai kumaju mundurkan perlahan-lahan. Kurasakan dinding vagina Dini begitu hangat dan mulai bergerak memilin milin. Ah sungguh nikmatnya. Ternyata dinding vagina Dini begitu responsif saat ditimpa kenikmatan. Aku semakin kencang memaju mundurkan kont*lku.

“Ommmm... enak sekali ommmm....... shmmmmm” erang dini.
“Iya Din, mem*k kamu juga enak banget,......” desisku.
Sementara itu Sari yang menyaksikan aksi kami mulai terangsang kembali juga. Ia memasukkan jarinya sendiri ke dalam mem*knya untuk masturbasi.

“Om terusss ommm.... “
“Ommm... Dini kenapa ommmmmm.... ahmmmm......”
“tahan din kita keluar bareng bareng.......”
“ooommmmmmmmmmmmmm........................ ahhhhhhhhhhh..........”
“Diniii.... ahhhhhhhhhhhhh....”
Crot crotttt............. air maniku tak terbendung membanjiri vagina Dini. Dari belakang tiba tiba Sari memeluk pingganggku erat-erat. Rupanya dia pun baru saja merasakan ejakulasi akibat masturbasi yang dilakukannya. Lalu kulihat mem*k Dini dan sprei di bawahnya, ternyata tak ada bercak dara. Dari buku sex education yang kubaca, hilangnya keperawanan memang tidak selalu ditandai dengan keluar darah.

Habis menikmati kenikmatan yang tak terkira itu kami bertiga saling berpelukan sambil telanjang. Beberapa lama kemudian aku segera memakai baju kembali. Kalau kelamaan takut mertuaku keburu kebangun dan melihat aksiku. Dari saku celanaku lalu kuambil uang beberapa lembar ratusan ribu.

“Sar, Din, ini buat kalian jajan ya bagi dua. Ini ga ada hubungannya dengan kejadian tadi loh... Ini ikhlas aku berikan untuk kalian berdua...”
Kulihat Dini sangat girang sekali. Sepertinya ia baru pertama kali akan memegang uang sebanyak itu.


Hari ini hari yang luar biasa. Aku sudah bercinta dengan mertuaku Mamah Dina, pembantuku Sari dan keponakan pembantuku Dini. Kenikmatan demi kenikmatan yang telah kureguk ternyata tidak membuat aku segera puas, tetapi justru ingin kenikmati kenikmatan demi kenikmatan yang lainnya. Mumpung isteriku baru pulang besok. 

Dan kini waktu sudah pukul 14.00. Mertuaku sepertinya masih terlelap di kamar habis perjalanan jauh dan kusetubuhi. Sari dan Dina juga istirahat setelah kusetubuhi pula. Sementara aku, dari kamar Sari hendak sejenak istirahat di kamarku sambil kupikirkan dari lubang vagina siapa lagi yang akan kureguk kenikmatannya hari ini. 

Menuju kamarku, aku melewati kamar Cinta, adik iparku. Tapi tiba tiba aku tertarik pada suara sepasang laki-laki perempuan dari kamar itu. Sepertinya mereka sedang bercengkrama. Aku jadi penasaran. Lalu segera saja kuintip. Kebetulan sekali kamarnya tidak terkunci sedikit terbuka. Rupanya Cinta lupa mengunci dan menutup pintu. Lalu pintunya kudorong sedikit agar aku lebih leluasa mengintip apa yang terjadi di dalam.

Ternyata yang ada di dalam adalah Cinta dan seorang anak lelaki yang lebih muda darinya. Jika Cinta berumur 16 dan duduk di kelas 1 SMA, maka anak lelaki itu kutaksir bahkan lebih muda dari Icha atau Dina, mungkin sekitar umur 11-an. Selain dari perawakannya, ini jelas sekali dari baju seragam yang dipakainya: seragam SD. Ini memang mengejutkanku. Kukira pacar Cinta berumur lebih dewasa, setingkat anak kuliahan, ternyata justru jauh lebih muda dari Icha, bahkan masih SD. Benar-benar di luar nalarku.

Aku jadi makin penasaran. Aku terus memperhatikan di balik pintu. Mereka berdua ada di tepi ranjang. Setelah mereka saling melempar ktawa, mereka memulai aksinya. Tampak Cinta yang begitu agresif. Ia mulai menciumi cowonya dan mereka pun mulai bergumul berciuman. Selanjutnya Cinta mulai memelorotkan celana pendek cowonya yang berwarna merah itu. Akupun mulai melihat tongkol anak SD itu. tongkolnya cukup mungil tapi sepertinya sudah begitu tegang. Icha mulai mengulumnya sedangkan anak SD itu mulai merem melek memejamkan matanya menahan nikmat.

Aku yang melihat kejadian panas itu otomatis terangsang. Senjataku mulai menegang. Meskipun aku juga baru bersetubuh tapi aku ingin mengulang dan mengulang lagi kenikmatan itu. Secara refleks tanganku mulai terarah ke batang kemaluanku dan mulai mengusap ngusapnya dari luar celana.

Sementara itu Cinta mulai melucuti satu per satu pakaian cowonya. Kini anak SD itu sudah telanjang bulat. Benar benar masih tubuh anak anak. Cinta kemudian menarik tangan cowonya dan mengajak berdiri kemudian menyandarkannya di dinding. Cinta benar benar agresif. Nafas keduanya kudengar semakin memburu. Anak SD itu pun dibuat tak tahan. Ia mulai melucuti pakaian Cinta. Lalu ia mulai mengulum payudaranya. Aku jadi semakin terangsang melihatnya. Ah, anak SD ingusan itu pasti sudah menyetubuhi Cinta berkali-kali, sementara aku belum diberi kesempatan.

Aku benar benar dibuat tak tahan. Aku segera membuka resleting celanaku dan mulai mengocok tongkolku dengan perlahan. Namun karena keasikan tanpa terasa siku tanganku mendorong pintu dan menyebabkan bunyi yang agak keras. “krekkkkkkk................”

Sontak suara pintu itu mengagetkan adik iparku dan pacarnya, padahal hampir saja tongkol anak SD itu mau masuk ke memiawnya Cinta. Aku juga ikut terkaget terlebih tongkolku sendiri sudah keluar dari resleting celana.

“Eh kakak...” ucap Cinta terbata-bata. Sementara cowo cinta terlihat pucat pasi melihat ke arahku. 
“Lagi ngapain kalian?” ucapku sambil masuk ke dalam kamar dan kututupkan pintu. Sementara itu tongkolku tetap berdiri tegang di antara resleting.
“Mhmm... nggak kak, ini aku lagi sama cowokku. Ini kenalkan Nando..” ucap Cinta terbata-bata.
Lalu menghampiri Nando dan kami saling bersalaman memperkenalkan nama masing-masing.

Lalu kami saling duduk di pinggir ranjang.
“kakak tidak marah kok. Ayo teruskan saja apa yang tadi kalian lakukan. Tapi kakak boleh lihat kan?” ucapku.
“ah kakak yang aneh-aneh aja, kami malu dong kalau diliatin...” jawab Cinta.
“Gak usah dipikirkan nyantai aja lagi. Anggap saja nggak ada orang. Ayo lakukan lagi... Ayo Nando” pintaku.

Anak kecil itu tersenyum ke arahku. Lalu tanpa menunggu persetujuan Cinta ia berlutut menjura di hadapan Cinta. Ia membukakan kedua kaki cinta dan mulai menjulurkan lidahnya untuk menjilati memiaw Cinta. Rupanya anak SD itu sudah cukup pintar untuk memberikan kenikmatan kepada cewe buah hatinya. Cinta tak mampu menolak ia memejamkan mata mulai menikmati kembali permainan cowonya. “shhhhh............” desahnya. Aku sendiri makin penasaran dibuatnya. tongkolku yang tadi sempat melembek kini bangkit kembali.


Setelah puas menjilat memiaw, anak SD itu kemudian bangkit berdiri. Ia kemudian meraih kepala Cinta dengan perlahan dan mulai mengarahkan ke tongkolnya. Kini giliran Cinta yang berlutut di dapan Nando dan mulai mengulum barang pacarnya yang masih mungil itu. Nando dibuat merem melek. Dengusan nafas dan erangan terdengar dari mulutnya. Ia mencengkeram rambuat Cinta dengan erat. Sepertinya ia semakin tak tahan. Aku yang dari tadi melihat dua bocah sedang bersetubuh ini juga dibuat makin tak tahan.

Nando lalu merebahkan Cinta di kasur. Ia mulai menindihnya dan mengarahkan batang kemaluannya ke memiaw Cinta. Nando mulai menekan pantatnya. Dengan tongkolnya yang masih mungil, sepertinya ia tak kesulitan untuk membenamkan seluruh batang tongkolnya. Ia kemudian mulai memaju mundurkan. Sedangkan mulutnya sambil mengulum toket Cinta. Cinta dibuat melayang ke kenikmatan ketujuh. Ia berkali-kali mengeluarkan erangannya. 

“Shhhhghhh..... enak banget sayang.....” jerit Cinta.
“aku juga sayang.... enak bangett.....” desah Nando di antara kuluman lidahnya ke susu Cinta.
Sementara itu tongkol Nando terus maju mundur mengeluarkan suara irama yang membuatkan semakin tak kuasa menahan birahi.

Kedua anak manusia itu nampaknya semakin tak tahan saja.
“aku udah ga tahan sayangggg........” erang Cinta. Setelah itu Cinta terlihat kelojotan rupanya dia sudah mencapai titik orgasmenya.
“ahhh.......” ucapnya sambil mencabik dan menjambak rambut Nando karena tak tahan didera kenikmatan. 

Beberapa saat kemudian Nando mencabut batang kemaluannya lalu mengocoknya di atas toket Cinta. Beberapa saat kemudian, “ahhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhhh.......” Nando mencapai puncak kenikmatannya. Kulihat hanya sedikit tetes air pejuh ya keluar dari tongkolnya. Anak sekecil dia nampaknya memang belum banyak memproduksi air pejuh.

Sesaat kemudian kedua anak manusia itu berpelukan di atas ranjang. Sementara tongkolku semakin tegang meminta giliran. Meskin hari ini aku sudah bercinta dengan tiga orang yang berbeda, tapi aku ingin kembali bercinta untuk keempat kalinya. Dan aku sudah tak tahan lagi untuk tidak meminta.
“Ndo... boleh ga giliran kakak menyetubuhi pacarmu?” pintaku. Mendengar permintaan intu, sejenak Nando terdiam. 
“mhmm... gimana ya kak? Tanya Cinta aja,” jawabnya.
“Gimana Cinta?” lalu aku bertanya pada Cinta.
“Kalau Cinta gimana Nando... kalau Nando ga apa-apa Cinta mau..” jawabnya. Sesaat kemudian Nando menanggukkan kepala tanda memberikan persetujuan. “tapi Nando tetap di sini ya ingin melihat,” ucapnya perlahan. Dan aku pun menjawab pula dengan anggukan sambil tersenyum.

Segera saja kubuka seluruh pakaianku. Lalu aku mulai menghapiri Cinta yang masih terletang. Kujilati toketnya dengan lembut agar dia kembali terangsang setelah bercinta dengan pacarnya yang masih anak SD itu. Sementara itu tongkolku yang sudah ngaceng dari tadi, kugesek gesekkan di permukaan memiawnya. Lalu kupapah tangan Cinta untuk mulai mengelus ngelus tongkolku. Dengan cepat tongkolku semakin mengeras. Aku sudah tak sabar untuk segera menyetubuhi Cinta. Sementara itu, Nando dengan cermat terus mengamati pergumulanku dengan Cinta.

Aku tak henti hentinya menjilati toket Cinta. Kadang kugigit sedikit putingnya agar menimbulkan sensasi yang lebih dahsyat. Lalu kusapi dengan lembut seluruh permukaan pentilnya dengan lidahku. Sementara itu tangan kiriku meremas remas puting yang sebelahnya dengan gemas.

Usahaku tidak sia-sia, Cinta semakin terangsang. Ia mulai dibuai kenikmatan yang menyelusup ke sekujur tubuhnya. “Ahhh...... kakak Cinta ga tahan.......” erangnya.

“iya sayang... kakak masukin sekarang yah... tapi kamu tau sendiri kan tongkol kakak jauh lebih besar dari punya pacarmu itu... jadi tahan yah kalau agak susah masuknya...” bisikku perlahan lahan takut anak SD itu mendengar.
“iya kak, justu Cinta sekarang jadi penasaran...” bisiknya juga.

Tanpa pikir panjang aku mulai menyelusupkan tongkolku secara perlahan. Benar saja karena selama ini tamunya adalah barang milik anak SD maka lubang kenikmatan Cinta masih teramat sempit. 

“enak sekali kak... masukan lagi terusssss...” pinta Cinta. Tangannya lalu meraih tongkolku dan memapahnya untuk masuk semakin kedalam. Semakin dalam jepitan dinding memiawnya makin terasa. Sungguh luar biasa. Ia mulai bereaksi seakan memilin milin. Kontaksinya semakin hebat. Dan tanpa terasa tongkolku sudah masuk seluruhnya ke dalam memiaw. Aku pun mulai keluar masukkan tongkolku secara ritmis, semakin lama semakin cepat.

“ahh... memiawmu enak banget Cinta.... kenapa nggak dari kemarin kamu serahkan memiawmu...” tanyaku.
“Cinta tidak akan menyerahkannya tanpa persetujuan pacarku kakakku sayang.... ahhhhhh.....” jawab Cinta di sela sela kenikmatan yang semakin dalam.

Sementara itu Nando terus menyaksikan pergumulan pacarnya dengan kakak iparnya itu. Terselip rasa bangga di dirinya karena Cinta baru mau bercinta dengan orang lain setelah dapat persetujuan pacarnya. Namun apa mau dikata, apa yang sedang ia lihat membuat Nando tersulut gairahnya kembali. tongkolnya yang mungil bangkit lagi.

“sayang.... aku ingin lagi.....” ujar Nando pada Cinta.
Pernyataan nando itu membuat percintaanku dengan Cinta terhenti sejenak.
“kesinikan tongkolmu sayang biar aku kulum aja....” ujar Cinta. Seperti seorang budak yang patuh pada majikannya, Nando menghampiri Cinta dan mengarahkan tongkolnya ke wajah Cinta. Lalu Cinta mengulumnya dengan lembut. Sementara aku kembali menyerang vaginanya. Semakin lama semakin kencang.

“aku udah ga tahan kak... ahhhhhhhh.....................” erang Cinta disela emutannya ke tongkol Nando.
“kakak juga sayang... tahan sebentar.............” ujarku. Lalu semakin kupacu serangan tongkolku. Sesaat ketika kurasa cairan kenikmatan hampir ke ujung tongkolku lalu segera kucabut tongkolku dari memiaw Cinta. Lalu kuarahkan tongkolku di atas muka Cinta dan kokocok dengan kencang.

“crrooootttt.... crooootttttttttttttttttt..................” air pejuhku membanjiri muka Cinta. Sementara itu tongkol Nando yang sudah lebih dulu dicabut dari kuluman Cinta dikocok cinta di atas toketnya. Dan sepertinya Nando semakin tidak tahan. Sejenak matanya memejam dan tangannya. Dan “crottttt............... crottt... crotttt.....” air maninya melumuri toket Cinta.

Sejenak setelah istirahat dan membersihkan diri, aku segera berpakaian dan setelah berpamitan aku segera menuju kamarku. Tak lupa aku mendaratkan satu kecupan sayang di pipi Cinta sambil mengedipkan mata pada pacarnya yang masih SD itu.

“baik baik ya kalian berdua,” ucapku sambil berlalu.



Sesampainya di kamar aku segera merebahkan diri di kasur. Bercinta dengan beberapa orang dalam sehari tentu membutuhkan stamina super ekstra. Lelah sesaat menyergap. Kini saatnya bagiku untuk istirahat. Satu botol air mineral kecil habis kuteguk.

Ah cukup pikirku. Hari cukup sudah petualangan cintaku. Besok istriku tiba dan pasti aku melepas rindu dengan bercinta habis habisan dengannya. Jadi aku harus menyisakan stamina.

Untuk mengisi waktu sisaku aku berniat untuk membeli beberapa buku di Gramedia. Setelah kurasa cukup waktu beristirahat, segera kuambil kunci mobil dan aku pun segera bergegas. Di pintu keluar ternyata sudah ada Cinta dan Nando, anak SD yang pacarnya itu. Rupanya Nando sudah mau pulang. Lalu karena searah, kutawarkan untuk berangkat bareng. Setelah mengiyakan akhirnya kami berangkat diiringi senyum manis Cinta.

Sepanjang perjalanan kami asik berbincang. Ternyata Nando dan Cinta sudah pacaran setahun lebih dan baru melakukan hubungan badan beberapa bulan terakhir. Saat pertama mereka bercinta Nando mengaku keduanya masih perawan dan perjaka. Namun yang cukup mengagetkanku, walaupun baru pertama bercinta dengan Cinta, namun sebelumnya Nando sering main dokter dokteran dengan dua gadis cilik tetangganya. Pertama, Eci umur 9 tahun kelas 3 SD dan yang kedua namanya Vina umur 10 tahun kelas 4 SD. Kalau sedang main dokter dokteran, ujar Nando, biasanya mereka telanjang bulat dan biasanya tongkol Nando dikocok sampai keluar. Kejadian seperti itu jika ada kesempatan masih berlangsung hingga sekarang. Luar biasa pikirku, anak jaman sekarang sudah jauh lebih dewasa dari umurnya, atau jangan jangan mereka masih begitu lugu dan tidak tau apa yang mereka kerjakan.

Awalnya aku akan menurunkan Nando di jalan dan membiarkan dia sampai ke rumahnya dengan naik angkot. Namun karena kasihan akhirnya aku mengantarkannya hingga ke rumahnya.

"Ayo kak masuk dulu sebentar. Minum dulu," pinta Nando. Awalnya aku nggak mau karena takut kesorean tapi karena melihat ajakan Nando yg tulus akhirnya aku tak kuasa menolak.

"Mas nando ada tamu tuh," ujar pembantu RT keluarha nando di depan pintu.
"Siapa bi?"
"Neng eci ama neng vina katanya mau belajar bareng."
Wah kebetulan, pikirku. Aku penasaran seperti apa yg namanya eci dan vina eh sekarang sedang di rumah nando.
"Kalau papa mama lagi ke mana bi?"
"Lagi ke rumah nenek kayanya pulang malam, cuma berpesan mas nando jangan lupa makan."

Akhirnya kami masuk ke dalam rumah. Di ruang tv dua orang gadis cilik sudah menunggu. Keduamya ternyata cantik cantik. Yang satu rambutnya dikepang, kulitnya kuning langsat. Ia pake kaus putih plus rok pendek warna merah tua. Tanpa sengaja, duduknya yang tidak teratur membuat cd nya sedikit terlihat. Warnanya putih. Yg ini ternyata namanya eci gadis cilik kelas 3 SD. Matanya yg besar tapi sipit serta hidungnya yang mancung mengingatkanku pada Agnes Monica saat kecil.

Sementara itu vina kulitnya lebih gelap tapi tak kalah cantiknya. Badannya padat berisi. Mirip pesinetron Amanda. Ia memakai kaos kuning dengan rok pendek pula.

Aku pun dikenalakan pada eci dan vina. Mereka begitu riang dan ramah ramah.
"Eh ngomong ngomong ada apa nih pada main ke rumah kakak?" Tanya nando pd mereka.
"Mau belajar kak. Mau nanyain PR matematik." Jawab vina.
"Bener nih mau belajar atau main dokter dokteran?" Goda nando.
"Ih kakak apa apaan sih, kan malu ama kak Andi." Ujar eci.
"Ya udah kakak takut ganggu kalian nih. Lagian kakak mau ke gramedia. Kakak pamit dulu ya," ujarku.
"Eh jangan dulu kak. Bantu dulu pr eci dan vina sebentar saja," pinta nando.

Akhirnya aku mengalah pada keinginan nando. Kami pun kemudian naik ke lantai dua ke kamar nando. Sungguh saat itu aku tak berpikir macem macem, hanya bermaksud membantu PR mereka saja.

Kamar nando cukup enak dan besar. Kasurnya king size dengan corak minimalis. Di sudut kamar sebuah meja belajar dengan komputer LCD. Di situ pula aku mulai menjelaskan pr matematik yg ditanyakan. Eci dan vina duduk di kursi yg tersedia sedangkan nando duduk di pinggir ranjang di belakang kursi. Aku sendiri berdiri sambil menjelaskan jawaban pr ke vina dan eci. Walaupun itu sesungguhnya pr vina tapi eci jg ikut menyimak.

Sungguh awalnya ku tdk berpikir macem macem meski nando sempat menjelaskan mereka suka main dokter dokteran. kulihat kedua gadis cilik ini memang cantik cantik. Kulitnya mulus. Apalagi eci yang kuning langsat. Namun itu pun tak membuat aku berpikir macem macem sampai kemudian nando berbuat nakal.

"Vin kita main dokter dokteran yu.." Ajak nando sesaat setelah PR matematik diselesaikan.
"Ih apaan sih kak? Kan ada kak andi, malu tau.." Jawab vina dgn muka memerah.
"Hey hey apaan sih dokter dokteran? Kok malu sih? Ga apa apa kali..." Ujarku pura pura gatau.
"Itu kak.. Main dokter dokteran itu buka baju..." Eci dengan lugu ikut menjawab.
"Oh gitu... Ya udah ga apa apa kok. Atau kakak keluar aja yah biar kalian tenang.." Ucapku.
"Ih jangan kak... Kok keluar sih. Di sini aja... Ya udah main dokter dokteran tp kakak jangan ngetawain yah.." Ucap vina. Akupun mengangguk sambil tersenyum.

Setelah itu vina mulai membuka kaosnya. Aku tertegun melihatnya. Kulitnya begitu mulus. Biar masih belia ia ternyata sudah pakai bra. Lalu ia membuka branya itu yg berwarna putih. Akupun kini melihat toketnya yg masih sangat mungil, baru sedikit menonjol. Aku yg asalnya tak berpikir yg macem macem mulai berpikir nakal, senjataku pun mulai bangun dari tidurnya.

"Langsung main dokter dokteran nih?" Tanya nando.
"Iya dong kak..." Jawab vina.
"Ya udah vina langsung berbaring ya.." Ucap nando.

Vina pun berbaring di kasur sementara nando duduk di sampingnya. Dengan gaya memeriksa seperti seorang dokter, nando mulai menyentuh toket vina. Ia pilin pilin putingnya. Vina mulai memejamkan matanya. Sepertinya ia mulai menikmati permainan dokter dokteran yang dilalkukan nando. Tak lama kemudian, nando mulai “memeriksa” toket vina dengan lidahnya. Ia membungkukkan badannya dan mulai menjilati toket yang masih super mungil itu. Aku lihat nando menjilati toket vina dengan sangat lembut. Sungguh luar biasa aku sedang menyaksikan dua anak cilik sedang melakukan perbuatan yang sebelumnya belum boleh mereka lakukan. Aku sendiri yang seharusnya memberikan wejangan kepada mereka untuk tidak melakukan itu, tidak bisa berbuat apa apa, malah semakin menikmati.

“ahh,..... kakak.... meriksanya geli banget......” erang Vina, sepertinya ia semakin menikmati permainan nando.
“iya adikku sayang... nikmati saja... pejamkan aja matanya.....” jawab nando.
“iya yak..... ah......”

Sesaat tak ada lagi kata kata. Nando dan vina sedang menikmati permainan mereka. Sementara aku tertegun melihat aksi mereka. Demikian pula Eci ia sedang asik menyaksikan aksi kedua sahabatnya. Sampai kemudian aku disentakkan oleh pertanyaan Vina.

“kakak nggak ikut main dokter dokteran?” tanyanya.
“mhmmm.... ah nggak, lagian kakak nggak tau meriksanya gimana. Lagian sekarang kan vina lagi diperiksa ama kak nando..” jawabku terbata bata.
“nggak apa apa kak, kan kakak bisa meriksa bagian bawah.... iya kan kak nando?” ujar Vina
“iya kak..” sela Nando sambil tersenyum dan mengedip.

Aku terdiam sejenak.
“bener nih nggak apa apa? Nggak nyesel?” tanyaku sekali lagi pada Vina.
“iya kak bener. Ngapain juga senyel kak, kan vina yang minta....” jawab vina mantap.

Nando melanjutkan aksinya “memeriksa” toket Vina. Sementara aku mulai menghampiri vina. Aku mulai menyingkapkan rok pendeknya. tongkolku yang sedari tadi sudah mulai mengeras kini semakin mengeras. Kulihat CD vina berwarna kuning selaras dengan kaosnya yang tadi dipakai.

“ga apa apa Vin celana dalamnya kakak buka?” tanyaku sekali lagi menegaskan.
“gak apa apa kak.. buka aja....”
Aku mulai memelorotkan Cd vina. Sengaja rok pendeknya tidak aku buka. Toh dengan mudah CD itu kupelorotkan tanpa harus membuka roknya. Kini di hadapanku terpampang memiaw dari seorang gadis cilik yang masih begitu imut. Sangat mulus. Belum ada bulu sedikit pun. Dulu aku pernah melihat gambar gambar gadis underage dari internet. Kini bukan hanya gambar yang kulihat, tapi sebuah kenyataan. 

Aku memang sudah menyetubuhi gadis cilik lain, Dini, keponakan Sari pembantuku. Namun, gadis yang satu ini lebih muda lagi. Jika Dini berusia 12 tahun dan baru lulus SD, sedangkan Vina baru berusia 10 tahun dan baru kelas 4 SD. Terlintas dalam pikiranku apakah kelakuanku ini sudah sedemikian burukkan karena melakukan perbuatan yang belum saatnya dengan seorang gadis SD? Namun sungguh aku tak bisa mengelak dan menolak saat semua itu terhidang begitu saja di hadapanku. Yang pasti aku tidak memaksa sedikit pun, malah gadis cilik itu yang meminta.

Aku mulai menyentuh permukaan memiaw vina. Kenyal sekali. Kusentuh dengan lembut. Dan kini aku mulai merenggangkan kedua kakinya agar tanganku bisa semakin leluasa mempermainkan memiawnya. Kini memiawnya sedikit merekah. Aku dibuat makin tak tahan. tongkolku terus mengeras semakin tak terbendung.

Aku mulai memberanikan diri untuk menjilatin memiawnya. Kudekatkan wajahku. Dan mulai kujurkan lidahku. Aku mulai menjilati permukaan memiaw vina. Vina tidak menolak sedikit pun, bahkan ia makin merenggangkan kakinya. Lalu aku mulai mempermainkan lindahku di antara kedua belahan vagiannya. Kumasukkan lidahku semakin dalam. Kini lindahku sudah benar benar ada di antara dua belahan kenikmatan gadis cilik itu.

“ahhh..... geli banget kakak....... memiaw Vina diapain?? Enakk bangettt kak........ Geliii......” Vina mulai meracau. Nampaknya gadis cantik imut ini makin dirasuki kenikmatan. Aku pun semakin semangat untuk merangsang Vina. Sementara itu, Nando masih saja asik mengulum putingnya Vina. Lalu aku jadi penasaran bagaimana bila kukecup bibirnya Vina. Aku pun menghentikan aksiku di memiawnya.

Kudekatkan wajahku ke wajah Vina. Seakan mengerti, nando menghentikan aksinya dan meminggir memberikan ruang padaku untuk berinteraksi lebih intim dengan vina. 

“vin, boleh ga kakak memeriksa bibir vina dengan bibir kakak?” bisikku di telinga vina.
“boleh kak....” jawab vina lirih.

Tanpa menunggu lama aku mulai mengecup bibirnya, lalu mulai kukulum dan kumainkan lidahku. Tanpa kuduga Vina juga membalas permainan lidahku. Ia bahkan membuat gerakan gerakan menyedot. Sudah mahir sekali, sudah berpengalaman. Artinya, Vina ama Nando sudah sering berciuman. 

Nafas vina makin tersengal sengal. Safsunya sepertinya semakin memburu. Terlebih saat kulumat mulut dan bibirnya, tanganku pun tak lupa mengerayangi daerah toketnya terutama pusat sensitifnya di bagian puting. Aku pun semakin tak tahan diliputi nafsu yang makin bergelora. tongkolku dari tadi sudah sangat keras. Tapi aku belum buka baju. 

“Kak, boleh ga Eci ikut main dokter dokteran?” tiba tiba Eci gadis 9 tahun itu bertanya memecah konsentrasiku.
“mhmmm... terserah Eci deh, emang gimana caranya?”
“Eci periksa tongkol kakak... boleh ga dibuka celananya?” sebuah permintaan mengagetkan terlontar dari mulut Eci. Aku pun hanya bisa mengangguk, senang bercampur kaget.

Lalu Eci segera memelorotkan celandaku, lalu CD ku. Ketika dibuka, langsung saja tongkolku yang sudah tegang dari tadi tegak berdiri. Saat aku masih sibuk berciuman dengan Vina, Eci mulai menentuh kemaluanku. Gadis 9 tahun itu mulai memaju mundurkan, mengubah sentuhan menjadi kocokan. Aku pun semakin disergap kenikmatan.

“egghhh............ enak banget sayang........” erangku. Eci hanya tersenyum sambil terus melanjutkan aksi kocokannya. Sementara itu, Nando yang dari tadi menghentikan aksinya kepada Vina mulai tak tahan pula untuk hanya menonton. Ia pergi ke belakang Eci yang sedang mengocok tongkolku. Nando mulai membuka kaos eci, eci rupanya belum pakai bra. Toket eci boleh dikatakan hampir belum tumbuh. Hanya sedikit tonjolan saja.
Aksi Nando tak hanya sampai di situ. Ia pun mulai memelorotkan rok mini dan CD yang dikenakan Eci, dan nando pun membuka seluruh celana dan bajunya sendiri. Nando pun mulai merangsang Eci dengan menyentuh toket dan veginya dari belakang.

Aku pun tak mau tinggal diam. Aku segera melepaskan rok pendek Vina yang masih melilit. Aku pun membuka bajuku sendiri. Kini kami berempat sudah telanjang bulat. Saat kulihat memiaw Eci, tak kalah mungilnya dari Vina, bahkan bisa dikatakan lebih mungil, mungkin karena Eci terpaut usia 1 tahun lebih muda dari Vina. Suasana yang tak pernah kubayangkan seumur hidup ini membuat aku semakin diliputi hawa nafsu. Tak lagi terbersit bahwa gadis gadis itu masih belia dan sesungguhnya belum waktunya untuk melakukan perbuatan seperti yang sedang terjadi ini. 

“sayang, boleh ga aku memeriksa memiaw kamu dengan tongkol kakak?” akhirnya aku menanyakan itu kepada Vina karena sudah tak tahan lagi.
“Vina belum pernah diperiksa seperti itu kak.. Eci juga... sakit nggak kak?” jawab vina
“kakak periksanya pelan-pelan sayang. Nanti kalau sakit bilang aja...” ujarku.
“ya udaah deh kak....” jawab Vina membuatku menjadi sangat riang.
“tapi sebelum memiaw kamu kakak periksa, Vina periksa dulu yah tongkol Nando dengan mulutmu sampai keluar...” pintaku. Vina pun mengangguk.

Vina pun mulai mendekati Nando. Sementara nando masih sedang asik merangsang Eci. Lalu Vina mulai mengulum tongkol nando. Aku terus memperhatikan.

“ahhhhhh.... vina sayang......” erang nando. Ia mulai memejamkan matanya. Vina makin mempercepat aksinya. Nando dibuat makin merem melek. “terusss sayang....” nando kembali menerang. Tangannya mulai menggelepar gelepar, kadang mencengkeram Eci dari belakang. Tapi ia masih terus berupaya untuk sambil tetap merangsang Eci dengan memilin puting dan menyentuh vaginanya.

“sebentar lagi keluaar sayanggg.....” nafas nando semakin tersengal sengal. Tapi Vina tak mau melepaskan emutannya. Dan akhirnya “crotttt... crottttttttttt.......” air pejuh Nando yang masih sedikit itu melumuri mulut Vina. Sementara itu Nando mencengkeram erat Eci melepaskan kenikmatannya. Sehabis itu nando terkapar di ranjang kecapaian dengan nafas yang masih terengah engah.

“nah sekarang gantian kakak meriksa vagina Vina yah pakai tongkol kakak?” ucapku pada Vina. Vinanya menjawab dengan tersenyum sambil mengangguk.
“kalau Eci mau skalian diperiksa ga?” aku menawarkan pada Eci.
“mau kak...” jawab Eci.
“ya udah sekarang kalian berdua berbaring ya... kakak periksa Eci dulu, abis itu baru Vina,” aku memberikan arahan. Sengaja kudahulukan Eci karena kuyakin vagina Eci lebih kecil sehingga pasti lebih susah ditembus. Kedua gadis cilik itu menduruti arahanku.

Aku pun mulai mengangkah di atas tubuh mungil Eci yang sintal mirip bintang sinetron Amanda itu. Kusibakkan sedikit vagina mungilnya dengan tanganku dan mulai kusentuhkan kepala tongkolku di atas vaginanya. Lalu kutekan masuk perlahan lahan. Benar saja lubangnya masih sangat sempit. Lalu kubantu menyibakkan memiawnya dengan jariku. Beruntung vagina Eci sudah agak basah yang artinya dia juga sudah terangsang. Ini memudahkan tongkolku untuk menyelusup ke dalam. Walaupun demikian aku tetap menggerakan tongkolku dengan perlahan.

“sakit ga sayang?’ tanyaku pada Eci.
“nggak kok kak... terusin aja..” ucapnya.

Akupun makin memasukkan tongkolku. Semakin rasanya dalam semakin susah. Sepertinya tongkolku terperangkap di antara lubang kenikmatan yang begitu sempit. “ahhh.... kak.....” erang Eci.
“ada apa sayang?”
“agak ngilu kak....”
‘tahan bentar ya sayang ntar juga jadi enak...” ucapku meyakinkan. Aku memasukkan tongkolku semakin perlahan, jangan sampai menimbulkan trauma di vaginanya. Kini tiga per empat tongkolku sudah ambles.

“Gimana sayang sekarang masih ngilu?” tanyaku.
“udah nggak kak, masukin aja semuanya tapi pelan-pelan... “ jawab eci dengan lirih.
Lalu aku mulai memasukkan lagi tongkolku dengan perlahan. Akhirnya tongkolku bisa terbenam seluruhnya di daalam memiaw yang mungil itu. Lalu aku mulai mengeluarkan tongkolku dan kemudian memasukkan lagi secara berulang ulang. Gesekan di antara tongkol dan dinding vagina membuat sensasi kenikmatan yang luar biasa.

“kakak... enak banget meriksanya...... ahhhh.....” erang Vina. Rupanya rasa ngilu yang tadi dirasakan eci sudah benar benar hilang dan berganti kenikamatn yang mulai menjalar gadis cilik itu.
Aku pun demikian. Semakin aku memaju mundurkan tongkolku, kenikmatan yang kurasakan semakin bertubi tubi. Semakin lama dorongan air kenikmatan semakin mendesak di ujung tongkolku.

“ahhhhhh... kakakkkkkkkkkkkkkkkkkkkkkk....................................” Eci menjerit sambil mencengkeram erat erat pingganggu. Rupanya gadis kelas 3 SD sudah sampai ke puncak kenikmatannya. Aku pun memeluknya erat. Lalu segera kegera kulepas tusukan tongkolku di memiawnya dan kukocok di atas mukanya. Dan “crooooootttttttttttttttttt.................. crotttt... crottttttttttttttt........”.... air pejuhku begitu banyak melumuri wajah gadis belia itu. Kenikmatan yang luar biasa baru saja kurasakan. Sesaat aku pun dilanda rasa lemas. Aku terkapar di samping Eci yang juga kecapaian. Meskipun saat kusetubuhi Eci tentunya masih perawan, tapi tak satu pun bercak darah keluar dari vaginanya. Hebatnya, dia pun tidak lama merasakan ngilu karena segera saja berganti dengan kenikmatan luar biasa.

Saat aku tepejam sambil istirahat, suara lembut Vina terdengar di telingaku.
“kak, vina juga pengen diperiksa kaya eci.....”
Akupun membuka mata perlahan sambil tersenyum. Yang kusaksikan ternyata Vina tak banyak memberikanku untuk sedikit istirahat. Tanpa menunggu persetujuan ia sudah ada di atas badanku dengan posisi duduk di betis.

Jujur kuakui saat itu aku sudah sangat lemas. Sudah berkali kali secara beruntun aku bercinta dengan orang yang berbeda hari ini, dan terakhir baru saja bercinta dengan Eci. Dan kini Vina gadis cilik kelas 4 SD itu memintaku untuk kembali bercinta. Ia sudah ada di atas betisku dan mulai menyentuh tongkolku.

"Sayang, bukannya kakak gak mau, tapi kakak udah lemes sekali..." Ucapku pada Vina. Jujur aku memang sudah sangat lemas, terlebih besok istriku Rara akan pulang jadi aku harus menyisakan stamina.
"Tenang aja kak, biar kakak nggak cape kakak diem aja. Biar Vina yang meriksa dan jadi dokternya.." Ujar vina ternyata tak bisa dihentikan.
"Tapi Vin..." Ujarku. Namun, sebelum aku melanjutkan perkataan, vina keburu mengocok tongkolku dengan perlahan. Aku hanya bisa memejam. Vina membuat gerakan yang pintar sekali. tongkolku yang tadi sudah terkulai lemas mulai bangkit. Gerakan mengocoknya semakin cepat meskipun kadang berhenti karena pegel. Dan penisku pun semakin keras.

Setelah bosan dengan mengocok, vina mulai mengulum penisku. Aku hanya menikmati, tidak melakukan reaksi sedikit pun sesuai anjuran vina. Lidahnya kini mulai menjilati pangkal tongkolku hingga kepala.
"Ahhhh sayang....." Aku tak bisa menyembunyikan rasa nikmat yang mulai hadir kembali. "Sayangggg...... Kamu pintar sekali....." Erangku lagi. Dan vina terus tak berhenti mengulum penisku.

Kini tongkolku sudah benar benar keras mendongak ke atas. Selanjutnya, vina kemudian membuat gerakan yang benar benar di luar dugaanku. Ia menggeser duduk menjadi di atas kemaluanku dan mulai mengarahkan penisku ke lubang kenikmatannya. Aku sungguh heran, gadis cilik yang menurut Nando belum pernah ia setubuhi tapi sudah nampak begitu mahir. Kini bagian kepala tongkolku sudah mulai masuk ke memiaw vina. Kurasakan tongkolku lebih mudah masuk ke memiaw vina dibanding eci, mungkin karena posisinya, di samping lubang memiaw vina yang sepertinya memang lebih besar.

Perlahan tongkolku semakin masuk ke dalam seiring posisi duduk vina yang dihentak semakin ke bawah. "Srlebbbbb......" Kini tongkolku sudah benar benar terbenam di memiaw vina.
"Shhhhh....... Ahhhhhhh....." Lagi lagi aku mengerang tak tahan. Terlebih vina mulai menaik turunkan badannya. Gesekan antara tongkolku dengan dinding memiawnya yang mungil menghadirkan sensasi yang luar biasa. Rasa lemas hilang sejenak diganti rasa nikmat yang makin menggelora.

"Vin, kakak udah ga tahannn......." Erangku. Kurasakan air penuhku semakin mendesak dan sebentar lagi akan keluar.
"Iya kakak sayang, kakak diam aja...." Jawab vina. Ia makin mempercepat gerakan menaikturunkan badannya. Dan "crottttttt..... crottttttt..... Crotttttt...." Sisa sisa air pejuhku hari itu melumuri lubang vagina Vina yang membuatku melayang ke puncak kenimatan di langit ketujuh.

Sepertinya vina sendiri belum klimaks. Tentu aku tak sampai hati untuk tidak memberinya puncak kenikmatan. Giliran aku untuk memuaskannya. Aku pun mengajak vina untuk berbaring di sampingku. Aku mulai menjilati toketnya yang baru sedikit tumbuh itu. Sementara tanganku mulai meraba vagina mungilnya. Jari tengahku kumasukkan, kucari kelentitnya, lalu kuusap usap dengan halus.

"Kakak... Geli sekaliii.... Shhhhhhh...." Vina mengerang. Aku terus mempercepat gesekan jariku di kelentitnya. Sementara lidahku menjilat jilat putingnya.
"Aaahhhhhhhhhhh........." Sambil memelukku erat vina menggigit telingaku. Akhirnya ia mencapai puncak kenikmatannya. "Makasih ya kak, meriksanya enak sekali," ujar vina. "Iya sayang," jawabku.

Sejenak setelah istirahat aku penasaran menanyakan apakah sebelumnya pernah bercinta atau belum. Dengan jujur ia mengatakan bahwa ia belum pernah bercinta dengan nando, namun ia sudah beberapa kali melakukan hubungan badan dengan kakak laki lakinya di rumah. Yang lebih mengagetkanku, bahkan vina juga pernah melakukan hubungan badan itu dengan dua kakaknya sekaligus, satu kakak laki lakinya itu yang kelas 2 SMA dan satu lagu kakak perempuannya yang kelas 1 SMP. Artinya kakak laki laki vina melakukan percitaan sekaligus dengan dua adiknya sendiri, luar biasa.

Setelah merapikan diri, aku pamit ke nando, vina dan eci untuk pulang. Tak lupa aku minta no hp Vina, karena kebetulan eci belum memiliki hp.

Aku pun bergegas ke gramedia untuk membeli buku buku yang sudah aku niatkan. Sepulang dari gramedia, aku mendapat telepon dari boss ku yang cukup menyebalkan. Besok ada rapat penting mendadak di Jakarta pagi pagi yang harus kuhadiri. Padahal besok hari kepulangan istriku Rara ke rumah. Segera kutelepon istriku untuk memberitakuhan kabar itu. Ternyata istriku sangat bijak, ia mempersilahkanku.
"Rinduku aku tahan sayang. Aa selesaikan dulu tugas kantornya, itu juga kan untuk aku..." Ucapnya.

Sebelum ke rumah, aku pun mampir ke stasiun kereta api untuk membeli tiket eksekutif bandung-jakarta besok jam 5 subuh.


TAMAT