Cari di sini, Bos

Kamis, 20 Januari 2011

Sepupuku, Tita

Awal kejadian pada hari Selasa itu adalah pada saat gue menerima telepon dari seorang cewek yang ngaku saudara sepupu gue (kata sekertaris gue yang terima telpon itu pertama kali...). Gue pikir- pikir saudara sepupu gue yang mana yang tumben pagi-pagi begini telpon gue di kantor, karena biasanya gue emang nggak begitu deket sama saudara-saudara sepupu gue karena gue paling males berbasa-basi ama mereka (termasuk om dan tante gue) kalau ada arisan keluarga besar dari nyokap gue. Akhirnya karena gue sendiri bingung siapa, ya gue terima aja telpon itu, "Hallo, mas Agus....." suara diseberang sana dengan latar belakang agak berisik. Gue tanya "Iya, eh...ini siapa...??" sambil berusaha menebak siapa pemilik suara yang memiliki aksen Sunda yang cukup kental itu. "Ini Tita, mas....." katanya. Ya ampun, gue sampai nggak ngenalin saudara sepupu gue yang kalau dilihat dari silsilah cukup deket karena bokapnya si Tita itu adalah adik dari nyokap gue dan sejak lahir sampai sekarang masih menjadi warga Bandung yang setia (nggak pernah menetap dikota lain selain dari Bandung). "Hey.......apa khabar, nih......gimana kabarnya.... ????" lanjut gue dengan semangat bercampur lega, karena dia itu emang betul-betul saudara sepupu gue (soalnya gue takut di teror ama salah satu cewek dari one night stand gue itu yang pura-pura ngaku jadi saudara gue supaya telponnya bisa gue terima).
Setelah berbasa-basi dan berhaha-hihi dengan si Tita selama kurang lebih tiga menit, dia bilang bahwa sekarang ini dia sedang berada di jalan tol Jagorawi dan berniat langsung menuju ke kantor gue di Tanjung Priok dan sekaligus dia minta petunjuk arah menuju kantor gue setelah dia sampai diujung jalan tol yang menuju Tanjung Priok itu. Dia bilang kira-kira setengah jam lagi dia sampai di kantor gue. Gue langsung he-eh soalnya biar cepet gue udahin telepon gue, soalnya otot pipi gue udah pegel ngegerakin mulut gue ngecap dan berbasa-basi dengan saudara sepupu gue itu.
Setelah telepon gue tutup, gue langsung mikir ada urusan apa si Tita langsung mau ketemu gue pake acara mendadak segala lagi. Padahal biasanya semua saudara gue yang dari Bandung selalu mampir dirumah kakak gue di sekitar Taman Mini dan baru merencanakan untuk tujuan mereka ke Jakarta setelah mereka rehat di rumah kakak gue itu. Ah, buat apa gue susah- susah mikir yang kayak gitu, gue tunggu aja sampai dia nongol baru gue bisa tahu keperluannya apa........ And then, I went back to my work and forgot the whole thing until my secretary told me that my cousin was here in the office. Terus gue bilang ama sekertaris gue "suruh dia masuk sekarang deh..." dengan nada yang setengah males soalnya kalau dia sekarang gue persilahkan masuk sekarang dan cepet- cepet dia ceritain keperluannya apa dan segera pergi dari kantor gue.
Setelah sekertaris gue keluar dari ruangan gue untuk manggil dia masuk, tiba-tiba masuk seorang cewek berkulit putih dengan rambut sedikit berwarna merah kecoklatan (brunette, to be exact..) tersenyum melihat gue "Hey,...mas Agus..., apa khabar nih....?" katanya sambil berjalan ke arah meja gue dan menjulurkan tangannya untuk salaman dengan gue. Gue sempat terpana melihat pemandangan itu, soalnya gimana nggak terpana, si Tita itu memakai kemeja putih menerawang, sehingga bayangan BH hitamnya kelihatan sebagian karena diluar kemeja putihnya itu, dia memakai blazer warna hitam yang dipadu dengan rok super mini warna hitam model mengembang (gue nggak tau namanya apa, yang jelas bukan model span). Paha dan betisnya yang kelihatan cukup kencang dan mulus tanpa cacat untuk cewek seumur 30 tahun dan pernah melahirkan satu anak. Memang kalau soal jaga badan, Tita ini sejak masih SMP dulu (gue dulu SMP di Bandung dan sekolah gue deket ama sekolah dia jadi gue sering berangkat dan pulang bareng, meskipun nggak setiap hari) memang udah diet ketat, bahkan terlalu ketat sehingga cenderung seperti bolemia. Pernah gue denger dari kakak gue bahwa dia sempat bebarapa kali sampai pingsan waktu hamil gara-gara masih diet sewaktu hamil. Soal kulitnya yang putih sih emang keturunan dari bokap dan nyokapnya yang orang Sunda tulen termasuk nyokap gue yang memang putih-putih, sedangkan gue agak item karena nurun dari bokap gue yang asli orang Jawa.
"Hey, mas Agus gimana sih, diajak ngomong koq malah bengong aja....!!!" katanya nyerocos ngelihat gue mesam-mesem kayak orang bego gara-gara terkesima sama penampilan Tita yang cukup sexy ditambah lagi dengan sepatu vantouvel warna hitam berhak tinggi membuat banyak staf gue mendelik dan berusaha melihat saudara gue itu dari kejauhan (gue soalnya jarang banget nutup pintu ruang kerja gue, kecuali kalau memang ada hal-hal yang confidential yang perlu dibahas diruang gue itu, hal ini beda banget dengan direksi yang lain). "Eh, sorry Ta, soalnya gue kaget bener ama penampilan elu..." kata gue setengah terus terang, soalnya kalau sepenuhnya terus terang berarti gue musti bilang ama dia kalau pen†s gue udah mulai berdenyut dan mengeras sewaktu dia melangkah masuk keruangan gue itu. Gile....duda sih duda, cuma masak ngeliat saudara sendiri sampai ngaceng begitu, pikir gue sambil gue persilahkan dia duduk di sofa tamu disudut lain ruang kerja gue itu. And bener aja, begitu dia duduk diujung kanan sofa (three-seater) dan gue duduk diujung kiri sofa yang sama, gue langsung bisa ngeliat sepintas CDnya Tita yang berwarna hitam dan cukup kontras dengan pahanya yang putih mulus itu. Shit...., what the fcuk is going on...? tanya gue dalam hati karena gue jelas-jelas ngerasa ada unsur kesengajaan dari Tita untuk sekelebat memperlihatkan CDnya itu.
"Gimana kabarnya mamah dan papah diBandung, Ta...?" tanya gue agak serius soalnya bokap nyokapnya yang jadi pendamping gue pengganti bokap-nyokap gue duduk di pelaminan waktu gue nikah ama Rena (sekarang ex bokin, bukan yang di Singapore itu) dulu, jadi gue merasa utang budi banget ama bokap nyokapnya si Tita itu. "Baik, mas semuanya sehat, begitu juga si Dicky.." katanya sambil menerangkan keadaan adik laki-laki satu- satunya. "Emmm, terus si Koko gimana kabarnya sama siapa nama anak elu....?" tanya gue lagi masih dalam rangka basa- basi menanyakan suaminya dan menenangkan si "Ucok" yang makin mengeras aja. "Si Vira sekarang udah 2 tahun, mas..." katanya menerangkan keadaan anaknya sambil menerima minuman yang disajikan oleh seorang office boy. Dan sempat gue perhatiin mata si office boy itu sempat memelototi paha si Tita. Gue nggak tau si Tita sadar atau enggak kalau pahanya itu bikin iman laki-laki runtuh. Tiba-tiba gue lihat si Tita tertunduk sedih dan suaranya langsung terdengar agak parau "Sebenarnya kedatangan Tita kesini mau minta tolong mas Agus....., karena Tita nggak berani mau minta tolong mamah dan papah soalnya Tita malu sama mereka dan selain itu nggak berani minta tolong ke saudara yang lain, soalnya pasti musti minta persetujuan kalau nggak istrinya, ya suaminya.." "Sedangkan mau minta tolong Dicky, nggak mungkin soalnya dia baru mulai menata karirnya.... .." katanya seperti menjelaskan tujuannya dia ke kantor gue secara mendadak seperti ini. Tiba-tiba handphonenya berdering, dan dia minta ijin untuk menerima telpon itu. Gue langsung belagak berdiri dan berjalan kearah meja gue karena kelihatannya itu telpon dari suaminya.
Baru gue menaruh pantat gue di kursi gue, Tita yang baru juga selesai dengan pembicaraan telponnya itu berdiri ke arah pintu sambil bilang "Mas, Tita pingin cerita sedikit pribadi, dan kalau mas nggak keberatan, Tita boleh tutup pintunya nggak, mas...? Eh, mudah-mudahan Tita nggak ganggu mas Agus kerja, kan...???" tanyanya sambil menutup pintu ruangan gue dan sekaligus menyudahi kegiatan intip-mengintip yang dilakukan oleh staf-staf dikantor gue itu yang 90% adalah laki-laki. Setelah itu dia berjalan kearah salah satu kursi tamu didepan meja gue dan langsung duduk dengan muka yang serius dan sedih. "Tita tahu sekarang kan mas Agus udah sendiri, makanya Tita berani minta tolong mas Agus untuk bantuin kesulitan Tita...." katanya lirih namun tetap dengan nada serius. Gue lihat mukanya yang serius seperti itu bikin dia tambah cantik aja. Emang harus gue akui kalau saudara gue yang satu ini cantik dan sensual karena memiliki bibir yang tebal seperti bibirnya Kim Basinger itu. Terus terang waktu jaman SMP dulu, kalau gue onani suka ngebayangin lagi ngesex ama dia itu. Tapi itu dulu...., sekarang ini dia ada didepan mata gue dengan ekspresi serius tapi tetap tidak merubah kecantikannya itu malah semakin menggoda birahi gue. "Ta, sebenarnya kamu tuh punya masalah apa sih...? tanya gue serius melihat mukanya dia yang semakin sedih dan serius itu. Lalu dia bercerita panjang lebar mengenai permasalahan dia dan Koko, suaminya yang bekerja pada sebuah BUMN yang bergerak dibidang telekomunikasi.
Inti dari permasalahannya adalah simple, si Koko itu sudah enam bulan terakhir jarang pulang dan jarang pula memberikan nafkah lahir maupun batin kepada Tita. Kalaupun dia pulang itu hanya karena memang untuk melihat anak mereka yang berumur dua tahun dan bernama Vera. Hal ini tidak pernah Tita tanyakan kepada Koko mengenai sebab-sebab dia jarang pulang. Kalaupun Tita tanyakan juga, paling-paling jawaban yang didapat hanyalah banyak kerjaan atau banyak proyek, namun tidak sepeserpun yang diberikan oleh si Koko kepada Tita dan Vera. Akibatnya selama enam bulan terakhir Tita banyak menjual perhiasannya baik itu pemberian dari Koko maupun warisan dari orang tuanya Tita. Tita malu untuk mengadukan hal ini kepada orang tuanya karena orang tuanya begitu mengagumi bahkan cenderung mendewakan menantu mereka itu karena memang si Koko berasal dari keluarga kaya sekali. Dan secara terus terang Tita mengakui alasan dia menikah dengan Koko adalah karena Koko kaya raya. Dalam hati gue, gile juga si Tita ini, cukup matre juga saudara gue ini. Terakhir gue bicara dengan Tita adalah sewaktu gue masih kuliah di Amrik dulu (awal tahun 90an), Tita yang baru menikah dengan Koko langsung berangkat ke California karena sang suami berniat mengambil sekolah Pasca Sarjana di kota San Bernardino sana. Itupun pembicaraan melalui telepon, dan waktu itu dia cerita ama gue kalau dia itu bahagia banget karena baru menikah langsung diboyong ke Amrik, dan dia juga cerita gimana enaknya jadi pengantin baru, dsb, dsb,.....(Tita memang nikahnya jauh lebih dulu dia dari pada gue, tapi gue duluan punya anak dari pada dia, and my marriage didn't last very long). "Jadi sebenarnya Tita datang kesini ini untuk pinjam duitnya mas Agus, ya.....mungkin kalau dilihat dari jumlahnya cukup besar sih, mas,.....Tita akan bayar hutang itu dengan cara apapun yang penting si Vera bisa tetap terus minum susu, apalagi di jaman krismon begini Tita susah cari duit...." katanya sambil mengepalkan tangannya menunjukkan keseriusannya. "Tita bakal jalanin apa aja asal Tita bisa tetap dapat duit untuk beli susunya si Vera, sementara Tita akan minta cerai dari mas Koko....!!" katanya agak berapi namun terdengar getir didalam ucapannya itu. Mendengar kata-katanya itu, terharu juga gue mendengarnya, terus gue tanya dia "Berapa sih...yang kamu butuhin...?" . "Tita sekarang ini butuh kurang lebih Rp 100 juta untuk melunasi rumah yang sekarang Tita dan Vera tinggal dan sekaligus balik nama dari Koko ke Tita dan modal investasi dan modal kerja buat Tita buka tenda gaul di deket rumah, lagipula Tita kan bisa manfaatin ilmu Tita waktu kuliah dulu...." sambungnya. SAYYY WHAAAAATTTT. .....!!!! Rp 100 MILLION IS A LOT OF MONEY....... !!!!! pikir gue dalam hati dan terus terang gue kaget banget. "Ta, kalau kamu cuma mau buka tenda gaul doang berapa tahun kamu bisa balikin pinjaman kamu itu....., malah mungkin kamu nggak bisa balikin sama sekali....!! !!!!!!" kata gue dengan nada sedikit meninggi karena masih kaget. Ekspresi mukanya Tita berubah yang tadinya sedih menjadi takut mendengar omongan gue barusan itu. Sambil menunduk dia bilang "Tita tadi kan udah bilang bakal ngerjain apa aja asal bisa dapetin uang sejumlah itu sekaligus... .." katanya lirih. "Kalau mas Agus bisa pinjemin uang sejumlah itu, maka Tita bersedia untuk ngerjain apa aja buat mas Agus, anything..., mas......... !". "Tita, kalau gue ngasih elu Rp 100 juta, dan gue nggak yakin kalau elu bisa balikin duit gue itu, jadi kayaknya elu musti jadi simpenannya gue......... !!!" jawab gue ngawur dan asal karena gue ngerasa dia ini seenaknya aja minta bantuan gue tanpa ngasih jaminan apa-apa. Jaman sekarang begini gue musti pinter-pinter ngatur duit kalau enggak, masa depan anak-anak gue yang musti gue perjuangkan mati- matian. Jawaban yang keluar dari mulut Tita hampir bikin jantung gue copot dan keluar dari dada gue. "Tita ikhlas jadi simpenannya mas Agus, sekarangpun kalau mas Agus minta, Tita bakal ngelayanin mas Agus......" katanya perlahan namun penuh keseriusan. "Terus terang Tita dari dulu setiap kali deket dengan mas Agus, Tita selalu ngebayangin gimana rasanya pacaran sama saudara sendiri..." lanjutnya, "Tita juga dulu sering cerita-cerita sama temen-temen Tita kalau mas Agus itu pacar Tita....., satu-satunya temen Tita yang tahu kalau mas Agus itu saudara sepupu Tita cuma si Nunung itu, eh....masih inget nggak mas, si Nunung itu yang sering main dan nginep di rumah Tita....?" tanyanya berusaha mengingat kembali masa lalu kita.

Pembicaraan gue alihkan lagi kemasalah duit yang dia butuhin itu, gue bilang "Ta, gue ini serius kalau elu tuh mau balikin pinjeman ini pake apa...?". "Mas Agus, Tita juga serius menjawab bahwa Tita bersedia jadi simpenannya mas Agus, karena Tita tau kita nggak mungkin nikah dan Tita bersedia untuk melayani mas Agus bukan karena duit semata, tetapi juga karena Tita suka sama mas Agus...." katanya serius namun terlihat rona merah di pipinya menambah cantiknya mojang priangan ini. Gue nggak tau setan mana yang hinggap di otak gue sehingga gue berpikir why not, she said she wants to do it, because she likes me and not because of the money, so.....what do I have to loose....!!!
"Dina, tolong saya jangan diganggu dulu, ya..." perintah gue kepada sekertaris gue melalui aiphone, setelah itu gue berdiri mendekati Tita sambil meremas jari-jari tangannya. Hhhiiiii, agak aneh juga perasaan gue meremas jari-jari saudara gue sendiri seolah-olah dia itu cewek gue, tapi kayaknya logika dan akal sehat gue sedang berlibur di kepualauan Bahama sana, jadinya yang ada cuma nafsu dan birahi gue yang memang kebetulan udah satu minggu pen†s gue nggak pernah menjelajah ke wilayah-wilayah khusus seperti bibir dan vag†na cewek-cewek sexy. Terus gue tarik tangan Tita supaya dia berdiri juga dari kursinya. Begitu dia berdiri, gue sambut dengan ciuman hangat dibibirnya yang sexy dan dipoles berwarna merah menyala. Gue ngerasain lidahnya dia mulai mencari-cari lidah gue, dan so pasti gue sambut dengan hangat juga. Juga gue ngerasa dia mulai menyedot-nyedot bibir gue membuat pen†s gue semakin keras. Sementara kedua tangan gue mulai mengusap-ngusap punggung dan pantatnya. Gue mulai merasakan nafasnya Tita sudah mulai tidak beraturan lagi. Pada saat itu sempat terlintas dipikiran gue, gilee, ini kan saudara sepupu gue sendiri yang gue cium-ciumin, tapi buru-buru gue buang jauh pikiran itu, soalnya bikin pen†s gue sempat lemes sebentar, sementara gue udah nggak tahan lagi.
Akhirnya tangan gue berhasil menyusup ke balik rok mininya dan menemukan gumpalan daging pantatnya yang padat dan cukup keras itu, dan langsung gue remas-remas, sementara kedua bibir kita saling berpagutan. Tangan Tita pun tak mau ketinggalan, sejak kita berciuman tangannya sudah meremas-remas pantat gue dan sekarang ini tangan kanannya sedang mengusap-usap pen†s gue. Meskipun ia melakukannya diluar celana panjang gue tapi genggamannya terasa betul di pen†s gue. Gue lepas ciuman gue dan langsung kedengaran desahannya "Ahhhhh...masss. ..Tita pingin ngemut tititnya mas Agus...." sambil tangannya berusaha membuka ikat pinggang dan kancing serta retsliting celana panjang gue. Begitu dia berhasil membuka semua itu, Tita langsung mengambil posisi duduk kembali dikursi sambil menurunkan CD sekaligus celana panjang gue. Pada saat itu pula pen†s gue yang memang sudah mengeras dari tadi langsung seperti terbanting dan meloncat keluar dari CD gue. Supaya posisi gue juga nyaman, gue sandarin pantat gue ke pinggiran meja kerja gue sambil gue buka blazer dan kancing baju yang Tita pakai, sehingga sekarang ini dia hanya memakai BH dan rok, sementara kemeja dan blazernya langsung gue lempar ke sofa.
Dengan hati-hati Tita mulai mengocok- ngocok pen†s gue yang sekarang ini persi berada didepan mukanya yang gue baru perhatiin ternyata sekarang berubah merah, mungkin juga karena nafsu atau memang malu...., gue nggak tau persis....yang jelas sekarang ini dia mulai menjilati helm dan lubang pen†s gue sambil kadang-kadang dijepit oleh bibirnya sementara ujung lidahnya menjilat-jilati lubang pen†s gue itu. "Ooooohhh... .Tita.... eennnnaaaakkk sekali...... .." sambil gue remas-remas buah dadanya yang lumayan cukup montok dan padat. "Mmmmhhppfff. ....mmmhhppff. .." hanya itu suara yang keluar dari mulutnya Tita yang sedang asik menyedot-nyedot pen†s gue sementara tangannya meremas- remas bola-bola gue dengan lembut. Tangan gue berhasil membuka BHnya yang memiliki kaitan pembuka di depan, sehingga tentu saja dengan mudah gue buka BHnya dalam posisi berdiri dan sedang disedot-sedot pen†s gue. Terlihat buah dadanya yang putih mulus dan putingnya yang berwarna merah muda kecil pertanda belum pernah diisap oleh bayinya bikin gue tambah tinggi. Lalu gue remas-remas kedua buah dadanya yang ranum itu, juga gue mainin putingnya yang imut-imut itu membuat gue makin cepet menuju puncak kenikmatan. "Ooohhh.... sssssshhhhhhh. ....Tita. ...gue udah mau keluaaarrr.. .."kata gue memberi tanda kepada dia. Langsung dia lepas mulutnya dari pen†s gue namun tangannya langsung mengocok pen†s gue "Mas Agus suka nggak kalau Tita isep spermanya mas Agus..?" tanyanya yang langsung gue jawab "Oohh...yeesss. ..that's my favourite onnneeee.... ..aahhhhhh. ...!!!!". Begitu mendapat approval dari gue langsung dia melanjutkan menyedot-nyedot dan menggerakkan bibirnya maju mundur di pen†s gue sambil kedua tangannya sibuk mengocok pen†s gue dan meremas-remas bola-bola gue sampai gue udah benar-benar diujung puncak kenikmatan ditambah dengan pergerakan airmani gue menuju lubang pen†s gue dan........
"Hhhhhhhh... ...aahhhhhhhhhh. ...." teriak gue tertahan supaya jangan sampai terdengar keluar ruangan. Crreeett...ccrreeet t..cccrrreeettt. . seluruh badan gue bergetar menahan sensasi yang gue rasain sewaktu Tita menyedot-nyedot pen†s gue pada saat sperma gue keluar muncrat memenuhi rongga mulutnya. Kedua tangan gue terpaksa harus bertumpu pada meja dimana gue bersandar sewaktu Tita dengan telaten terus mengisap dan menyedot serta menggerakkan mulutnya maju mundur di pen†s gue meskipun dia sadar bahwa sudah tidak ada sperma gue yang keluar lagi. Wuuiihhh, ternyata sensasi beberapa detik setelah klimaks dan tetap disedot-sedot terus itu lebih tinggi lagi karena seluruh bagian dari pen†s gue terutama dibagian bawah helm disekitar dekat lobang pen†s gue itu mendadak jadi sangat sensitif sekali, sehingga yang gue rasain adalah rasa geli tapi enak yang tak terhingga membuat seluruh badan gue tetap bergetar untuk beberapa detik setelah klimaks.
Gue usap-usap rambutnya yang model bop itu, sambil bilang "Gila, kamu pinter banget sih ngisepnya... .., si Koko koq goblok betul nyia-nyiain istri sepinter kamu..." kata gue sejujur-jujurnya sambil melihat mukanya yang masih merah, lalu dia hanya tersenyum dan berkata dengan mulut setengah terbuka "Mau liat Tita nelen spelmanya mast Agust, gak...." lalu dia buka mulutnya lebar-lebar dan dia julurkan lidahnya dan terlihat cairan kental berwarna putih susu punya gue itu berkumpul di lidahnya. Begitu gue mengangguk dan tersenyum, tanpa ragu-ragu dia tarik lagi lidahnya kedalam mulutnya dan dengan sekali gerakan di tenggorokannya, bukti bahwa dia betul- betul menelan semua air mani gue. Melihat pemandangan seperti itu pen†s gue kembali menunjukkan tanda-tanda kehidupan meskipun baru mengeluarkan lahar putihnya. Actually, she's the second Indonesian girl that likes to swallow my sperms. Gue nggak tau cuma setiap kali ada cewek yang mau atau bersedia menelan airmani gue atau hanya bersedia gue keluar dimulutnya meskipun dia nggak harus telan, langsung perasaan gue langsung trenyuh dan bisa terbawa perasaan sendiri.
"Tita, kamu tau nggak dengan melakukan itu tadi, gue bisa sayang ama kamu..." mau nggak mau gue harus bilang seadanya sesuai dengan perasaan gue, dia kembali tersenyum sambil bilang "Tita mau kasih komentar tentang dua statementnya mas Agus tadi...., tapi bagusnya kita duduk disofa mau nggak, mas...??" katanya sambil berusaha untuk berdiri dari tempat duduknya dan bersama gue berjalan menuju sofa, sementara gue sediri masih dalam kondisi "setengah telanjang" karena gue biarin celana panjang dan CD gue berada dibawah menutupi mata kaki gue. Secara bersama-sama kita berdua menghempas badan kita disofa, sementara Tita melepas BHnya dari badannya (soalnya tadi gue cuma buka kaitannya aja...) dan langsung merebahkan kepalanya di bahu kiri gue sambil tangan kirinya memain-mainkan pen†s gue yang masih setengah terbangun itu "Komentar Tita adalah Tita nggak nyesel melakukan semua ini, malah Tita lebih bahagia dengan semua ini meskipun nggak harus sampai perkawinan, mas....." kalimatnya terhenti sampai disitu karena dia berusaha menggapai gelas minumannya diatas meja sofa untuk dia minum, lalu "Tita lebih bahagia karena pertama Tita seneng dengan tititnya mas Agus yang lebih besar dari mas Koko punya dan.......punya mas Agus kelihatan lebih sexy....., soalnya bulu-bulunya dicukur rapi, cuma disisain tengahnya, hi...hi..hi. ., kayak kumis Jojon ya, mas....." katanya lagi sambil tertawa geli melihat kenyataan bahwa gue emang rajin mencukur bulu gue itu dengan alasan nggak bikin gatel. "Terussss... ..Tita nggak bisa bilang kalau Tita juga bakal sayang sama mas Agus, soalnya..... .....emmmmm. .....kecuali kalau Tita bisa ngerasain tititnya mas Agus di dalam vag†nanya Tita......ha. .ha..ha.. .!!" katanya sambil tertawa menggoda. Sialan, tadi sedih sekarang.... .malah ngegodain gue....!? "Ta, gue sih mau aja sekarang dilanjutin, but I got to go back to my work, so can I see you later tonight..... ?" gue mencoba menawarkan, tapi jawaban yang gue terima adalah...... ......


1 komentar: