Cari di sini, Bos

Rabu, 13 April 2011

Pakai Aja, Gue Bispak kok

Sejak kejadian di pesta ulang tahun Indra, aku malah menjadi semakin bingung terhadap perasaanku untuk Indra. Hubungan seks antara kita berdua memang selalu nikmat, kadang-kadang sangat nikmat. Hanya saja dia tidak bisa menutup mulutnya, dan selalu menyombong ke semua orang tentang ngentot denganku, tentang tubuhku yang sintal menggeliat-geliat diterobos kejantanannya, tentang vaginaku menetes-netes dengan spermanya setiap kali kami selesai bersenggama.
Terus terang aku takut namaku tercemar, dan itu sebabnya aku tidak menggunakan nama lengkapku di diary ini, juga aku tidak menyebutkan kota tempatku tinggal dll.

Beberapa hari setelah pesta ulang tahun Indra, aku dan Ita pergi ke pesta Halloween yang diadakan persatuan mahasiswa internasional di kampusku. Seperti biasanya, semua tamu pesta diharuskan memakai kostum, biasanya bertema horor.
Kali ini aku mengenakan kostum ini :
Memang tidak terlalu seksi, tapi tujuanku malam itu hanya untuk bersenang-senang dan bukan untuk mencari pasangan seks. Sayang sekali Doni tidak bisa ikut denganku ke pesta ini karena dia mesti mempersiapkan diri untuk ulangan keesokan harinya, dan Ita datang ke pesta sebagai date-nya Jack, cowok bule yang dulu pernah meniduriku.

Aku tiba di pesta sekitar pukul 9, dan kebanyakan orang sudah mulai dance dengan partner masing-masing. Beberapa cewek Vietnam dan Thailand yang kukenal sedang ngerumpi di sebuah meja, dan aku pun ikut duduk disana sambil mengobrol dan minum wine yang tersedia. Seperti biasa kami mengobrol tentang cowok-cowok ganteng di pesta itu. Lin, salah satu teman Vietnamku menanyakan tentang Budi yang tampil keren mempamerkan ototnya di pesta itu dengan kostum gladiator. Kuceritakan beberapa pengalamanku dengan Budi dan betapa puasnya aku dengan servis Budi di ranjang. Lin tampaknya semakin tertarik, dia menghampiri Budi dan mereka berdua mengobrol. Dia memang salah satu cewek Vietnam yang cantik dan berbodi bahenol. Kupikir dalam hati.. enak banget nih Budi seperti singa lapar kusodori daging mentah.
Sambil asyik menonton Lin dan Budi, kami cewek2 di meja itu tak habis-habisnya cekikikan dan minum-minum. Akhirnya satu per satu cewek di meja itu diajaki cowok2 single untuk dance. Aku diajak beberapa kali pula, tapi benar2 tidak sedang mood.
Sekitar pukul 11, aku mulai berjalan melewati kampus untuk kembali ke apartemenku, sementara kebanyakan anak2 lainnya malah baru saja tiba. Entah mengapa aku sama sekali tidak berniat bersosialisasi dengan orang2 malam itu.

Langit agak mendung malam itu, dan temperatur udara turun jauh setelah matahari terbenam, menciptakan kabut tipis di udara. Sementara di kejauhan masih terdengar suara pesta Halloween yang baru kutinggalkan. Cahaya bulan yang hampir habis diredam oleh kabut satu-satunya sumber cahaya di jalan yang kulalui. Aku memutuskan untuk jalan melewati salah satu gedung kelas di kampus daripada di jalan setapak di luar yang gelap. Gedung itu panjang sekali, penuh dengan ruangan2 kelas, dan setiap siang hari pasti penuh dengan mahasiswa yang lalu lalang di koridor ini. Tetapi malam hari gedung ini sepi sekali, kebanyakan orang belajar di perpustakaan, atau sedang berpesta Halloween. Aku berjalan melewati sepertiga panjang gedung itu ketika sebuah pintu, entah di mana, tergebrak menutup. Dengan kaget aku berbalik melihat ke belakang, di dekat pintu WC ada seorang cowok Asia yang sedang merapikan kostumnya, dia melambai dan tersenyum kepadaku. Aku pun melambai sambil jantungku berdebar-debar tak karuan. Cowok itu mengenakan topengnya, dan berjalan keluar gedung. Fiuh.. kaget sekali aku, untung tidak ada penyakit jantung.
Ketika aku membalik tubuhku, entah dari mana, sudah ada cowok lain mengenakan kostum tuxedo dengan topeng Drakula berdiri di depanku. Dengan cepat ia menutup mulutku dengan tangannya, dan menyeretku ke sebuah ruangan kelas. Aku tidak sempat bereaksi saking kagetnya, dan ketika aku menyadari apa yang sedang terjadi, cowok itu sudah mengikat tanganku ke kaki meja di kelas itu, dan tubuhku terlentang di atas meja. Baru saja aku berpikir untuk berteriak meminta tolong, cowok itu menempelkan sebuah plester ke mulutku. Tanpa banyak bicara, Drakula menyingkapkan rok panjangku, dan menjilati kemaluanku dari luar celana dalam. Kedua tangannya memegangi pahaku yang terbuka lebar. Celana dalamku sampai basah oleh air liurnya. Terasa sekali dari jilatan2 itu bahwa Drakula sangat paham cara2 memuaskan dan memancing nafsu wanita. Ketika akhirnya dia berdiri dan menarik lepas celana dalamku, aku sudah sangat bernafsu dan siap mengentoti siapa saja yang ada dekatku. Drakula melepaskan ikatan di kaki meja, dan membiarkan kedua lenganku terikat di punggungku, kemudian dia berdiri di depanku, dan membuka tuxedonya sampai tinggal sebuah topeng menutupi muka Perlahan-lahan dia mendekati tubuhku dengan penis yang berdiri tegak siap menembus vaginaku. Aku menutup mata karena aku tak ingin dia melihat birahi di mataku, dan bersiap-siap menerima perkosaan ini. Tiba-tiba sepasang tangan meremas payudaraku dari belakang. Dengan kagetnya aku memalingkan kepala, dan aku sekilas sempat melihat cowok lain bertopeng Kelinci ketika si Drakula menghujamkan kontolnya ke tubuhku dari depan. Tubuhku mengejang menerima penis Drakula yang cukup besar, dan karena jilatan2 di kemaluanku sebelumnya, aku langsung orgasme diperkosa seperti itu.
Drakula langsung menggenjot tubuhku tanpa tedeng aling-aling, tanpa menghiraukanku yang sedang orgasme dan menggeliat di atas meja. Beberapa detik lamanya aku menikmati gesekan penis yang besar itu dibarengi remasan-remasan di payudaraku dari si Kelinci. Ketika akhirnya orgasmeku berhenti, si Kelinci menarik tubuhku duduk tegak di atas kemaluan Drakula; Tanpa ba-bi-bu, tiba-tiba aku merasakan sakit yang luar biasa di anusku ketika si Kelinci menusukkan kemaluannya di sana.
Jadilah aku diperkosa dua pria sekaligus di gedung kosong itu, gaun panjangku sudah tersingkap dari pinggangku, dan kedua penis itu bergantian memasuki tubuhku dari dua arah yang berlawanan, kadang-kadang mereka bersamaan masuk ke tubuhku menghimpit tubuhku di tengah. Mula-mulanya aku merasa malu sekali mendapatkan orgasme diperkosa, lambat laun erangan dan desahanku tak dapat kutahan lagi, malahan aku kadang-kadang berteriak minta disetubuhi lebih cepat lagi setelah plester di mulutku dilepas oleh Kelinci.
Sekitar 15 menit lamanya aku diperkosa berdiri seperti itu, tangan Drakula yang ada di pantatku meremas keras dan penisnya membesar di dalam rongga kewanitaanku. Dengan erangan yang sangat maskulin, penis Drakula mengeluarkan air mani di dalam tubuhku.
si Drakula lalu berjalan sempoyongan ke arah meja lain yang kosong dan berbaring di sana mengumpulkan tenaga, sementara si Kelinci masih asyik menyodomi pantatku sambil meremas-remas payudaraku.
Aku sempat berpikir “Tinggal satu lagi dipuaskan, lalu mungkin aku akan dilepaskan”
Tetapi harapanku hancur ketika si Drakula mengeluarkan HP dari kantung tuxedonya, dan beberapa kali menelepon dari pojok ruangan itu sambil berbisik-bisik. Tak lama kemudian 4 pria lain muncul di ruangan itu, semuanya berpakaian tuxedo dengan topeng yang berlainan.
Nafsuku yang sedang tinggi disetubuhi oleh Kelinci bertambah beberapa kali lipat membayangkan apa yang akan terjadi berikutnya. Payudaraku terpampang jelas di depan pria-pria yang tak jelas identitasnya itu, hanya gaun bawahku menutupi persetubuhan yang sedang berlangsung itu. Desahan-desahanku memenuhi ruangan itu memancing nafsu semua yang ada di situ.
Para pendatang baru sedang membuka baju bersiap-siap menyetubuhiku ketika si Kelinci menancapkan kemaluannya dalam-dalam dan menyemprotkan spermanya di dalam anusku.
Sambil mengejar napasnya, dia memeluk tubuhku dari belakang, mengusap-usap payudaraku. Lalu dia menaruh tubuhku di atas meja dan pergi berbaring di meja yang lain.
Tubuhku yang basah berkeringat tergeletak di atas meja beberapa saat, mengistirahatkan otot-otot yang pegal setelah disetubuhi secara buas tadi. Hampir aku tertidur kecapaian di atas meja ketika kurasakan sebuah penis dipukul-pukulkan ke pantatku yang terbuka. Sepasang tangan yang kekar merengkuh payudaraku dan menarik tubuhku kebelakang menancap di penis yang besar itu. Aku mendesah merasakan kenikmatan penis ketiga malam itu.
Pria bertopeng Keledai di belakangku rupanya sudah sangat terangsang melihat permainanku dengan Kelinci tadi, dia menggenjot tubuhku tak terlalu lama sebelum pertahanannya runtuh dan spermanya membanjir di dalam vaginaku.
Pria lain bertopeng Singa mendorong Keledai ke samping, dan dengan tak sabar mendorong penisnya masuk. Kali ini ternyata dia sudah cukup berpengalaman dengan wanita. Dengan rangsangan-rangsangan dan sentuhan di daerah sensitifku, Singa berhasil membuatku takluk dan menggeliat penuh kenikmatan disenggamai. Ketika persetubuhan itu usai, aku menggumam sambil setengah sadar, “terus lagi.. terus lagi…”
Dan enam pria bertopeng di ruangan kelas itu terus-terusan menggilir tubuhku yang akhirnya bugil menjelang tengah malam. Kami semua mendaki puncak kenikmatan dan melakukan perbuatan-perbuatan yang sungguh tidak senonoh dilakukan berdua, apalagi berenam seperti itu. Mereka masing-masing setidaknya kebagian sampai tiga kali merasakan kenikmatan tubuhku malam itu, kadang-kadang sendirian, kadang-kadang berdua berbarengan menyetubuhiku. Tidak ada lubang di tubuhku yang tidak dijamah lelaki malam itu, setiap inci kulitku dilumuri entah ludah jilatan pemerkosaku atau sperma entah laki-laki yang mana. Malam itu aku benar-benar menjadi wanita pelacur pemuas kebutuhan seks mereka berenam.

Ketika akhirnya mereka puas memperkosaku, satu persatu mereka mengenakan kembali pakaian mereka, meninggalkan tubuhku yang bugil di atas meja di depan kelas.
Saking kecapaian, aku tertidur telentang di meja itu sampai dinginnya AC malam itu membangunkanku sekitar pukul 3 pagi. Seluruh tubuhku terasa sakit-sakit dan penuh bekas cupangan. Noda-noda putih dari sperma yang mengering menutupi tubuhku, di antara kakiku, di buah dadaku, dan di rambutku. Aku berjalan tertatih-tatih ke arah pakaianku yang tertumpuk di lantai. Ada secarik kertas di selipkan di sana, “Ness, memek elo legit banget deh malem ini. Laen kali udah engga perlu pake celana dalam kalo ke kampus, toh gua bilang juga gua bisa perkosa elo kapan aja gua mau hahahaaa”
Seketika itu aku menyadari siapa dalang kejadian malam ini.. “Bangsat loe Indra”, kataku menggumam.
“Identitas gua elo tau kan ? yang berlima gua rahasia dulu deh, biar elo kalo ketemu orang Indonesia lagi di kampus nebak-nebak apa orang ini udah pernah nyicipin memek elo belum hahahaa…

Mr. Drakula”
Aku terus terang terlalu capai untuk memikirkan konsekwensi perkosaan ini. Kupakai gaunku kembali, dan aku berjalan kembali ke apartemenku. Lalu aku mandi air panas untuk membersihkan segala sisa-sisa perkosaan tadi, dan tidur dengan letih malam itu.
Posted by Vanessa at 6:42 AM 17 comments Links to this post
Saturday, October 22, 2005
Beberapa minggu terakhir ini Doni dan aku bergantian menyetir ke kota masing2 hampir setiap akhir pekan. Sabtu dan Minggu selalu kami lalui penuh dengan hubungan intim yang seru bak pasangan yang sedang berbulan madu. Teman2ku selalu mengerling dengan nakal kepadaku ketika mereka melihatku berjalan dengan agak aneh setiap hari Senin.
Jumat ini kebetulan adalah hari ulang tahun Indra, salah satu pelajar Indonesia yang suatu waktu pernah menjadi seks partnerku. Setelah aku mendengar dari teman2 yang lain bahwa Indra sering menyombong bahwa ia sudah sering mencicipi tubuhku, dan bahkan menceritakan secara detil percumbuan kami di ranjang, kuputuskan hubungan itu, sampai akhirnya dia “memperkosa”ku di tepi jalan saat pesta di rumah Ita (baca isi diary sebelumnya).
Sejak ia menyadari bahwa aku tidak melaporkan perkosaan itu kepada polisi, bahkan aku sebenarnya menikmati sekali diperkosa seperti itu, Indra semakin berani berbuat semaunya kepadaku.

Ita meneleponku hari Kamis malam untuk mengajakku pergi ke pesta ulang tahun Indra. Sebenarnya aku risih sekali, dan agak takut bertemu kembali dengan Indra, tapi Ita memohon-mohon dengan memelas sekali untuk ditemani. Cowok kecengan Ita yang baru akan ada di pesta itu, dan Ita tidak ingin pergi sendirian. Kupikir toh Doni akan datang besok, dan ada yang bisa melindungiku dari Indra, jadi aku akhirnya mengiyakan permintaan Ita.
Hari Jumat tiba, dan sore2 itu Doni meneleponku dari jalan, ternyata mobilnya rusak tidak lama setelah dia mulai menyetir ke arah kotaku. Dia mesti menelepon tukang derek, dan kemungkinan besar dia tidak akan bisa datang akhir pekan ini.
Ingin sekali rasanya aku membatalkan rencana bersama Ita pergi ke pesta malam itu, tapi sebelum aku sempat mengangkat telepon, bel rumahku sudah berbunyi dan Ita sudah sampai. Akhirnya aku pun pergi dengan penuh rasa was-was bersama Ita. Sambil mengomel-ngomel aku mengenakan pakaian pesta : kemeja tangan panjang yang agak pas, dan celana jeans yang ketat, sengaja aku memilih pakaian yang tidak terlalu seksi, supaya tidak menarik perhatian Indra.

Setibanya di pesta itu, Ita langsung menyeret tanganku menuju cowok kecengan dia, yang memang kuakui cukup ganteng, mungkin jika aku bertemu dengan dia di tempat lain aku tidak akan menolak tidur dengan dia. Sementara itu aku melihat kiri-kanan supaya bisa menghindari Indra jika dia datang.
Tanpa diduga, Ita dan cowoknya malah semakin asyik mengobrol dan berpegangan tangan, tak lama kemudian mereka berdua pun mengeloyor mencari kamar tidur supaya “lebih bebas mengobrol” katanya.. Huh..aku pun tahu apa yang dimaksud Ita.

Jadilah aku ditinggal sendiri di ruang tamu yang ramai itu..
Demi menghindari Indra, aku pindah ke balkon sambil menikmati pemandangan di luar. Beberapa menit aku berdiri sambil menunggui Ita, seorang cowok muncul di balkon, dan mulai mengobrol denganku. Ternyata dia adalah teman Indra dari kota lain, dan dia datang khusus untuk pesta ulang tahun ini. Tommy berwajah cukup keren dan bertubuh atletis. Kami minum2 sambil mengobrol cukup lama di balkon sambil sesekali dia mencuri2 pandang tubuhku.
Obrolan kami berlangsung dengan seru, dan aku pun sesekali mencuri2 pandang otot lengannya yang besar sambil membayangkan tangan itu meremas payudaraku atau pantatku.
Entah bagaimana mulainya, tiba2 kami berdua sudah berciuman di balkon itu, tangan Tommy yang kekar meraba2 punggung bawahku yang sangat sensitif. Tanganku menyusup ke dalam celananya, mencari2 penisnya.
Sekitar 10 menit kami bercumbu di balkon sambil merangsang satu sama lain. Tommy lalu menggamit tanganku, dan mengajakku mencari kamar di rumah Indra. Kami berkeliling dari lantai satu ke lantai dua, kebanyakan kamar sudah diambil pasangan lain yang sedang berasyik-masyuk. Kami bisa mendengar desahan2 dan jeritan2 sambil melalui pintu2 yang terkunci. Aku hanya tersenyum membayangkan sebentar lagi aku akan mendesah2 seperti para wanita di dalam kamar.
Akhirnya Tommy menemukan pintu kamar yang tak terkunci di pojok lantai 2, jauh sekali dari keramaian pesta. Kami berdua pun menyelinap ke dalam, dan langsung saling membukakan baju satu sama lain. Tommy dengan santainya membuka bra-ku sambil mencium dan menjilat tubuhku, lalu dia menurunkan celana dalamku sambil menjilat2 kemaluanku dari depan. Aku sudah sangat terangsang, memandangi Tommy dengan mata sayu dan tanganku mulai meremas2 payudaraku sendiri. Anehnya, Tommy hanya berdiri di depan ranjang, dan tidak langsung menindih tubuhku seperti biasanya cowok2 lain.
Lalu dia mengantungi celana dalamku, “Buat kenang2-an, ness. Bodi elo hot banget.. sayang gue engga bisa jadi yang pertama ngentotin elo malem ini”.
Mendengar itu aku pun menjadi bingung dan agak was-was.. Tommy berbalik menuju pintu, dan keluar kamar. Dari dalam kamar aku bisa mendengar dia berbicara dengan orang lain,”Tuh, ada di dalem. Mana duit taruhan ?”. Aku mulai mengenakan kemejaku dan ingin secepatnya keluar dari rumah itu.. malu sekali rasanya menjadi barang taruhan.

Tapi, tak lama setelah mereka selesai berbicara di luar pintu, aku masih sedang mengancingi kemeja ketika tiba2 pintu kamar terbuka dan langsung ditutup dan dikunci kembali. Aku membalikkan badan dan melihat Indra di dalam kamar!
Dari sirat matanya sudah jelas apa yang dia inginkan, rupanya dia bertaruhan dengan Tommy untuk membawaku ke kamar ini, dan sekarang aku terpojok setengah bugil di sini.

Indra mendekatiku pelan2 seperti kucing yang mengintai tikus kecil. Aku berusaha lari ke arah pintu, tapi dia menangkapku dan membanting tubuhku ke ranjang.
“Ness, loe ngelawan sepuasnya, tapi gua tau loe bakal orgasme berkali-kali di kontol gua malem ini. Dijamin lebih enak daripada kontol si Doni hahahaaa”.
Sambil menindih tubuhku, Indra mencium bibirku secara paksa, tanganku berusaha mendorong tubuhnya. Entah darimana, tiba2 Indra mengeluarkan sepasang dasi ,”Sorry yah Ness, engga ada tali, dasi pun jadi heheee..”, dan dengan sigap dia menangkap satu tanganku, dan mengikatnya ke ujung ranjang. Tanganku yang lain pun kalah kuat dan akhirnya diikat ke ujung yang lain.

Indra berdiri di samping ranjang, dan dengan santai membuka bajunya sendiri. Penisnya berdiri tegak siap menikmati tubuhku yang setengah telanjang. Lalu Indra mulai melucuti kancing kemejaku satu persatu.
Tangan Indra dengan nakal menjamah buah dadaku, membelai dan meremas. Ketika ia mulai menjepit puting payudaraku dengan jarinya, aku tak bisa menahan desahan nafsu yang keluar dari bibirku.
Dengan mata tertutup aku mendongakkan kepalaku dan menikmati rangsangan2 di payudaraku.
“Ndra, please jangan dong.. aku kan sudah punya cowok, ntar kalo ketahuan Doni gimana”
“aah.. tadi sama si Tommy elo kan udah mau iya engga ?”, Indra menyeringai sambil melihat tubuhku,”Gua paling suka emang sama bodi elo, ness.. mm.. bikin gua nafsu setiap kali. Makanya jangan jual mahal tuh.. kan gua jadinya mesti perkosa elo.
Mmm.. enak juga yah si Doni, bisa ngentotin elo kapan aja.” Sambil berdecak tangan Indra meraba-raba ke daerah sensitif di antara pahaku.
“Pikir-pikir.. gua juga bisa sih merkosa elo kapan2 aja hahahaha”. Aku menggeliat-geliat mencoba melepaskan diri dari ikatan di tanganku. Ikatan di tangan kiriku sudah mulai kendor, dan aku semakin bersemangat membebaskan diri ketika tiba-tiba Indra menghujamkan kemaluannya ke vaginaku. Beberapa saat aku terdiam, tidak mampu bereaksi dilanda segala macam perasaan : sakit, kaget, dan juga terangsang.
Ketika aku mulai sadar dari kekagetanku dan menyadari tubuh kami telah bersatu, Indra malah tambah cepat memacu persenggamaan kami. Tangan Indra memegang pinggulku, menarik tubuhku setiap kali ia mendorong penisnya masuk.
Aku berusaha menahan gejolak nafsu yang meninggi, tapi sedikit demi sedikit kenikmatan dari persetubuhan itu mengikis pertahananku.
Bibir Indra berusaha mencari bibirku untuk french kiss, dan aku berusaha menghindari ciuman yang sangat intim itu.
Jemari Indra merayap ke bawah, mencari tombol kenikmatanku. Ketika akhirnya dia mulai mengusap-usap klitorisku, segala pertahananku bobol. Bibirku bertemu dengan bibir Indra, dan kami berciuman dengan penuh nafsu. Kakiku bersilang di belakang punggung Indra, menarik penisnya masuk lebih dalam dan vaginaku meremas-remas penisnya.
Orgasme yang luar biasa…
Kurasakan cairan sperma Indra muncrat di dalam rahimku, bersatu dengan cairan cintaku dan memacu orgasmeku yang berikutnya.
Ketika akhirnya nafas kami berdua mereda, Indra bangkit berdiri dan mulai melepaskan ikatan di tanganku.
“gila loe ya Ndra, kalo gua hamil gimana, seenaknya aja keluar di dalam gue”
“aah ness, elo kan dari dulu juga minum pil KB. Gua juga tahu koq.. elo paling suka ngerasain sperma muncrat di dalam ”
aku terdiam karena gertakanku gagal.

Gilanya aku kemudian malah menarik tangan Indra ke payudaraku dan aku mulai menjilati kemaluannya yang sedikit menyusut. Lalu aku menanggalkan kemejaku dan menungging di atas ranjang, mengundang “pemerkosaku” untuk menyetubuhiku lagi. Indra hanya tersenyum, dan mulai menjilati punggungku sambil tangannya meremas-remas payudaraku.
Kami bersetubuh beberapa kali lagi di dalam kamar itu : aku berdiri menghadap tembok dan Indra menyetubuhiku dari belakang, lalu dengan posisi aku duduk di meja dan Indra berdiri di antara pahaku sambil menggoyangkan pinggulnya, dan terakhir aku menunggangi tubuh Indra yang telentang di atas karpet.

Ketika kami berdua akhirnya puas menikmati tubuh satu sama lain , kami berpakaian dan berjalan kembali ke pesta di lantai dasar rumah itu, Ita sudah menunggu dengan muka cemberut. Dia langsung menarik tanganku keluar rumah menuju lapangan parkir. “Ta, ada apa sih?”
“Ayam kampung tuh cowok.. digencar dikit udah buyar tuh”
Aku hanya ketawa cekikikan sambil menyetir pulang bersama Ita.

Sejak pertemuanku dengan Doni di akhir pekan yang panjang itu, dia hampir setiap malam meneleponku sebelum tidur. Hubungan di antara kami semakin dekat saja, meskipun kami belum sempat bertemu secara langsung sejak akhir pekan itu karena kesibukan sekolah.
Akhir pekan yang lalu akhirnya Doni menyempatkan diri untuk datang ke kotaku, kebetulan malam itu ada pesta ulang tahun salah satu mahasiswa lain yang kenal dengan kami berdua.
Doni mulai menyetir setelah kelas terakhirnya usai, dan rencananya dia akan mampir ke apartemenku untuk ganti baju dan kita akan pergi berbarengan ke pesta ulang tahun.
Aku mulai bersiap-siap sekitar jam 5 sore, dan mengenakan baju yang
baru saja kubeli minggu kemarin, mirip foto di sebelah kiri.

Doni tiba di apartemenku sekitar jam 6, bersamaan dengan waktu mulai pesta ulang tahun. Dia cepat2 berganti baju di kamar mandiku, dan kami berdua pun bergegas pergi.
Kami berdua duduk berdampingan di meja makan malam, sambil mengobrol dengan teman2 diam2 di bawah meja tangan kami masing2 saling mengusap dan mengelus.
Aku mulanya hanya mengusap2 paha Doni saja, tapi makin lama semakin naik ke arah kemaluannya yang semakin mengeras. Sementara tangan Doni menyusup ke bawah rok ku dan mengusap2 vaginaku dari luar celana dalam. Rupanya Doni bisa menebak bahwa aku mengenakan celana dalam yang berenda-renda, aku bisa merasakan kemaluannya mengejang sebentar ketika jarinya pertama kali menyentuh celana dalamku.

Kami semua pergi ke dance club setelah makan malam, Doni dan aku memilih untuk duduk di pojokan sambil minum2 dan mengobrol. Tangan Doni terselip di bawah hem dress-ku, mengusap-usap paha. Kami saling bercerita tentang pengalaman hidup di luar negeri, sekolah, pacaran. Ketika kuberitahu Doni jumlah cowok yang sudah pernah tidur denganku, matanya terbelalak dan mulutnya terbuka lebar saking terkejutnya. “Wow, ness, elo udah pengalaman banget yah.. gua belum pernah ketemu cewek kaya elo”.
Akupun tersipu2 mendengar komentar Doni. Doni sendiri ternyata sudah cukup banyak “koleksi” cewek yang pernah ditaklukkannya, dan sejak SMA dia sudah sering berhubungan badan dengan pacar2nya.

Sekitar jam 12, vaginaku sudah semakin basah dengan rangsangan2 dari tangan Doni. Aku menyeret Doni keluar dan kami cepat2 menyetir kembali ke apartemenku. Dengan terburu2 aku mulai membuka pakaian Doni begitu kami masuk ke dalam. Ketika dia sudah telanjang bulat, aku mulai melepaskan dress-ku, tapi Doni mencegahnya. Dia malah mendorong tubuhku ke tembok, dan melepaskan celana dalamku. Lalu dia berjongkok dan mengangkat kaki kiriku ke pundaknya, dan dia mulai menjilati vaginaku. Kuremas rambutnya dan kutarik kepalanya ke arah pangkal pahaku, menikmati rangsangan2 di bibir luar vaginaku.
Tak lama kemudian Doni berdiri dan membalik tubuhku menghadap tembok.. terasa kejantanannya menusuk2 dari belakang, sementara tangannya meremas2 payudaraku.
Malam itu aku berulangkali orgasme disetubuhi Doni dengan berbagai posisi. Sekitar jam 3 kami akhirnya tertidur kecapaian dengan kemaluan Doni masih tertancap di vaginaku. Baju pestaku sudah ternodai sperma yang mengering di mana2, dan aku belum sempat melepaskan bajuku itu ketika tertidur di pelukan Doni.

1 komentar: